Kediaman yang luas. Suasana tenang dipenuhi bunga-bunga, ini adalah mension Bilton. Setelah satu minggu yang lalu, orang-orang berkabung akan kematian seorang putri cantik anak kedua dari keluarga Bilton.
Diujung sana ada seorang lelaki tua sedang duduk menikmati teh hangat nya sambil tersenyum seolah-olah tidak ada duka diraut wajahnya ya dia adalah Koresyi Bilton kepala keluarga Bilton ayah Riyu. Bagaimana ia tidak senang ia sudah menyingkirkan sampah kota ini yang telah meracuni anaknya sampai mati. Sedang ia menyesap teh hangat nya, terdengar derap langkah tergesah-gesah menuju arahnya
"T-tuan" seru seorang pengawal gelagapan karena ia terlalu panik
"Apa yang membuatmu panik seperti ini?" Tanya kepala Bilton dengan santai dan melanjutkan menyesap teh hangatnya yang tertunda
"Me- Merisa hidup tuan" jelas pengawal tadi ragu
"Huk.. huk.." kepala Bilton tersedak tehnya mendengar ucapan pengawalnya barusan
"Hidup, Sampah itu masih hidup!" Kata kepala Bilton terlihat jelas diwajahnya yang berubah merah karena emosi yang meluap ia tidak habis pikir kenapa sampah itu masih hidup padahal sudah disiksa dan dilempar kedanau, seharusnya dia sudah mati."Antar aku kesana" lanjutnya sambil berjalan cepat kearah kereta, pengawal itu hanya mengikuti apa perintahnya tanpa membantah.
◎◎◎◎
Sedangkan ditepi danau, Merisa sedang membalut beberpa lukanya yang terus mengeluarkan darah dengan mengoyakkan baju bagian bawahnya, dan juga menyisir rambutnya yang berantakan dengan jarinya.
Melihat pemandangan itu semua orang terheran-heran dengan kelakuannya. Setahu mereka gadis kecil ini sangat tidak pandai mengurus dirinya, bahkan tidak peduli walau rambutnya berantakan dan tubuhnya yang lukapun tidak akan dipedulikannya, sekarang mereka melihat langsung perubahan gadis itu.
Tidak ada yang berbicara, keadaan sangat hening saat itu. Semuanya fokus memperhatikan gadis ditepi danau itu.
Memperhatikan setiap gerakan tangan gadis itu yang dengan lembut meyisir rambutnya, seolah-olah ia adalah gadis yang pandai dan terbiasa dalam merawat diri.
Melihat kerumunan orang yang sedari tadi berisik dan hanya mencaci dirinya kemudian terdiam. Merisa tersenyum mengejek dibalik rambut nya yang sedang ia sisir. Jika orang yang melihatnya akan bergidik ketakutan, senyum yang bukan senyuman, mengeluarkan aura dingin.
Dirinya sekarang bukanlah Merisa yang dulu, seorang gadis yang lembut dan yang mudah diintimidasi, tidak memiliki keberanian bahkan hanya untuk menatap orang lain apalagi berbicara, tapi sekarang dia adalah Niken seorang wanita yang berumur 20 tahun dari abad 21, wanita yang tidak mudah diintimidasi, memiliki sikap dingin dan elegan, tidak ada kata takut pada kamusnya, dia juga seorang yang konsisten, memiliki rasa keadilan tinggi, tidak lupa bahwa dia wanita yang jenius.
Ia terus melanjutkan aktivitasnya tanpa peduli dengan kerumunan orang yang menontoninya.
Kakinya keram karena berenang tadi dan juga masih sakit karena adanya luka-luka di sekujur kakinya membuat ia tidak dapat berjalan dan pergi dari tempat ini, kalau kakinya tidak sakit ia tidak akan tetap ada disini menjadi tontonan gratis orang-orang tidak tahu malu itu, ia hanya mengumpat dalam hatinya melihat dirinya berada dalam situasi seperti seekor babi yang ingin kabur, tetapi terperangkap dan siap untuk disembelih.
Beberapa saat, ia kembali teringat akan perlakuan orang terhadap gadis kecil yang tubuh nya didiami oleh dirinya, seberapa menderitanya dia semenjak kedua orang tuanya meninggal dunia, ia mendapat perlakuan tidak adil, tubuhnya kurus karena kurang asupan makan, hidupnya sangat miskin, harta yang dimilikinya habis diangkut oleh kerabatnya yang serakah.
Dia selalu dipandang sebelah mata oleh masyarakat dikota Venhert. Kota ini salah satu kota besar setelah dua bagian daerah lain yang lebih besar dari kota ini yaitu bagian selatan dan pegunungan Horeb.
Karena dirinya terlanjur bereinkarnasi ketubuh anak ini ia berjanji akan membalaskan dendamnya dan mengembalikan nama baik keluarganya terutama nama baiknya sendiri Merisa Viscount. Saat ia sedang termenung banyak hal yang ia pikirkan,terdengar suara kereta dari jauh dan derap langkah kuda yang melaju kearah danau saat ini.
Kereta yang terbuat dari kayu dengan hiasan tidak terlalu mewah tapi tetap elegan dengan warna kayu aslinya, ditudungi dengan kain lenan halus berwarna keemasan. Diikuti oleh beberapa pengawal.
Saat kereta ini berada didekat kerumunan, semua orang langsung sujud sampai ketanah tidak ada kepala yang berani terangkat. Dia adalah Edward Marquis, pangeran ketiga dari yang mulia Raja Hington Marquis. Ia sangat dikagumi karena kemampuan bela dirinya, yang berada di Spirit pringkat tinggi.
Merisa mengernyitkan keningnya bertanya-tanya siapa orang yang ada didalam kereta itu. Membuat semua orang yang tadi berdiri dan bengong melihat dirinya, seketika langsung sujud dan keadaan sangat hening, membuat ia berdebar karena terlalu tegang dengan situasi ini.
Saat orang yang berperawakan tinggi, berjubah emas dengan kegelamorannya keluar dari dalam kereta dengan wajah yang sangat tampan, kulitnya putih terpapar sinar mentari membuat wajahnya bersinar. Bibirnya sedikit tebal dengan warna merah jambu, dan mata coklatnya sejernih air. Dia memiliki rambut coklat kental bagaikan air terjun yang dengan bebas berada dipunggungnya.
Beberapa helai rambutnya beterbangan karena hembusan angin, yang semakin membuat kesan elegan dan ketampanannya semakin menjadi-jadi. Membuat setiap wanita yang melihatnya tidak ada yang tidak akan jatuh cinta pada sosok tampan seperti ini, bahkan Merisa sempat terpaku melihat sosok pria itu.
Karena rasa ingin tahu nya tentang pria itu ia mencari informasi dari ingatan gadis kecil ini, tetapi ia tidak mendapatkan info apa-apa tentang pria itu, ia mulai mengumpat dalam hatinya dan memarahi gadis kecil ini, karena ia tidak banyak mengetahui apapun, tetapi ia kembali sadar gadis kecil ini memang tidak tahu karena dia jarang keluar rumah. Ia tidak bisa menyalahkan sepenuhnya tentang hal ini kepada gadis kecil ini.
"Apa anda Nona Merisa Viscount?" Tanya pria itu ragu melihat gadis yang sangat kotor, berantakan dan penuh dengan luka, sedikit meyipitkan matanya ia memperhatikan penampilan gadis itu, tentu Merisa tahu apa yang pasti pria itu pikirkan, ia hanya menghela napas dan berkata "Ya" untuk pertanyaan yang ditanyai pria itu
"Bukannya kabar dari orang bahwa anda sudah meninggal dunia, karena itu hukuman anda yang telah meracuni nona Riyu Bilton, tapi sekarang anda masih tetap hidup"
jelas pria itu dengan raut wajahnya yang tidak berubah masih dengan wajahnya tanpa ekspresi dan dengan nada tenangnya.
Mendengar kalimat pria itu Merisa menjadi kesal jelas-jelas ia tidak meracuni Riyu Bilton itu.
"saya tidak pernah mati, hanya saja saya pingsan karena kewalahan menahan siksaan yang tidak berprikemanusiaan dan ketidakadilan. Dan saya tegaskan bahwa saya tidak pernah meracuni Riyu kalau pun saya meracuninya atas dasar apa saya berbuat demikian tidak ada untungnya bagi saya dan malah merugikan saya karena teman saya satu-satunya adalah Riyu"
Merisa menjawab dengan tegas dan lantang sehingga semua orang yang ada disitu dengan jelas mendengarnya. Setiap kata-katanya dialiri kedinginan dari perasaannya, membuat orang bergidik ngeri. Tentu ia tidak akan mengatakan siapa dirinya yang sebenarnya.
Wajah yang sedingin es tegak menghadap pangeran tanpa sedikitpun rasa takut. Membuat Edward sedikit kaget dengan keberanian gadis ini menjawabnya, yang ia tahu bahwa gadis ini bahkan melihat wajah orang lain saja tidak berani dan sekarang malah membantah perkataannya.
Bukan hanya dirinya saja, tapi orang-orang yang ada disitu pun kaget mendengar kata-kata Merisa dan mereka penasaran melihat ekspresi gadis itu, tapi mereka tidak berani mengangkat kepala mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Keajaiban [Hiatus]
FantasíaNiken adalah perempuan jenius. Tidak disangka ia akan meninggal dunia pada usia yang cukup muda. Merisa adalah putri tunggal keluarga Viscount, satu-satunya penerus keturunan itu. Merisa mengalami penganiayaan kerena difitnah dan dihakmi di kerajaan...