Selamat menunaikan ibadah puasa manteman
"Ran, jangan lupa blocking!" kata pelatih gue.
Gue mengangguk. Sekarang ini gue lagi latihan, ketika temen gue servis gue dan kedua pemain lainnya maju di depan net guna untuk memblokir pukulan lawan.
"Giliran sama lo aja ngomongnya alus sedangkan sama gue aja dibentak." kata mbak Elkie.
Sebenarnya gak ada perlakuan khusus di club gue cuma ya kalo memang ada yang sering buat kesalahan ya pelatih udah badmood sama dia ah lebih tepatnya seorang pelatih akan menekan agar si pemain itu tidak membuat kesalahan terlalu sering karena itu akan merugikan tim.
Contohnya kayak gue sama mbak Elkie. Memang di antara tim, gue itu pendiem dan gak pernah kena masalah kayak temen-temen gue.
Jadinya pelatih sama gue ya fine-fine aja. Dan di situlah letak keirian temen gue.
Gue paling males kalo pelatih udah muji gue. Karena mereka akan mengeluarkan sindiran halus yang ditujukan untuk gue.
Keringat dingin selalu keluar dari tubuh gue begitu mereka mulai menyindir gue.
Gue udah capek. Capek banget sama semuanya.
Setelah empat jam latihan, akhirnya gue bisa pulang juga. Baru aja gue mau pesen ojol eh ternyata Kak Chanyeol udah ada di depan gor tempat gue latihan.
"Cincin kamu ke mana?" tanyanya begitu gue mendekat. Gue pun baru ingat kalo cincin itu sempet gue lepas sebelum latihan karena sakit buat mukul bola. Serius.
"Cincinnya ke mana, Ra?" tanya Kak Chanyeol dengan nada dinginnya.
Bukannya menjawab gue malah sibuk mencari cincin itu di dalam pouch yang selalu gue bawa tiap latihan.
"Kalo emang kamu gak bisa menerima aku, seenggaknya hargai usaha mami untuk mencari cincin yang pas untuk kamu. Hargai orang tua kita."
Bacot.
Seharusnya gue kali yang ngomong gitu ke elo, Chanyeol.
Tangan gue mulai gemeter ketika cincin itu belum ketemu juga, astaga! Perasaan tadi gue taruh di tas deh. Tangan gemeter, detak jantung gue lebih cepat dari biasanya dan juga mulai keluar keringat dingin, anjir jangan kambuh sekarang.
Gak mungkin kalo gue harus minum obat di depan Kak Chanyeol.
Pikiran negatif mulai memenuhi kepala gue. Astaga, jangan sekarang.
Kak Chanyeol meraih tangan gue lalu menggenggamnya, "Hey, are you okey? I'm sorry, aku gak-
"Rania!"
Gue menoleh begitu juga kak Chanyeol. "Ini punya kamu apa bukan?" tanya asisten pelatih gue, Om Taecyeon.
"Iya om, kok bisa ada di om?"
"Tadi kan kamu nitipin ke om. Lain kali kalo lagi latihan jangan pake cincin, sakit nanti tanganmu buat mukul bola. Terus kalo ilang gimana? Kan susah jadinya."
"Eh iya om," gue beralih menatap kak Chanyeol yang lagi menggaruk tengkuknya sambil buang muka.
Mampus malu sendiri kan lo? Tapi akting lo bagus juga sih haha.
"Pulang dulu ya om."
"Iya, hati-hati ya."
Suasana canggung mulai menyelimuti ketika kami sudah berada di dalam mobil. "Kamu kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Useless [PCY]
Fanfiction"Gitu aja kamu gak bisa, dasar anak gak guna." Capek. "Sekarang gue tau mana anjing mana temen." Udah capek hidup.