kita & kata*19

20 2 0
                                    

Mungkin kita bertemu secara kebetulan. Tapi semoga kita bertahan karena sebuah pilihan.

🍁🍁🍁

Naufal langsung memakai helmnya dan menyalakan motornya lalu menancapkan pedal gas dengan kecepatan standar. Siapa tau gadis itu sudah menunggu lama disana seperti kemarin.

Setelah naufal sampai didepan gerbang, ia tak melihat alliya disana. Apakah dia sudah pulang duluan?

Naufal memutar kepalanya kekiri dan kekanan. tetapi hasilnya tetap nihil, ia tak melihat sosok gadis yang ia cari.
Naufal menghembuskan nafasnya gusar. Ia menutup kembali kaca helmnya dan menyalakan mesin motornya.

"Naufal"

Suara itu terlalu familiar ditelinganya. Naufal membuka kembali kaca helmnya, Dengan refleks naufal langsung memutar kepalanya kebelakang.

"sorry ya, udah buat lo nunggu lama"
Ujar gadis itu.

"Gue baru datang kok" sahut naufal.

"Naik!" perintah naufal sambil menutup kaca helmnya. Lalu memberikan alliya helm.

Alliya hanya mengangguk sekilas lalu naik kemotor naufal tak lupa ia juga memasang helmnya.
Setelah itu naufal melajukan motornya dengan kecepatan standar.
Selama naufal membonceng seorang cewek ia tak pernah mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Ia juga tau batasannya dalam mengendarai.

Disepanjang perjalanan mereka hanya diam satu sama lain. Tak ada yang ingin memulai pembicaraan. mereka sekarang sudah sampai didepan rumah alliya.

Lalu Alliya pun turun dari motor naufal. Sambil merapikan rambutnya yang agak sedikit berantakan.

"Makasih ya" ucap Alliya tulus.

Naufal pun mengiyakan ucapan Alliya, tak lupa iya juga menyunggingkan senyumannya walaupun hanya tipis.

"Gue balik dulu" ujar naufal sambil menyalakan motornya.

"Iya, hati hati dijalan" ujar alliya dengan senyuman manisnya.

Dengan jahil Naufal mengacak acak puncak kepala Alliya dengan gemas, hingga membuat rambut Alliya sedikit berantakan. Tetapi Naufal merapikan rambut Alliya kembali.

Bagaimana dengan reaksi alliya sekarang?

Dia langsung diam seperti patung. Seolah olah jantungnya berhenti berdetak, bahkan nafasnya sangat sulit untuk dihembuskan. Kali ini pipinya berhasil panas kembali.

Naufal terkekeh geli melihat tingkah alliya yang terkejut seperti ini. Untuk kali ini ia tak bisa membohongi dirinya untuk tersenyum. Bahkan senyuman itu sangat sempurna mengembang dengan lebar. Tetapi senyuman itu hanya sebentar.

Naufal langsung menstatar motornya.
"Kenapa masih disitu?" tanya naufal.

Alliya mengedipkan kedua matanya.
Sial!

"Lo kan masih disini. Ya kali gue masuk, ga sopan dong." Alibinya.

"Masuk!" satu kata itu mampu meluluhkan hati alliya.

"Iya" sahut alliya lalu membalik badannya dan masuk kedalam rumahnya.

Setelah naufal tak melihat punggung alliya lagi disana. Ia langsung menjalankan motornya meninggalkan perkarangan halaman rumah alliya.

Dibalik itu alliya sedang mengintip naufal dijendela untuk memastikan apakah cowok itu sudah pergi atau belum dari rumahnya. Ternyata sosok itu sudah tak berada lagi didepan rumahnya.

"Liatin siapa liya?"

Alliya langsung menutup kain gorden dengan cepat, lalu membalikkan badannya menghadap seseorang yang menyapanya tadi.

"Eh mama, ee,,itu tadi liya liatin abang ojek yang gantar liya, mau mastiin aja di udah pergi atau belum"
Alibinya sambil terkekeh garing.

"Oh, yaudah sana ganti baju. Abis ini makan dulu" ujar mama alliya.

"Sip" sahut alliya dengan mengacungkan jempolnya kedepan. Lalu berlari masuk kekamarnya.

Mamanya hanya menggelengkan kepalanya. entah apa yang terjadi dengan anaknya ini yang sangat semangat. Biasanya kalau sudah pulang sekolah untuk diajak makan saja sangat payah sekali.

••••

"lo masih marah sama gue?" Tanya keyla.

Sekarang mereka berada disebuah cafe yang dekat dengan sekolah mereka. Tadinya gibran ingin langsung mengantarkan keyla pulang. Pas dipertengah perjalanan gibran melihat cafe yang cukup ramai pengunjungnya. Biasanya kalau ramai itu tandanya makanan disana enak, apalagi perut sudah sangat lapar sedari tadi. tadinya ia juga kesal dengan Keyla yang sudah berbicara seperti itu dibelakangnya.

"Gibran" panggil Keyla.

gibran hanya berdehem singkat tanpa memandang Keyla.

"Gue tadi nanya" ucap keyla memandang wajah gibran dengan lekat. Keyla tak enak hati dengannya, ia merasa bersalah sudah lancang berbicara seperti itu dibelakang Gibran. Tapi ini sepenuhnya juga bukan salahnya.

"Gue lagi gak mau bahas itu" ujar Gibran yang masih setia menyeruputi makanannya. Ternya marah seperti ini saja bisa menguras energinya.

"Tapi gue merasa bersalah sama Lo kalau Lo diemin gue kayak gini"

"Makan! Abis ini kita pulang" ketus gibran.

Keyla tak ingin membuat mood Gibran semakin buruk, lebih baik ia menuruti saja perkataannya.

Setelah mereka selesai menghabiskan makanannya, Gibran langsung mengantarkan Keyla pulang. Tak ada perbincangan diantara mereka berdua.
Hingga sampai dirumah Keyla Gibran juga tak membuka suaranya.

"Gibran" panggil Keyla sedikit canggung.

"Gue udah maafin" sahut Gibran lalu menstatar motornya.

"Gue balik"

"Iya, hati hati"

Kita Dan KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang