QT: Face Slapping The Second Female Lead

Bab 119 - 120

4.38

Mobil itu diam lagi di dalam mobil. Tidak ada yang punya keinginan untuk berbicara apa pun. Mereka memandang ke luar jendela dengan mata terbuka lebar, hanya takut kalau mereka akan kehilangan orang hidup atau teriakan minta tolong.

Tetapi setelah setengah jam mengemudi lagi, dan ketika mereka mulai pindah ke tempat-tempat yang memiliki lebih banyak bangunan, masih belum ada tanda-tanda siapa pun atau teriakan minta tolong.

Seluruh jalan sepi seolah itu adalah kota kosong. Hanya darah di tanah adalah pertanda bahwa sesuatu yang mengerikan telah terjadi di sini sebelumnya.

Tempat seperti apa yang bisa mereka tuju karena mereka yang telah menjadi monster mulai muncul di malam hari ketika tidak ada sinar matahari?

Semakin banyak Xia Min berpikir, semakin serius Xia Min. Melihat keluar jendela, dia punya firasat buruk tentang apa yang terjadi di depan.

Dalam hal ini, ibu dan ayah mungkin sudah pergi.

Sisi baiknya, mereka diselamatkan. Tapi di sisi buruknya, mereka telah ...

Memiliki perasaan buruk di benaknya, Xia Min merasakan mata masam. Dia mengedipkan matanya dengan keras dan menatap adiknya yang duduk di sebelahnya. Hatinya sakit karena wajah pucat yang dimiliki saudara perempuannya.

Xia Liang dulu sangat bergantung pada ibu mereka. Jika ibu mereka pergi, dia akan hancur oleh kesedihannya.

“Liang, ingat, kamu masih memiliki aku, saudaramu. Aku akan bersamamu dan melindungimu seperti biasa. '' Xia Min berkata sambil memegang tangan Xia Liang.

Xia Liang menatap tangan mereka yang sedang bersatu. Hatinya sedikit sakit ketika Xia Min mengatakan itu.

Dia bukan saudara kandungnya dalam beberapa hal. Dia tidak merasakan sakit kehilangan kedua orang tuanya. Tapi Xia Min berbeda. Perasaannya nyata dan asli.

Tetapi bahkan pada saat seperti itu, dia masih mencoba menahan rasa sakitnya sendiri tetapi untuk menghiburnya terlebih dahulu dengan memegang tangannya. 

Xia Liang tergerak oleh tindakannya dan merasa simpati untuknya.

Xia Liang, menggantung kepalanya, meletakkan kedua tangan yang telah memegang wajahnya dan berkata dengan lembut, “Saudaraku, jangan sedih. Jika ibu dan ayah pergi, aku akan bersamamu. "

Pada saat itulah Xia Liang memiliki dorongan untuk tetap di sini setelah dia menyelesaikan misinya. Dia bisa tinggal di sini sebagai saudara perempuannya untuk menghabiskan kehidupan yang sulit dan sepi yang ditakdirkan untuk dimiliki Xia Min, sampai akhir.

"Aku akan bersamamu sampai akhir." Xia Liang menambahkan dengan suara rendah.

Xia Min gemetar saat mendengar apa yang dikatakan Xia Liang. Hanya satu kalimat. Hanya satu janji. Dia hanya mengatakan, 'Aku akan bersamamu sampai akhir'. Tapi dia senang dan bergerak dengan air mata di matanya dan jiwanya gemetar hanya karena satu kalimat sederhana.

Itu adalah kalimat yang dia rindukan untuk satu kehidupan, mungkin untuk banyak kehidupan tetapi tidak pernah berhasil.

Itu adalah kalimat yang telah diukir jauh ke dalam jiwanya dan diukir di sana selamanya.

"Sangat? Kamu akan bersamaku sampai akhir? ”Xia Min bertanya dengan suara serak saat dia mengangkat tangannya yang lain dan menyentuh pipinya dengan gemetar.