Part 1

8.5K 371 11
                                    

#Ternyata_Kamu
Part 1

"Apa? Aku diberinya kaktus?" keluhku kepada Nining, teman satu kamarku.

"Kalau yang lain, bagaimana Ning?"

Nining hanya mengangkat bahunya sambil bersikap masa bodoh.

"Ning, aku tuh hanya kurir, dan ... kurir itu harus jaga rahasia dengan segenap anggota badannya," kata Nining sok bijak.

"Walaupun Mbak Dewi dikasih mawar biasanya beberapa hari sudah layu, kan?"

Lho, katanya rahasia aman di pihaknya sebagai kurir, kok barusan malah keceplosan tuh, bocah.

Namun, agaknya Nining tak tahu kalau dia sudah membongkar sebuah rahasia.

Dasar Playboy. Menyebalkan.

Kepadaku yang dia anggap sahabat terbaiknya, eh, malah memberikan kaktus sebagai hadiah perpisahan, sementara si Dewi yang pendiam itu diberinya bunga mawar.

Sungguh terlalu!

Besok kalau waktunya saya berpamitan bakal kumarahi habis-habisan.

Setelah panjang kali lebar aku memaki lelaki playboy itu akhirnya kuletakkan juga kaktus itu di atas rak belajarku. Ada satu bunganya yang masih menyembul malu-malu, warnanya kuning dan cantik.

Kuhembuskan nafas panjang dan lama yang sedari tadi kuhirup. Tiga tahun kami bersahabat, lalu saatnya kami saling melepas sebentar lagi.

"Eits, ngelamun aja, Ning," kata Yasmin teman sebangkuku yang cantik bak putri Arab. Dia juga teman sekamarku selama tiga tahun ini, hampir kami selalu bersama selama dua puluh empat jam setiap hari.

"Wah, kaktusnya indah." Dia mengambil kaktus kecil dalam potku kemudian memandangnya lama. Tidak hanya itu hidungnya yang mancung hampir saja menyentuh duri kaktus saat dia memperhatikan detail badan kaktus.

"Romantis banget deh. Siapa yang ngasih?" tanyanya. Tapi aku malas menjawab. Dasar Yasmin, dia masih culun sepertiku. Sebuah bunga yang banyak duri dianggapnya indah, sementara mawar asli yang dibawanya diletakkan sembarangan begitu saja.

"Tukeran boleh?" tanyaku saat melihat dia acuh kepada mawarnya.

"Ambil aja. Lagian aku tak seperti yang lain." Dia berkata penuh kemalasan.

"Tak seperti yang lain bagaimana?" tanyaku.

"Ya itu, Ning. Kalau yang lain dapat mawar dari Gus Hamzah tuh serasa dapat durian runtuh, tapi tidak denganku. Kuanggap mawar itu sebagai hadiah biasa, toh semua dapat, kan?"

"Semua anak kelas akhir dapat?"

Yasmin mengangguk kemudian dia mulai menelisik.

"Kecuali kamu, Ning."

"Apa?"

Aku bertanya kebingungan.

"Mana Mawarmu?" tanya Yasmin yang hanya kujawab dengan gelengan.

"Padahal kalian berdua kan sahabat karib. Masak Gus Hamzah enggak ngasih apa-apa?"

Dasar Playboy kelas teri, masak semua anak kelas akhir dikasih bunga mawar sementara aku dikasihnya kaktus.

Semprul.

"Tenang, Ning. Besok siang kalau sehabis perpisahan kita temui Gus Hamzah. Biasanya hadiah istimewa untuk someone special itu beda sendiri."

Ah, aku jadi senyum-senyum sendiri mendengar ucapan Yasmin.

Semoga saja, duh. Kok aku seperti mengharap sekali.

Ternyata Kamu (Gus Hamzah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang