1. Terbang tinggi, lalu jatuh ke bumi (Staff memuji, sehabis itu ditegur lagi)
"Ayo sikap siapnya yang bener." kata Kak Julie dengan suara agak keras. Wakil 1 Asisten Keanggotaan itu berkeliling memperhatikan kami satu per satu, memastikan apakah postur sikap siap kami benar.
Ia menatap ke arah beberapa Junior lain di saf pertama dan kedua.
"Bahunya diputer ke belakang."
"Perutnya ditarik."
"Sikap siapnya dibenerin."
"Tegak."
"Jangan bungkuk."
"Dadanya dibusungin, tunjukin seolah kita bangga."
"......"
"......"
Aku berkomat-kamit dalam hati, merapalkan berpuluh-puluh kata semoga layaknya sebuah mantra.
Semoga nggak ada yang salah, semoga nggak ditegur lagi, semoga nggak dibenerin lagi, semoga—
Ekor mataku menangkap sosok Kak Jullie yang tengah mendekat ke arah bagian ujung barisanku. Dengan sigap, aku membenarkan posisiku dalam sedetik, yang menurutku terlihat seperti orang kocar-kacir.
Oke. Perut ditarik, dada dibusungkan, badan tegak, bahu diputer (tegak sedikit ke belakang)—
Kak Jullie melambat di depanku, ia melirikku sekilas. Tangannya terulur menepuk bahuku sambil berucap, "Bagus."
HAH?
Bentar, mau kaget dulu.
Ini beneran dipuji nih?Ekspresiku mungkin terlihat datar setelah Kak Jullie berlalu dari hadapanku, tapi jujur, aku merasa terkejut dalam hati, dan rasa senang juga sedikit mencuat di antara keterkejutan itu.
Pertama kali dipuji staff..... batinku, masih memastikan apakah tadi itu hanya halusinasi atau bukan.
Yah, katakanlah aku lebay, tapi dipuji seperti itu sangat jarang terjadi di dalam hidup angkatan Junior baru.
"Balik kanan..... grak!"
Aku auto kaget. Tanpa babibu, aku langsung menumpukan kaki kananku beberapa sentimeter di samping tumit, dan memutar tubuhku searah jarum jam hingga posisiku terputar 180° dari sebelumnya. Kemudian aku kembali tegak seperti semula.
Dapat kulihat, Kak Jullie berjalan ke menghampiriku.
"Balik kanannya salah, kamu tadi kayak begini, harusnya yang bener kakinya di belakang sini......."
"....."
Oke, satu pelajaran yang dapat kupetik dari pengalaman ini.
Jangan terlena sama kebahagiaan sesaat, setelah itu kita harus siap berjaga-jaga, karena kita nggak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sampai saat ini, akhirnya aku bisa mempersiapkan mental dulu sebelum diterjang badai pas lagi seneng-senengnya 🙄
2. Pertama kali kena sembur
Pagi itu, aku kocar-kacir sendiri. Aku bolak-balik, mengikuti Kak Vanya yang sibuk mencari-cari sesuatu, atau lebih tepatnya, name tag.
Kepalaku dipenuhi oleh kata 'dimana?', dengan rasa panik yang ikut membuncah seiring kakiku melangkah.
Ya Tuhan, gumamku dalam hati. Name tag-nya ilang kemana coba!
"Duh, mana ya. Kok gaada." Kak Vanya bergumam, namun masih dapat ditangkap oleh pendengaranku dengan jelas.
"Gaada ya, kak?" tanyaku cemas—panik, lebih tepatnya.
"Iya nih, kok gaada ya? Padahal udah ditaro di sini tadi." jawabnya. Ia terlihat tidak enak hati padaku, dan setelahnya ia kembali sibuk mencari-cari name tag-ku.
Namun terlambat.
Priitttt!
Bagus :")))
Aku menatap ke arah barisan para Senior dengan pasrah. Kurasa aku sudah harus mulai mempersiapkan mental untuk menghadapi wejangan dari kakak staff nanti.
Kak Vanya menghampiriku. Gadis berkacamata itu berkata, "Udah gapapa, gausah pake name tag, nanti tinggal lapor kok." ucapnya berusaha menenangkanku.
Tapi bro, gimana gue bisa tenang? Anggota kelompok hitam yang lain udah pake name tag, kecuali gue. Duh, siap-siap aja disembur nih 😭😭
Dengan langkah gontai, aku berjalan ke arah barisan Junior, dan mengambil posisi berdiri di belakang.
Mungkin aja bisa bikin kakaknya nggak liat, secara gue kurang tinggi.
Eh, tapi salah gaes :"
Lagi-lagi....
Kak Jullie mengecek bagian belakang barisan, aku meliriknya sesaat sebelum akhirnya ia memanggilku.
"Keluar barisan sekarang." titah Kak Jullie.
Aku langsung melakukan gerakan balik kanan dan mengikutinya. Kami berhenti tepat di samping kanan barisan Junior.
"Kenapa kamu nggak pake name tag?"
Jantungku mulai berdebar bahkan sebelum aku berbicara satu kata pun. Aku membuka mulut, menceritakan semuanya pada Kak Jullie. Dan setelah selesai, aku hanya bisa berharap kalau akan diberi amnesti kali ini saja.
"Terus kenapa kamu nggak lapor?"
Debarannya semakin kencang.
"Tadi saya kira lapornya harus satu kelompok. Jadi saya nggak lapor." jawabku jujur.
Karena memang yang lapor tadi adalah kelompok biru, di mana name tag mereka sepertinya belum jadi dan semua anggotanya berakhir tidak memakai name tag.
Setelah Kak Jullie menjelaskan secara tegas, barulah aku mengerti. Kalau lapor tidak harus langsung sekelompok, tapi perorangan :"
"Terus, kenapa kamu gaada inisiatif? Kan bisa pake kertas lain sebagai pengganti name tag-nya, tinggal tulis nama di situ terus dipake."
"Saya gak punya kertasnya, kak."
"Kan bisa minta dari TU, mereka punya kertas banyak tuh."
Skakmat.
Oke, saat itu juga, gue jadi pengen menenggelamkan diri di gorong-gorong sawah aja saking terpojoknya.
Masalahnya, tadi sibuk nyari-nyari, dengan harapan name tag-nya cuma keselip dan bisa langsung dipake waktu udah ketemu. Itu pun aku juga sampai di sekolah mepet sama jadwal mulai MB.
Kak Jullie mengalihkan pandangan ke samping sekilas, sebelum akhirnya ia kembali memandangku.
"Lain kali, jangan sampe ini keulang lagi. Kalo ada masalah pasti ada solusinya. Kamu harus inisiatif sendiri, jangan apa-apa disalahin ke orang lain."
"Baik kak." balasku, mendadak sedikit pundung.
Sejak hari itu, aku jadi was-was sama barang perlengkapan. Tiap nyentuh tas sekolah pasti kudu dicek sampe diri sendiri yakin kalau semuanya lengkap.
Dan aku juga dapet satu pelajaran dari kejadian ini, and btw, ini juga udah dikasih tau sama Kak Sheva (sori nama asli kak✌️).
Kalo di MB, kita nggak bisa nyalahin orang lain untuk suatu kesalahan yang kita lakukan. Biarpun beban kesalahannya ada di orang lain, tetep kita yang bakalan kena juga.
Jadi, kita harus bisa kritis dan kreatif di situasi kepepet. Se-random apapun idenya, asalkan wajar, kita tetep harus punya usaha.
°To be continued°
Note:
Cuma mau ngingetin, aku bakalan sangat menghargai vote dan comment dari para pembaca sekalian, karena vomment-vomment itu bisa menaikkan mood buat terus ngelanjutin cerita ini ✌️😁.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Life of Marching Brass || Real Life Story [ON-HOLD]
Teen FictionMarching Brass atau Marching Band, istilah ini mungkin masih terdengar asing bagi orang awam. Biasanya orang lebih mengenalnya dengan nama Drum Band - tapi tolong dicatat, keduanya berbeda. Well, dibanding harus berceloteh panjang lebar di dalam des...