Asha | 2

337 32 7
                                    

Malam hari saja Asha masih bekerja. Sebenarnya bu Santi keberatan dengan Asha yang mencari kerja diluar.tapi,melihat semangat yang dimiliki Asha membuat bu Santi yakin kalau Asha akan baik-baik saja. Tanpanya.

Memang bukan Asha yang melayani para  pelanggan di caffe. Ia hanya sekedar pelayan yang membersihkan meja yang ada di caffe tersebut.

Tak apa,selagi pekerjaan itu masih halal.

Waktunya Asha membersihkan meja, karena pelanggan baru saja keluar dari caffe. Tangannya begitu telaten mengelap bagian permukaan meja caffe. Dahinya dipenuhi keringat yang menandakan ia terlalu lelah untuk menjalani hari ini,tapi tak apa.untuk ibu,akan Asha lakukan.

"Mau pesan apa,Mas?" Ucap pramusaji yang begitu ramah dihadapan Mahesa.

Matanya tidak lepas dari buku menu yang sudah ada dihadapannya. "Saya mau pesan kopi espresso 1,sama kentang gorengnya 1," setelah itu ia mengembalikan buku menu pada pramusaji tersebut.

Mahesa sengaja memilih tempat diluar ruangan,karena pasti ia akan merokok. Saat menyesap rokoknya dalam-dalam, pandangan Mahesa tidak lepas dari gadis yang sedang membersihkan meja yang tidak jauh ia tempati saat ini.

Menurutnya,wajah itu sudah tidak asing lagi baginya.ya,Mahesa ingat dengan wajah itu.wajah itu yang pernah membuat Mahesa sadar akan dirinya yang sekarang.

Yang sering mengeluh.

Bukannya memanggil,Mahesa hanya diam saja sambil menyesap rokoknya.entahlah yang dipikirkan Mahesa sekarang itu apa?mungkin ia punya cara sendiri untuk bertemu dengan gadis yang belum ia tahu namanya.

Tidak lama kemudian,pramusaji tersebut membawakan pesanan Mahesa yang baru saja ia pesan.

Sebenarnya,Mahesa jarang kesini.ia datang kesini kalau lagi mau saja.Mahesa adalah orang yang terkenal workaholic.ia kalau sudah megang kertas-kertas dikantor akan lupa waktu.

Pandangan Mahesa tidak pernah lepas dari gadis yang sedang membersihkan meja yang terdapat di caffe tersebut. Mahesa tidak ada niatan untuk pergi dari caffe tersebut.kalau ia mau,akan dari tadi ia pergi setelah membayar pesanannya. Tapi untuk apa ia berlama-lama di caffe itu?bukankah istirahat yang saat ini ia butuhkan?

Tepat pukul 9 malam,Mahesa melihat gadis itu keluar dari caffe dengan membawa tas slempangnya.sepertinya gadis itu akan pulang.

Dengan cepat,tangannya meraba kantung celananya yang terdapat dompet dan mengeluarkan beberapa uang kertas berwarna biru dua lembar.setelah itu ia pergi untuk mengikuti langkah gadis itu.

☆☆☆

Mahesa mengejar gadis itu yang sedang mengayuh sepedanya. Dari kejauhan ia melihat tangan gadis itu yang dilapisi perban. "Tunggu,"

Asha menengok kebelakang dengan dahi yang mengerut. Ia sendiri bingung kenapa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.

Asha menaruh sepedanya ditepi jalan trotoar.kemudian menghampiri laki-laki yang tadi mengejarnya.

"Kita boleh ngobrol sebentar?"

Asha mengangguk tanpa menjawab dengan suara. laki-laki itu hanya menunjuk bangku yang letaknya tidak jauh dari tempat sepedanya terparkir. "gimana sama lukanya?"

Tangannya sedang menulis sesuatu dikertas kecil yang akan ia berikan kepada laki-laki yang sedang berada dihadapannya."ada apa,ya?"

"Kita berdua belum saling kenal.kenalin nama gue Mahesa,kalau lo siapa?"

Asha kembali menulis."asha,"

"Jadi gue bisa manggil lo ... asha?" Asha hanya mengangguk.

ASHA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang