Krisis

4.2K 319 10
                                    

Pagi ini cuaca tidak bersahabat, awan terlihat muram seolah-olah mengerti situasi yang ada dikerajaan, hingga ia tak tahan membendungnya, perlahan mulai jatuh hingga guyuran hujan itu menambah rasa pilu yang sangat menyesakan, dan mungkin langit ingin menyampaikan perasaan itu pada mahluk bumi lain tentang kesedihan orang-orang di kerajaan Venhert.

Suara tangis dan ratapan perempuan-perempuan dikerajaan Venhert memenuhi alun-alun besar, setelah kepulangan sanak saudaranya bahkan kekasihnya membawa kemenangan tanpa bernyawa lagi dari peperangan besar melawan kerajaan Ebyatar, yang selamat hanya beberapa puluh orang itu pun dengan kondisi yang kritis dan salah satunya adalah Putra Mahkota Likten Marquis walaupun kemampuan bela dirinya berada di numen tingkat tinggi, dan IQ yang jenius. Putra Mahkota juga seorang manusia yang memiliki batas kemampuan, apalagi melawan kerajaan Ebyatar. Banyak orang-orang ahli bela diri di kerajaan itu tapi pasukan Putra Mahkota masih bisa merebut kemenangan adalah hal yang sangat dibanggakan.

°°°°

Gelapnya malam dengan embusan angin dingin yang menusuk kulit, dan sunyi bahkan binatang-binatang yang biasanya ribut saat malam tiba pun bungkam. Sangat sesak melihat pemandangan ini dan jika mengingat kejadian tadi pagi saat kepulangan para pahlawan rasa pilu semakin menjadi. Tidak peduli apa yang terjadi tadi pagi, Merisa punya situasi kritisnya sendiri.

Aku harus melakukan sesuatu untuk menghasilkan uang, selama ini aku hanya menggunakan uang dari kompensasi Pangeran Edward, dan sisanya sekarang hanya beberapa perak. Aha kebetulan sekali ada kasus tadi pagi, sepertinya aku bisa memanfaatkan situasi itu untuk mendapatkan uang hehehe.

Akhirnya Merisa tertidur lelap setelah memikirkan beberapa rencananya untuk menghasilkan uang demi kebutuhan masa depan.

Esoknya Merisa berjalan keluar menuju alun-alun kerajaan tempat dimana banyak orang berlalu lalang, ia duduk di kedai teh dengan tujuan mendapatkan informasi dari orang-orang yang suka bergosip.

"Kasihan sekali ya, Putra Mahkota sedang kritis"

Benar saja apa yang dipikirkan Merisa untuk mendapatkan informasi dan sekarang mereka sedang bergosip, Merisa hanya diam di sebelah meja orang yang bergosip itu seakan dirinya tidak peduli apa yang mereka bicarakan.

"Dengar-dengar rumor yang beredar Putra Mahkota terinfeksi racun!"

"Dan sepertinya bukan hanya Putra Mahkota saja, para prajurit yang selamat pun terinfeksi racun"

"Apa pihak kerajaan sudah mendapatkan penawarnya?"

"Aku rasa belum, itu sebabnya keluarga Bilton sangat sibuk mencari jenis apa racun itu dan penawarnya"

"Dan yang aku dengar siapa pun yang bisa mendapatkan penawarnya akan diberi hadiah yang sangat besar, sekalipun orang itu bukan dari keluarga tabib"

Di tengah keasikan mereka bergosip datang seorang perempuan yang membawa teko teh bata merah, dan sepertinya dia adalah pemilik kedai ini, kemudian ia pun ikut berbicara

"Ssstt sudah cukup bicaranya nona-nona, jika ketahuan pihak kerajaan kalian akan dihukum dan pastinya aku juga kena karna pemilik kedai ini tidak menegur kalian"

Setelah ditegur, tidak ada satu pun lagi yang membahas tentang kasus itu. Merisa beranjak keluar kedai dan pergi ke rumah besar Putra Mahkota.

°°°°

Tiba di gerbang rumah besar Putra Mahkota, Merisa dihadang para pengawal.

"Ada keperluan apa nona?"

Tanya pengawal itu sambil mengulurkan tangannya untuk menghadang Merisa

"Saya ingin mendiagnosa keadaan Putra Mahkota"

Kedua pengawal pun saling berpandangan berpikir bukannya Merisa adalah sampah bagaimana dia akan mendiagnosa, dan mereka mengangguk secara bersamaan

"Baiklah nona saya akan tanya kan dulu didalam"

Merisa hanya menganggukkan kepalanya dan salah satu pengawal pergi kedalam untuk menanyakannya.

Sementara didalam rumah, pengawal tadi berlari kecil hingga mencapai kamar Putra Mahkota

Tok tok tok

"Yang Mulia, ada nona Merisa Viscount diluar dan ia ingin mendiagnosa anda, apa anda mengizinkannya?"

Meisa Viscount??? Apa dia bisa mendiagnosa penyakitku, sedangkan para tabib kerajaan dan keluarga Bilton pun belum mendapatkan hasil apa-apa

Tok tok

"Yang Mulia, apa anda baik-baik saja"

Ucapan pengawal itu menyadarkan Putra Mahkota dari apa yang sedang ia pikirkan

"Baiklah, biarkan nona Merisa Viscount itu masuk dan mendiagnosa saya"

Tidak butuh waktu lama, Merisa pun datang
Tok tok tok

"Yang Mulia, ini saya Merisa Viscount"

"Masuklah"

Sahut Sang Putra Mahkota, datar tanpa ekspresi

Rahasia Keajaiban [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang