PONDOK INDAH MALLBegitu kira-kira yang tertulis di bangunan tinggi dengan beberapa lantai itu. Gadis kecil dengan rambut yang digerai itu berlarian, menandakan ia sangat bergembira. Tangan mungil itu tak pernah lepas dari genggaman Alya. Beberapa pasang mata tertuju pada mereka.
Amel memiliki mata yang bulat dengan bulu mata lentik, bibirnya bahkan sangat segar. Begitu juga dengan Alya, kulitnya yang putih dengan rambut tebal dan wangi. Hanya satu kata untuk mereka, CANTIK.
"Kak Alya kita ke play ground ya ?"
"Iya yuk boleh"
Alya menemani Amel bermain dengan senang hati. Alya memang penyayang dan memiliki sisi keibuan. Sosok laki-laki dari kejauhan tengah mengawasi mereka. Ale, tengah duduk sembari menghisap rokoknya. Ia membuka ponselnya, dan diam-diam mengabadian momen-momen ketika mereka tertawa.
"Amel, kita istirahat makan dulu ya sayang, kapan-kapan kita main ke sini lagi ya ?" Ujar Alya dengan lembut ketika ia sudah mendengar adzan maghrib
"Okey kak" Amel menyunggingkan senyumnya. Ia turun dari prosotan dan menghampiri Alya
"Kak, Bang Ale mana ?"
"Itu disana" Alya menunjuk laki-laki yang tengah mentapnya juga
"Yuk kesana !" Kata Alya
Mereka berjalan menghampiri laki-laki yang mulai bosan itu.
"Ale, kita cari makan yuk, kasihan Amel belum makan" kata Alya lembut
Laki-laki itu memutar bola matanya dan berdiri. Ia melangkahkan kakinya menuju sebuah restoran sushi, langganan keluarga mereka. Sembari menunggu pesanan datang, Alya dan Amel bermain ABC 5 dasar.
"Kak Alya, sering-sering ya main ke rumah" kata Amel tiba-tiba
"Kenapa ?" Tanya Alya bingung
"Amel seneng banget, andai aja Amel punya mama atau kakak seperti kak Alya yang bisa diajak main bareng" kata Amel
Lontaran Amel membuat Ale dan Alya saling bertatapan. Hening, tak ada yang berbicara dalam beberapa detik.
"Sayang, Amel harus bersyukur punya keluarga yang sayang sama Amel" kata Alya
"Ih, Amel gak suka abang jahat, mama sama papa sibuk, nggak ada yang bisa diajak main" Amel mengatakannya dengan polos
"Amel, papa sama mama sibuk kerja, biar kamu bisa beli mainan, Amel seneng kan dibelikan mainan ?" kata Alya sembari tertawa kecil
Gadis kecil itu mengangguk antusias.
"Iya sudah. Amel jangan sedih ya. Anggap aja Kak Alya sudah jadi kakaknya Amel" Alya mengacak rambut Amel dan memeluknya
"YEEEEE ASIIIIIK" teriak Amel dengan tawa yang riang
"Sudah yuk makan, kakak suapin ya"
"Iya, makasih kak"
Laki-laki yang sedari tadi diam memperhatikan kedua gadis itu, tersenyum tipis. Ale memandang Alya, gadis itu penuh kehangatan. Bahkan, ia dapat membuat mood adiknya naik 100%. Alya juga pandai dalam hal membuat alasan-alasan yang masuk akal dan dia begitu dekat dengan anak kecil. Benar kata Bi Ijah, Alya gadis yang berbeda.
***
Ramainya koridor sekolah memang selalu terjadi ketika semua guru sedang rapat. Beberapa siswa tengah berjalan-jalan menikmati udara. Ya semua guru pagi ini tengah ada rapat workshop bersama pemilik yayasan. Gadis-gadis memilih untuk bergunjing bersama di taman. Sedangkan anak laki-laki lebih memilih untuk bermain game di kantin Mang Ujang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleya
Fiksi RemajaAlya Fellicya, gadis pintar dan sederhana. Gadis pindahan dari desa yang harus beradaptasi dengan hedonisme di ibukota. Ale Tara Caraka terkenal sebagai sosok yang kasar, nakal dan bergengsi tinggi. Hal itu dikarenakan Ale adalah pewaris Caraka Gro...