13

36 1 0
                                    

Tiga gadis dengan penampilan yang nyentrik sedang menjadi sorotan banyak pasang mata. Mereka berjalan layaknya bak model yang sedang catwalk. Seragam press body yang memperlihatkan lekuk tubuh mereka, dan menjadi identitas mereka bertiga. Mereka bisa dibilang "cantik" berkulit putih, rambut indah, dan anak-anak tajir melintir. Semua siswa menyebut mereka "The Girls"
Namun, kecantikan dan ketenaran mereka tidak sesuai dengan sikap mereka

Mereka tengah mengantre di sebuah kantin siomay. Cece yang merupakan geng the girls tidak suka dengan Alya yang akhir-akhir ini menjadi sorotan gengnya Ale. Ya, Cece tergila-gila dengan Ale.

"UPSSSS... sorry gue nggak sengaja" Cece dengan sengaja menumpahkan siomay dan dompet Alya ke dalam bak cucian piring

"Asataghfirullah, maksut lo apa ?" Tanya Alya

"Wussshhh, cupay berani belagu nih" kata Cece dengan sombong dan diikuti tawa kedua temannya

"LO GILA YA ? LO UDAH NUMPAHIN SIOMAY ALYA DAN BAHKAN LO JATOHIN DOMPET DIA" Citra yang sudah geram ingin menerkam Cece

"Ih Cit, kok lo mau sih temenan sama nih cupay iyuuuuh" kata Cece dengan sombongnya

"CECEEEEE" suara bariton dari arah belakang mengagetkan semua siswa yang tengah melihat kejadian itu

"A-ale ? Yaampun sayaaang" Tangan Cece menggelayut manja di tangan milik Ale, namun dengan cepat Ale menangkisnya

"LO- emang cewek gila ce" Tunjuk Ale lirih namun dengan penuh penekanan

"Ih baby, kamu ngapain sih jadi belain cupay"

"LO PERGI SEKARANG ! JANGAN SAMPAI TANGAN GUE MENDARAT DI MUKA LO" Dengan nada tinggi Ale yang membuat Cece dan gengnya menciut

Setelah kepergian The Girls, Alya menunduk menatap siomay dan dompetnya yang sudah tak tertolong. Bahkan, ia belum membayarnya.

"Bang, buatin siomay 1 lagi buat dia, jadi berapa sama yang tadi ?"

"Emm 20ribu den Ale"

"Nih, kembaliannya buat abang aja" Ale memberikan uang biru, 50ribuan kepada abang siomay

"Tapi le, maka-" Perkataann Alya tak diteruskan karena Ale sudah berlari cepat menuju lapangan

"Tuh anak kayannya kesambet jin tomang deh jadi baik gitu sama lo" Bisik Citra kepada sahabatanya

"Iya kali" Alya mengendikan bahu

***

Amel, gadis kecil itu tengah duduk bersila di sofa besar nan lembut miliknya. Gadis itu meminum susu buatan mamanya. Natasya memutuskan untuk pulang ke Indonesia terlebih dahulu dibanding suaminya karena harus ada meeting perihal pengembangan butiknya. Suara sound TV menggema di ruangan tersebut. Amel tengah menonton kartun spongebobs kesayangannya.

"Mah, abang kok belum pulang ya ?"

"Tumben, kamu nyari abangmu" Jawab Natasya dari dapur sembari membuat kue

Selain cantik, pengusaha, pandai mendesain baju, Natasya juga sangat lihai dalam memasak kue. Sungguh beruntung Candra memiliki istri seperti Natasya

"HAAAAAAAAAAAAA" Ale datang dengan menubruk adiknya yang sedang meminum susu di sofa, alhasil susunya tumpah mengenai bajunya

"ABAAAAAAAAAAANG" Amel langsung menangis karna tingkah laku dari kakaknya, baju dan celananya basah dan lengket

"HUST DIEM BRISIK DE" Ale membekap mulut adenya

"Ya Tuhan. Bener-bener ya kamu bang !" Natasya datang karena sudah geram dengan suara brisik yang ditimbulkan anak-anaknya

"Loh ? Kok pulang cepet mah ?" Kata Ale

"Iya. Lusa mama ada meeting dengan klien di Singapura"

Ale terdiam tak menjawab ucapan mamanya lagi. Ia segera bergegas meninggalkan ruang keluarga tersebut.

"ALE ! KEMANA KAMU ? TANGGUNG JAWAB ADIKMU NANGIS INI LHO" Mamahnya berteriak lebih kencang dari suara Amel yang menangis

"Tauk ah ma, si ade tiap hari brisik, nangisssss mulu kerjaannya"

"Amel, sudah nangisnya, mama buatin kue ya, okey ?" Natasya menghampiri anaknya dan memeluknya

Setelah beberapa menit tangis Amel reda. Amel menghampiri kamar abangnya. Gadis kecil itu berusaha membuka knop pintu, ternyata tak terkunci. Ia melihat abangnya sedang rebahan dengan memainkan ponsel.

"Bang" panggil Amel dengan suara kecil dan imut

"Hmm" Ale hanya berdeham dan menatap adiknya di ambang pintu

"Kak Alya suruh kesini !" kata Alya dengan nada memohon

"Apaan ? Ga Ada dek, hari ini abang libur, lusa abang lesnya" jelas Ale dengan mata tetap fokus di ponsel

"SURUH MAIN KESINI LAH BANG" ujar Amel dengan suara sedikit meninggi

"ABANG GA MAU DEK, UDAH SANA KELUAR" Ale beranjak bangun dari tidurnya dan berniat mengunci pintunya, namun ketika ia hendak pintunya, telinga Ale mendengar suara teriakan adiknya

"AAAAAA ADUH SAKIT ABANG HUAAAAAA" Gadis kecil itu menangis lagi dengan kencangnya, tangan gadis itu terjepit pintu kamar Ale

Ale yang tersadar ia segera menunduk dan menggenggam tangan adiknya yang memerah "Adu dek dek jangan nangis, abang sembuhin ini tangannya"

Ale berusaha untuk meniup tangan adiknya yang memerah.

"YAALLAH ALE, MAMA PUSING YA, KENAPA LAGI YAALLAH" Natasya datang dari pintu dengan kepala yang sudah cenut-cenut

"KAMU TU YA GAADA CAPEK-CAPEKNYA BERANTEM SAMA ADIK KAMU"

"Huaaaa mamaaaaaah, Amel nggak mau punya abang kaya bang Ale mah, Amel maunya punya kakak kaya Kak Alya" Amel berlari ke pelukan mamanya dan mengadu

"Alya siapa le ?" Tanya Nataysa

"Itu mah, Alya mentor Ale" jawab Ale dengan menggaruk rambutnya

"Oh jadi yang dari tadi Amel ceritain ke mamah itu mentor kamu yang disuruh kakek itu"

"Udah sekarang suruh Alya ke sini" Natasya mengucapkannya tiba-tiba

"Buat apaan sih mah ?"

"Ya buat mentorin kamu lah"

"Mah.. hari ini Ale libur, lusa dia kesini"

"Nggak, mama nggak mau, lusa mama berangkat, suruh majuin bimbelnya hari ini"

"Nggak, Ale nggak mau"

"MANA HP KAMU SINI CEPET !"

Natasya mengetikkan sebuah pesan yang dikirimkan kepada Alya

"Tunggu ya, bentar lagi kak Alya sampe" kata mamahnya dengan mencium dahi Amel

"Yeeeeeee asyik"

"Apaan sih ini mah, Ale nggak mau"

"Sudah, kamu diem ya le, ngikut saja apa kata mamah"

"AH SERAH MAMAH" Ale masuk kamarnya dengan mulut yang sudah maju satu meter

AleyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang