5

35 2 0
                                    

10 IPA-1 merupakan kelas Alya yang baru. Akhirnya penderitaan seluruh siswa telah usai. Satu minggu MOS membuat mereka lelah dan yang menjadi momok para cewek adalah kulitnya terbakar akibat paparan sinar matahari. Alya duduk disebuah bangku paling depan bersama dengan temannya Citra.

Suasana kelas 10 IPA-1 kali ini sedang dilanda kegembiraan yang luar biasa. Guru jutek yang mengajar matematika akan izin beberapa minggu karena melaksanakan ibadah haji. Semua siswa berteriak kegirangan ketika mendapatkan kabar tersebut. Ada beberapa siswa yang naik meja sambil menyanyi ada juga yang menaiki sapu ala nenek sihir sambil menjahili cewek cewek.

Saat itu juga kelas Ale menjadi pasar yang sedang banyak promo. Semua berkutik pada kegiatan masing masing. Barisan cewek membentuk kelompok rumpi sembari make up. Sedangkan para cowok ngacir keluar kelas buat ngecengin cewek-cewek.

Berbeda dengan Ale yang sedang tertidur pulas di pojokan tanpa peduli apa yang terjadi di kelas tersebut. Hingga akhirnya ada guru BK yang sedang berpatroli. Semua siswa auto masuk kelas dan kembali ke bangku masing-masing.

Nathan dan Bima berusaha membangunkan Ale.

"Le bangun" ujar Nathan lirih

"Lo dugem sampe jam berapa sih le ?" Bima menyenggol bahu Ale

"Le aduh mampus, Bu Esta ngliatin kita mulu le" ujar Bima yang sudah keringat dingin karena tatapan bu Esta

"BIMAA"

"I-iya bu"

"Samping kamu itu siapa ? Ale ?"

"Bu-buuka- IYAAA ALE BU" ujar Bima yang akhirnya pasrah

"ALE BANGUN" teriak Bu Esta

Yang dibangunkan tak kunjung bangun. Akhirnya Bu Esta geram dan melemparkan sepatu pada Ale dan mengenai kepalanya.

Aduuuh

"Sepatu siapa nih ? gede banget ?" ujar Ale dengan mengucek matanya

Iya. Bu Esta memang memiliki tubuh besar dengan wajah yang garang.

Bima memberi kode pada Ale.

"Eeh bu guru, cantik banget bu hari ini"

Semua siswa yang ada di kelas tersebut berusaha menahan tawa.

"Sini kamu !"

Dengan langkah gontai Ale menuju hadapan Bu Esta

"Kamu mau jadi apa ? sekolah pakai anting, rambut sama baju amburadul. Besuk kamu harus sudah potong rambut, awas aja kalau belum potong" jelas Bu Esta sembari melotot

"Okey bu siap" Kata Ale sembari memberi hormat singkat

"Yasudah lanjutkan belajar kalian"

"Eh salam dulu bu" ujar Ale

"Assalamualaikum"

"Wa'alikum sayaaaang" ujar Ale yang membuat Bu Esta salting

"Huuuu si Ale, nenek nenek masih di embat juga" celetuk Bima

"Ganteng bebaaas"

Ale menuju mejanya dan kembali tertidur

Alya mendengus kesal akibat ulah geng Ale yang setiap hari bikin guru kesal. Ia menggerutu dalam hati, kenapa ia harus satu kelas dengan Ale.

"Gila ya tuh cowok ?" umpat Alya

"Lo belum tau aja Al, di bahkan lebih bebal dari itu, guru aja pernah nangis gara-gara ngeladenin Ale" kata Citra berbisik

***


Gadis berkulit putih itu tengah bersenandung kecil sembari membaca novel. Gadis itu membiarkan beberapa helaian rambutnya menutupi wajah cantiknya. Alya tengah berada di sebuah danau favoritnya ketika ia tengah membaca novel ataupun menulis blog. Danau tersebut berada di pinggir kota Jakarta yang tempatnya tak jauh dari rumahnya. Sepulang sekolah Alya terbiasa mampir di danau tersebut sembari meneguk Thai Tea Green Tea favoritnya.

Alya mendongak melihat langit yang tampak mendung, ia berpikir sebentar lagi akan turun hujan. Gadis itu hendak berdiri, namun rintikan hujan telah mendahului turun ke tanah. Alya segera bangkit dan mengambil sepedanya. Segera ia mengayuh sepedanya, namun di tengah perjalanan Alya harus dihentikan dengan guyuran air hujan yang kian deras. Gadis itu berhenti di sebuah halte.

Sembari menutupi badannya agar tidak kedinginan, sesekali Alya menggosok tangannya agar lebih hangat. Ada sosok laki laki dengan motor sederhananya juga tengah berteduh di halte tersebut. Laki-laki tersebut memperhatikan Alya yang tengah sibuk menghangatkan diri. Ia melihat seragam mereka terlihat sama.

"Nih, pake aja jaket gue" Laki-laki tersebut menyodorkan jaketnya

"Lo ? Ridho ?" kata Alya sembari tersenyum

Ridho Saputra adalah teman sekelas Alya. Ia dikenal sebagai lelaki yang sopan dan pintar. Setiap tahun ia mengikuti kejuaraan olimpiade Matematika mewakili sekolahnya. Sama seperti Alya yang juga pintar, namun dalam bidang Sains.

"Makasih ya jaketnya, Oiya rumah lo mana dho ?" kata Alya

"Rumah gue ? Rumah gue agak jauh dari sini"

"Lah trus ngapain lo disini ?"

Ridho tersenyum menanggapi pertanyaan Alya "Gue kerja part time disalah satu cafe deket sini"

"Oh gitu pantesan"

"Lo tinggal sama siapa dho ?" tanya Alya lagi

"Gue tinggal sama nenek gue, oiya nenek gue jualan rujak, lo kalau mau main aja ke rumah gue" Ucap Ridho

"Oh ya ? okey gue kapan kapan mampir ya" Alya menggaguk seraya tersenyum, dalam hati ia mengagumi Ridho yang mau bekerja bantu orang tuanya.

Air hujan kian mereda, suara adzan ashar terdengar di telinga mereka.

"Em dho, gue duluan ya mau ashar dulu di mesjid deket sini"

"Oh ya, gue tadi juga mau gitu, yaudah sekalian bareng aja" kata Ridho sembari tersenyum

"Oke boleh, nih jaket lho gimana ?"

"Udah bawa aja gapapa, besuk aja lo balikinnya daripada kedinginan" kata Ridho sembari menunggangi motornya.

Alya juga segera mengayuh sepedanya menuju masjid yang tak jauh dari halte tersebut.

"Gue salut sama lo dho, lo baik, berbakti sama orang tua lo, sopan, pinter, soleh lagi" ujar Alya dalam hati.

AleyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang