18

10 0 0
                                    

Matahari pagi terbit dengan cerah. Namun, suasana pagi ini tak secerah hati Alya. Gadis itu mengayuh sepedanya dengan kencang. Dengan membawa kue dan beberapa baju hasil jahitan ibunya. Hari ini ada hajatan yang mendadak dan Alya harus mengantarnya pagi-pagi. Letak lokasi hajatan dan sekolah Alya lumayan jauh.

Macetnya Jakarta ketika pagi membuat Alya kian panik. Ia melirik jam tangan yang ada di tangannya, sudah menunjukkan pukul 06.55. Dan betapa terkejutnya Alya kalau hari ini hari Senin.

"Mampus kenapa gue bisa lupa sih hari ini senin sih, gimana nih"

Keringat dan tetesan air mata tercampur jadi satu. Ia terus mengayuh secepat mungkin agar segera sampai disekolahnya.

Namun, naas ketika Alya sampai di depan gerbang sekolah, upacara sudah dimulai setengah jalan. Pintu gerbang sudah di tutup rapat-rapat. Tak ada harapan lagi buat masuk ke sekolah. Gadis itu terduduk lesu di pinggir gerbang sekolah. Ia menyeka air mata dan keringatnya dengan sapu tangan yang selalu ia bawa.

"Woy !" Suara bariton dari arah samping mengagetkan jantung Alya

"Anjir, gue kira guru" Alya melotot melihat cowo dengan gaya urakan seperti biasa

"Tumben telat ?" Tanya Ale sembari menyodorkan air mineral

"Makasi" kata Alya sembari membuka tutup botolnya dan meminumnya seketika rasa dahaganya hilang

"Gue tadi di suruh bunda buat anterin pesenan, gue nyantai-nyantai aja, eh baru sadar kalo hari ini hari senin, gue ngebut" Jelas Alya sembari berusaha mengatur nafasnya

"Salah lo, kenapa ga manfaatin pacar" kata Ale sembari mencibir

"Dih, gila lo !"

"Ikut gue yuk !" kata Ale sembari berdiri dari duduknya

"Kemana gile, habis ini upacaranya selese" Kata Alya

"Lo yakin ? mau dihukum bersih-bersih sekolah ?"

Alya tak menjawab pertanyaan Ale

"Lagian bolos sehari ga bikin lo goblok" Kata Ale sembari menarik tangan Alya untuk berdiri

"Le, gila lo mau kemanaaaa, nanti kita bisa di DO sama kepsek"

"Lo lupa ? sekolah ini punya siapa ?" kata Ale dengan tatapan tajam

"Tapiiiiiii...."

"Brisik lo" Ale menarik paksa Alya ikut mengikuti langkahnya

Mereka berjalan menuju warung pojokan sekolah. Betapa terkejutnya Alya, disitu tak hanya siswa dari sekolahannya. Namun, ada beberapa almet dari sekolah lain. Dan, tidak ada cewe satupun kecuali Bi Ina penjual warung tersebut.

Ketika Ale dan Alya memasuki warung tersebut semua mata tertuju pada mereka. Semua cowo dengan penampilan yang jauh dari kata menatap Alya intens.

"Le, gue takut" Secara tak sadar, genggaman tangan Alya mengerat.

Lekuk senyum di bibir Ale tak bisa disembunyikan

"Sorry bro, pacar gue, jangan pada ngeliatin !" Kata Ale sembari mengacungkan jempol pada teman-temannya

"Siapa juga yang berani Le" kata salah satu cowo dengan muka galaknya

"Cuman heran aja bro, kok bisa cewe lo cantik banget, gue juga mau kali bro" kata Bima dari arah belakang warung bersama Nathan

"Berantem yok Bim" kata Ale

"Hai Al" sapa Nathan

"Ga usah genit sama pacar gue" Kata Ale dengan sengit

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AleyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang