kita & kata*22

15 2 0
                                    

"Huuaaaa"

"Lo kalau menguap bisakan tutup mulut" sinis gibran.

"Bisa kok" sahut radit merasa tak bersalah.

"Balik lo sana kemar lo sendiri" usir gibran.

"Idih, siapa juga yang mau tidur disini. Ya kali gue jadi bantal guling sama kalian berdua"

"Kak naufal? kak gibran kalau tidur suka ngigau. Hati-hati dipeluk sama dia" ucap radit lalu bangkit dari duduknya.

"Sok tau lo" celetuk gibran dengan mata tajamnya memandang radit.
Naufal terkekeh simpul melihat perkelahian mulut kakak beradik ini.

"Kenapa lo nginap disini?" tanya gibran setelah Radit berlalu dari kamarnya.

"berantem sama bokap" jawab naufal jujur.

"Alasannya?"

Naufal menarik nafasnya dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan.
"Biasalah, hal kecil tapi dibesar-besarin. Gue ga suka aja dia membanding-bandingkan gue sama dia." jelas Naufal dengan pandangan lurus kedepan tanpa melirik gibran disampingnya.

Gibran hanya mendengarkannya saja terlebih dahulu.

"Tadi gue udah kirim pesan sama nyokap kalau gue disini. Gue tau dia bakalan panik, bahkan dia rela nungguin gue sampai pagi kalau gue ga balik"

"Tapi mama ga bakalan nyariin gue kalau gue gak ngasih kabar. kalau engga nyokap bakalan dipukuli sama bokap kalau tau nyariin gue" curhat naufal panjang lebar. Dadanya terasa sesak jika sudah menyangkut keluarganya. Ia sadar ia juga lelaki yang kuat mana mungkin seorang lelaki menangisi hal seperti itu. Memang hal itu bukanlah hal kecil tetapi ia sudah menganggap hal itu adalah hal kecil.

Gibran menepuk-nepuk pelan punggung naufal. Ia juga menyesal sudah bertanya kepada sahabatnya ini. Kalau saja dia tau dia tak akan menanyakan hal tadi kepada naufal.

"Sorry. Seharusnya gue ga nanya kayak gitu tadi" sesal gibran bersalah.

"Santai aja kali" ujar naufal mencairkan suasana.

"Udah ah gue ngantuk" ucap naufal lalu merebahkan badannya dikasur empuk milik gibran dan menarik selimutnya hingga dada. Begitu juga dengan gibran yang ikut menyusul naufal yang sudah separuh tak sadar.

Dipagi harinya naufal bangun lebih awal kali ini. Biasanya ia selalu bangun siang, bahkan ia selalu terlambat kesekolah setiap paginya.

Ia melihat gibran disamping kanannya yang masih tertidur sangat pulas. Naufal tak ingin mengganggu aktifitas tidur sahabatnya itu. Lalu naufal menyibakkan selimutnya dan turun dari ranjang. Setelah itu naufal masuk kedalam kamar mandi yang ada didalam kamar gibran untuk membersihkan badannya yang lengket.

Tak butuh waktu lama buat Naufal membersihkan tubuhnya. Lalau ia keluar dari kamar mandi dengan berpakaian rapi, baju kaos oblong berwarna abu-abu dan celana jins berwarna hitam. Karena tadi malam terburu buru ia terpaksa menggunakan pakaian gibran, karena ia tak sempat membawa bajunya gantinya sendiri.

"Rapi banget. Mau kemana lo?" tanya gibran dengan suara serak khas bangun tidur.

"Balik" jawab naufal yang tengah memberi rambutnya dengan minyak rambut.

"Sepagi ini?"

Naufal hanya berdehem singkat menanggapi ucapan gibran.
"Gue pinjem dulu baju lo, gue ga bawa baju semalem" ujar naufal yang masih memberi rambutnya dengan minyak rambut.

"Daleman gue juga lo pake?" tanya gibran dengan mengerutkan dahinya.

"Ya iyalah. Masa gue gak pake daleman" jawab Naufal enteng.

"Gila lo" kaget gibran lalu melempar Naufal dengan bantal.

Naufal berdecak kesal karena rambut yang sudah ia rapikan kusut kembali dibuat gibran. Naufal ingin membalasnya tetapi gibran sudah berlari keluar kamar yang masih telanjang dada, dia hanya menggunakan celana bokser tadi. Naufal menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabat barunya itu.

Naufal merapikan kembali rambutnya yang kusut. Setelah itu ia keluar dari kamar gibran. Tadinya ia ingin langsung pulang saja, tetapi ayah gibran tiba-tiba datang dari teras depan yang masih memegang koran ditangannya lalu menyuruh naufal untuk sarapan terlebih dahulu. Naufal sudah menolaknya tetapi ayah gibran bersikeras untuk mengajak naufal sarapan pagi ini. Kalau sudah seperti ini, naufal tak bisa menolak lagi.

Disana sudah ada gibran, radit ,dan bundanya yang sedang menyajikan sarapan. Dikediaman keluarga ini memang tidak memiliki pembantu bahkan supir pribadi. Mereka sengaja tidak menyewa tenaga kerja dirumahnya. karena sewaktu gibran  kecil pembantu mereka pernah mengunakan kekerasan kepada gibran. Karena itulah orang tua gibran tidak ingin menyewa pembantu lagi, mereka sudah trauma dengan kejadian pahit sewaktu Gibran masih kecil.

"Eh naufal, sini nak makan dulu" ajak bunda dengan ramah.

Naufal menyimpulkan senyuman lebarnya yang sangat manis, pagi ini ia merasa bahagia sekali. Bahkan ia belum pernah merasakan kehangatan seperti ini. Dulu ia pernah merasakan sewaktu ia masih kecil. Tetapi itu hanya sebentar setelah kejadian itu terungkap.

"Naufal" panggil reno sambil menggoyangkan lengan naufal.

Naufal tersentak dari lamunannya.
"Iya yah"

"Dari tadi ayah perhatiin kamu diam terus. Ada apa?" tanya reno bingung dengan naufal yang tiba-tiba murung.

"Ga ada apa-apa kok yah" jawab naufal berbohong.

"Gue tau lo sedih fal. Dari mata lo aja udah keliatan lo itu lagi bohongi bokap gue" batin gibran dalam hatinya.

"Yaudah, lanjutin lagi sarapannya! keburu dingin loh" ujar bunda.

"Iya bun" jawab keempat lelaki itu dengan kompak.

                                ••••

"Al? Ada teman kamu tuh dibawah"
Teriak mama alliya didepan pintu kamar alliya.

Alliya membuka pintu kamarnya
"Siapa yang datang ma?" tanya alliya.

Mamanya menaikkan kedua bahunya menandakan ia juga tidak kenal dengan teman alliya yang datang kerumahnya itu.
"Jumpain aja dulu, Siapa tau penting al" ucap mamanya.

"Iya ma. Liya ganti baju dulu ya" sahutnya sambil menutup pintunya kembali setelah mamanya mengiyakan ucapannya dan berlalu dari kamarnya.

"Tumben ada teman gue yang dateng pagi-pagi gini" ucapnya pada diri sendiri.

Alliya kemudian membuka almarinya dan mengambil baju yang cocok untuk ia pakai nanti, lalu masuk kekamar mandi yang ada dikamarnya untuk mengganti pakaian. Sebenarnya ia juga belum mandi tadi. Karena ini hari minggu jadi ia bisa bermalas-malasan dulu dikamarnya yang cukup nyaman.

Cukup lama buat alliya untuk menyelesaikan aktifitasnya dikamar mandi. Mungkin hampir 15 menit untuknya membersihkan badan. Maklumlah namanya juga perempuan. ;v

"Maaf, lama nungguin" ujar alliya yang baru saja turun dari anak tangga yang berpapasan dengan ruang tamu.
Ia juga belum melihat siapa seseorang yang sedang bertamu dirumahnya sepagi ini. Bahkan ini baru jam sembilan pagi. Untuk apa orang itu bertamu sepagi ini.

"Iya gak apa-apa" jawab orang itu.

Kita Dan KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang