Bab 10 End.

2K 131 7
                                    

Perperangan itu masih berlanjut dan sangat sengit. Semua musuh menyerang Land Of Dawn secara membabi buta. Semua anggota atau pasukan dari Land Of Dawn terluka parah. Bau amis khas darah tercium sangat kental dan kuat, seperti bau karat. Tanah Land Of Dawn kini di banjiri dengan ribuan mayat dan di hujani darah. Arfan, Rendiya, Mrs. Rani, Steven, dan Alvian kini mati-matian melawan musuh yang sangat kuat.

Anweil berdiam diri di tengah-tengah pertempuran yang sengit itu. Ia melihat semua orang tengah bertarung, matanya mulai berembun dan berair. Ia harus mengakhiri pertempuran ini. Dengan jiwa dan perasaan yang sakit, mata Anweil berubah bercahaya, tubuhnya kini di kelilingi oleh cahaya kilauan seperti mutiara, tubuhnya bersinar hijau terang. Tubuhnya terangkat ke atas langit, dan...

Duaaaaaaaar
Booooom
Cetaaaaaas

Petir menyambar kemana-mana, cahaya hijau temaram menyilaukan mata dan meluluh lantahkan semua yang ada disana. Anweil memeilih mana musuh dan bukan, musuh semua kelabakan dengan serangan yang Anweil lakukan. Anweil masih melayang-layang di udara dengan sayap indah berwarna hijau dan emas. Seketika penampilannya berubah kembali, di tangan kanannya ia memegang timbangan pengadilan, sementara tangan kirinya memegang sebuah tombak yang runcing.

Sementara kedua sayapnya berubah menjadi sebuah lingkaran yang penuh dengan senjata, itu adalah roda penghakim. Semua orang tercengang saat melihat Anweil menjadi seperti itu, ia melayang di udara, langit menghitam dan gelap, petir menyambar disisi kanan kirinya. Kemudian sebuah piramida atau jam waktu muncul di atas kepala Anweil, membentang seluas Land Of Dawn.

Kemudian angin bertiup kencang sekali, lalu Anweil tersenyum sinis, sebuah naga hitam keluar, dengan sisik terbuat dari api. Mata naga itu sangat tajam, auman naga itu terdengar memekakan telinga. Bahkan lengkingannya mampu membuat semua orang menderita. Naga itu bergerak melingkar tepat di atas kepala  Anweil, lalu Anweil berbicara.

"Musnahkan mereka!!!" tegas Anweil.

Naga itu meluncur kearah musuh sesuai arahan Anweil, naga itu berputar-putar mengitari mereka semua, teriakan memilukan terdengar sangat keras. Naga hitam dari neraka itu terus berputar mengelilingi musuh dan menyerap energi mereka. Seketika saat pintu ke adilan muncul, naga itu langsung meluncur kearah pintu itu. Suara gemuruh terdengar sangat keras. Saat naga dan pintu itu menghilang, langit kembali cerah dan suasana kembali hening. Di atas sana masih terlihat Anweil dengan segala keagungannya, kemudian kakinya menghentak sebuah arai yang ia pijak kemudian, saat arai itu menyebar semua kondisi Land Of Dawn yang porak poranda kini kembali seperti semula.

Selang beberapa menit, kini Anweil tengah kembali dengan wujudnya yang sangat tampan dan manis. Ia berjalan ke arah Arfan dan yang lainnya, saat ia berjalan percikan-percikan kilauan keemasan keluar dari kakinya, jubahnya beterbangan melayang-layang bagaikan seperti terkena angin. Wajahnya terlihat sangat berwibawa, terlebih mahkota Land Of Dawn bertengger di atas kepalanya. Semua orang berlutut dan memberi hormat kepadanya.

"Hormat kami kepada yang mulia Land Of Dawn, Anweil." ujar mereka serentak.

"Bangunlah, kalian tidak perlu melakukan itu padaku. Sekarang Land Of Dawn di bawah perlindunganku, sekarang kita semua sudah aman dan tidak akan ada lagi yang bisa merebut Land Of Dawn dariku." ujar Anweil.

Semua mengangguk dan bersorak sorai meneriakan nama Anweil. Kini Land Of Dawn kembali aman dan tentram.

Tiga bukan kemudian...

Tiga bulan setelah pertempuran itu, Anweil kini resmi di angkat menjadi raja Land Of Dawn, Sementara Alvian kini membantu Anweil dan bertugas menjaga Land Of Dawn. Arfan kini resmi menjadi jendral perang, sementara Rendiya kini resmi menjadi penasehat khusus untuk Anweil. Steven kini Resmi menjadi penjaga perpustakaan sesuai hobinya, sementara Mrs. Rani kini resmi menjadi kepala Academy. Academy Land Of Dawn kini sangat ramai.

Saat mereka sedang berbincang-bincang di aula utama, sebuah cahaya hijau yang terang muncul. Dan muncul di balik cahaya itu sosok wanita yang sangat cantik dan anggun.

"Selamat anakku, kau kini menjadi raja yang baru, jadilah pemimpin yang bijaksana bagi semua rakyatmu." ujar Sarida Bree.

"Ibu, ibu masih hidup?" tanya Anweil sambil berlari ke arah ibunya.

"Ibu akan selalu berada di sisimu anakku," sahut Sarida sambil memeluk Anweil. Kemudian ia malanjutkan kata-katanya. "Alvian, kemarilah nak. Ibu merindukanmu."

Alvian berlari kearah Sarida sambil meneteskan air matanya. "Aku juga sangat merindukan ibu,"

Semua yang melihat itu sangat senang dan ikut berbahagia. Semua kembali normal, Sarida tetap berada di Land Of Dawn bersama kedua putranya yang sangat bijaksana dan tampan. Semua kini telah hidup aman dan damai, semua klan berdampingan satu sama lain. Anweil dan Alvian juga sering berpergian kedunia manusia biasa, belajar dan hidup disana membuat Alvian mengerti bagaimana sulitnya hidup di dunia manusia.

"Aku pikir hidup disini akan mudah, tidak seperti di Land Of Dawn." ujar Alvian kepada Anweil.

"Memang tidak mudah, disini kita harus bekerja untuk mendapatkan uang demi kelangsungan hidup, meski kita membawa banyak harta dan uang dari negeri kita, tapi jauh lebih enak dan nikmat jika memiliki penghasilan sendiri." ujar Anweil.

"Didunia manusia ini, kita di ajarkan untuk mandiri dan kuat. Jika kita lemah maka kita akan tertindas. Jika kita kuat dan memiliki kekuasaan maka mereka akan tunduk dan patuh." sahut Alvian.

"Tidak semua manusia di dunia ini yang tulus tunduk dan patuh. Tidak semua manusia didunia ini ada yang tulus berteman dengan kita, bahkan ada yang hanya memanfaatkan saja. Berhati-hatilah dalam memilih teman, sahabat, pacar, atau apapun. Jika kau memeliki masalah, sebaiknya ceritakan masalahmu dengan orang yang kau percayai, baik itu ibu atau aku sebagai adikmu. Tetapi tak jarang banyak manusia yang masih memiliki hati baik dan tulus menerima kita apa adanya. Mencari teman satu meja dengan kita itu sangatlah sulit, tidak semudah kau mengucapkan hai, dan halo." sahut Anweil.

"Kau benar adik ku, ada kalanya dimana kita harus benar-benar tau siapa lawan bicara kita dan seperti apa dia." ujar Alvian.

Anweil tersenyum kemudian ia berbicara. "Sama halnya dengan ucapan kakak tadi, jika kita memiliki uang, harta berlimpah. Janganlah sekali-kali kita menyombongkan diri, karena di atas langit masih ada langit. Jadilah kita jiwa yang rendah hati dan menolong sesama. Itulah kunci untuk kita tetap hidup tenang, aman, dan damai. Terlebih jika kita saling berbagu satu sama lain, kita tidak akab rugi. Berbagi itu indah,"

Alvian tersenyum, kemudian ia memelik Anweil erat. "Ya sudah, makan dulu. Keburu dingin nanti,"

Anweil dan Alvian makan bersama, bersenda gurau bersama. Kini mereka semuanya hidup tentram dan damai untuk selamanya....






Tamat....


Hai cerita ini udah tamat ya. Maaf banget, karena kesibukan aku di dunia nyata jadi agak lama upnya.

Ya sudah sampai ketemu di ceritaku selanjutnya ya... Babay...



Jangan lupa komen dan vote ya.

BL-The Land Of DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang