Bab 5

1.6K 139 20
                                    

Setelah Mrs. Rani keluar dari ruangan Anweil, Anweil Bree menutup pintu ruanga itu. Lalu ia kembali duduk di depan cermin. Ia memandangi wajahnya di cermin, disana ia melihat pantulan wajahnya sendiri di cermin itu . Lalu Anweil memandangi jari telunjuknya sendiri, tanpa di sadari ia menggerakan jari telunjuknya membentuk sebuah lingkaran, lalu...

Wuuuusshh

Api berpendar di atas jari telunjuknya, Anwel berkedip berkali-kali kemudian api itu hilang. Lalu Anweil mencoba menggerakan kembali jari telunjuknya dengan gerakan yang sama, dan kemudian keluar pusaran angin manari-nari di atas jari telunjuknya. Lalu ia menggerakan tangannya membentuk sebuah gerakan memutar, lalu...

Wuuuussshhh

Batu-batu kecil terlihat seperti tanah berputar-putar di atas kepalanya, kemudian berganti menjadi sebuah aliran air yang menari-nari mengitari dirinya. Saat Anweil berputar ke arah cermin seluruh kekuatan itu mengelilingi tubuhnya, manik matanya yang berwarna hijau emarald itu kini berubah menjadi kabut putih bagaikan salju yang tengah menari-nari di matanya. Terlihat hampa, tetapi sangat megerikan jika di lihat seksama. Anweil ternyum lalu...

'Uhuk uhuk...'

Anweil menyemburkan darah segar, Anweil jaruh terkulai lemah di lantai, semua kekuatan sihir itu hilang, dan kini matanya kembali kemaniknya yang normal. Anweil mengusap darahnya sendiri, kemudian ia melihat sekeliling seperti mencari sesuatu. Merasa tidak ada yang bisa ia temukan ia pun beranjak dari ruangan itu.

"Aku harus mencari orang yang bisa mengajariku dan melatihku, aku lemah. Ibu, beri aku petunjuk." ujar Anweil kepada dirinya sendiri.

Anweil pun teringat dan ia pun kembali berbicara sendiri. "Arfan, tapi... Aku keperpustakaan saja kalau begitu, siapa tahu ada yang bisa aku baca mengenai bagaimana cara mengendalikan Api, Air, Tanah, dan Angin."

Anweil berlari keluar dari ruangan itu, ia berlari menuju keperpustakaan. Steve yang melihat Anweil berlari-lari seperti itu pun mengejarnya. Anweil terus berlari sampai ia terjatuh karena menabrak seseorang.

Bruuuuk

"Aaaw,,, m-maafkan aku, aku tidak sengaja dan sedang buru-buru." ujar Anweil kepada orang itu.

"Oh tidak apa-apa, mnp... Kau Anweil kan?" ujar Pria berkaca mata yang berada di kelas tadi.

"I-iya, aku Anweil." balas Anweil sambil menjabat tangan pria itu.

Pria berkaca mata itu tersenyum lalu ia pun membalas jabatan tangan itu. "Aku Joe Andreas, panggil aja Joe. Oh iya kamu mau kemana?"

"Aku mau ke perpustakaan," sahut Anweil.

"Kebetulan sekali, kami juga ingin keperpustakaan. Dan hai, aku Miranda Swan." ujar wanita Cantik yang memiliki telingan panjang.

Anweil bengong melihat Miranda dan Joe yang memiliki telinga yang panjang dan runcing. Kemudian Anweil pun berbicara. "Aku Anweil, i-itu telinga kalian kok seperti itu?"

Joe dan Miranda tertawa melihat Anweil yang keheranan melihat Miranda dan Joe. Lalu Joe pun menjelaskan kepada Anweil. "Oh, kami keturunan Elf atau Peri. Jadi wajar jika kami memiliki telinga panjang seperti ini. Ya sudah ayo kita keperpustakaan. Mulai dari sekarang kita berteman,"

"Tapi, apakah kalian tidak akan takut atau menghinaku seperti yang lainnya saat di kelas?" sahut Anweil.

Tuuuuk

"Bodoh, kalau kami takut atau akan menghinamu mana mungkin kami berbicara dan berjalan denganmu seperti ini. Lagi pula mereka norak dan iri saja deganmu, ya sudah jangan di pikirkan. Ada kami yang akan membantumu," Sahut Miranda sambil menepuk kepala Anweil, sementara Anweil hanya menringis sambil mengelus kepalanya yang sakit.

BL-The Land Of DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang