Menentang Ketidakadilan

5.4K 389 0
                                    

"Lancang sekali anda nona Mer berkata seperti itu terhadap yang mulia pangeran, anda tidak memiliki rasa hormat dan sopan santun"

Terdengar suara laki-laki diujung jalan, dan segera sujud menghadap pangeran Edward.

Merisa tahu, lelaki paruh baya itu adalah ayah Riyu Bilton, dari ingatan gadis ini. Tidak tahu kenapa, rasa benci melonjak keluar dari dalam hatinya. Saat ia melihat kepala Bilton itu.

"Bisakah anda menceritakan detail kejadian itu, supaya saya bisa bertindak dengan adil"

Jelas Edward tersinggung karena gadis itu berkata bahwa hukumannya tidak adil, setahu dia bahwa yang bersalah itu adalah gadis ini. Ia tidak mau mendapatkan namanya buruk hanya karena permasalahan kecil yang tidak bisa dia kendalikan, dan pasti ayahnya akan mencabut hak untuk menangani hukum atas dirinya.

"Yang mulia, jelas-jelas bahwa gadis itu yang meracuni putri ku. Bagaimana mungkin orang lain, karena saat itu mereka sedang berdua ditaman belakang kota"

Sela kepala Bilton dengan geram, ia melihat Merisa dengan niat membunuh. Pangeran tidak mengubris pernyataan kepala Bilton, dan tetap memandang gadis itu untuk mendengarkan pembelaan dirinya.

Merisa menangkap situasi ini sebagai keuntungan apalagi ternyata pria itu adalah pangeran. Ia terkikik dalam hatinya melihat kepala Bilton seperti anjing yang mengonggong tidak dipedulikan oleh tuannya.

"Yang mulia, bagaimana bisa saya meracuni nona Riyu sedangkan saya tidak mampu memahami tentang pengobatan apa lagi meracik racun. Pelayan yang melayani saya juga tidak memiliki kemampuan itu. Jika anda berpikir saya membeli racun, bagaimana saya membelinya saya tidak memilik uang, harta di mension Viscount habis dirampas kerabat orang tua saya yang serakah dan tidak tahu malu"

Dengan wajahnya yang sedih, matanya berbinar-binar seperti anak anjing yang menginginkan tulang, suaranya serak membuat orang yang melihatnya akan luluh dan merasa kasihan

"Memang benar apa yang dikatakan kepala Bilton hanya ada saya bersama nona Riyu ditaman belakang kota, saat itu nona Riyu membawa kue strobery kering untuk kami makan bersama, tetapi saya tidak suka strobery jadi saya tidak memakan kue itu dan hanya nona Riyu yang memakannya."

"Tidak lama kemudian tubuhnya kejang-kejang dan mulutnya mengeluarkan buih-buih putih. Saya panik dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Jika saya kembali kekota, saya tidak bisa meninggal kan dia sendirian. Lalu datang lah pengawal utusan keluarga Bilton untuk mencari kami berdua dan mendapati nona Riyu keracunan, dan membawa kami kembali. Saat kembali ke kota nona Riyu telah meninggal dunia, dan semua orang menuduh saya tanpa tahu apa saya benar atau tidak, menghakimi dengan ketidakadilan, menyiksa saya tanpa belaskasihan seperti saya adalah binatang."Lanjut Merisa menjelaskan

Sambil dengan isakan lembut, yang berhasil membuat semua orang yang ada disitu merasa iba pada nasib yang ia alami, dan juga merasa bersalah karena mereka juga sempat menuduhnya. Tentu itu hanya akting, untuk mendapat perhatian dari orang-orang.

Edward berpikir ada benarnya juga dari penjelasan gadis ini.

"Jadi maksud anda adalah orang lain yang meracuni nona Riyu dengan memasukan racun pada kue strobery nya?"

"Begitulah yang mulia" sahut Merisa atas pertanyaan pangeran dengan lembut dan seolah-olah dia dianiaya

"Kalau begitu, menurut anda siapa yang meracuni nona Riyu?" Tanya pangeran lagi dengan hati-hati

Tanpa disadarinya wajah kepala Bilton berubah pucat, kalau-kalau Merisa mengetahui dan mengatakan yang sebenarnya. Ia bingung apa yang terjadi dengan gadis itu, sehingga memiliki keberanian untuk berbicara seperti ini. Apa selama ini dia cuma berbohong dengan sikapnya yang penakut.

Rahasia Keajaiban [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang