Asha | 8

213 24 2
                                    

"Assalamualaikum," ucap kedua manusia itu dengan kompak setelah menginjakkan kakinya dirumahnya sendiri. Ada sahutan dari dalam rumah yang suaranya perlahan terdengar. "Waalaikumsalam," jawab Rani. Bundanya Mahesa.

Rani terbujur kaku karena melihat seseorang yang selama ini ia nantikan kepulangannya. Sampai ia tidak bisa berkata-kata lagi. Ini nyata kah?

"Ayo masuk," Rani mempersilahkan Mahesa dan Rio untuk masuk kedalam rumah. Tapi hanya Mahesa yang sudah melangkah lebih dulu untuk masuk kedalam rumah. Sedangkan Rio masih enggan untuk beranjak dari tempatnya tanpa mau masuk kedalam rumahnya.

"Mari masuk," ucap Rani kembali. Rio masih menatap kaku dengan pandangan yang sulit diartikan. "Apa saya masih pantas untuk masuk kedalam rumah ini?"  Ujar Rio.

Mahesa melangkah mundur untuk mendekati sang ayah yang masih ada didepan pintu masuk. "Ayo ayah kita masuk,kita makan sama-sama pasti bunda sudah menyiapkan untuk kita," ajak Mahesa.

Bukannya mau menolak,tapi Rio tahu diri kalau dirinya sudah menyakiti perasaan ibunya. "Kamu masuk saja,ayah akan pulang setelah mengantarkan kamu," dahi Mahesa mengerut. "Ayah mau kemana?"

Rio memegang bahu anaknya. Walau berat rasanya,tapi mau bagaimana lagi. Ini memang sudah jadi resikonya. "Ayah akan pulang kerumah ayah. Tapi bukan disini,"

Mahesa mendekat, "rumah ayah disini,"

Ucapan yang baru saja anaknya katakan dapat membuat hatinya tergerak untuk menjawab tapi ia hanya tidak ingin menyakiti anaknya. "Itu dulu,Nak,"

Sedangkan Rani hanya diam saja tanpa mau menjawab. Ia sendiri masih terkejut dengan kedatangan suaminya. "Kita bicarakan didalam secara baik-baik," saran Mahesa.

Mereka duduk di sofa dengan jarak yang berjauhan. "Bunda...esa membawa ayah kembali," Mahesa berbicara dengan nafas yang beraturan. Rani memandang anaknya dengan mata yang begitu sayu. Rani melihat mata anaknya yang terdapat kantung mata yang menghitam tanda ia terlalu banyak pekerjaan sehingga tidak sempat untuk beristirahat.

Rani mencoba untuk tersenyum,walau sejujurnya ia tidak mau membuat hati anaknya terluka. Ia harus mengalah demi anaknya. "Iya,Nak,"

"Ada yang mau saya bicarakan sama kamu,Rani," kali ini yang berbicara seperti itu adalah Rio. Rani hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Maaf walau sebenarnya kata maaf sudah terlambat. Tapi saya menyadari kalau yang saya lakukan itu sudah menyakiti banyak orang,terutama kamu dan anak kita,Mahesa. Maaf kalau cara saya yang salah untuk melakukan ini semua walau sebenarnya untuk kebaikkan kalian juga. Jujur saja,wanita yang pernah datang kesini bersama diriku dihadapanmu saat itu adalah wanita bayaran yang hanya berpura pura menjadi wanita simpananku. Saat itu kondisi perusahaan sedang diambang kehancuran. Saya bingung mau menyelesaikan dari mana dulu,tanpa berfikir panjang akhirnya dengan bodohnya saya memilih untuk meninggalkan kalian berdua agar hidupnya tidak susah. Memang butuh proses,butuh kesabaran juga,perlahan tapi pasti perusahaan saya kembali maju seperti dulu lagi. Sekarang,tujuan saya untuk kembali hanya untuk kalian berdua,walau sebenarnya saya tahu tidak akan ada kesempatan bagi saya untuk membetulkan rumah tangga yang sebenarnya saya sendiri yang telah menghancurkannya." Setelah bercerita kejadian yang sesungguhnya membuat Rio merasa lega. Setidaknya ia sudah berusaha untuk jujur.

"Kenapa mas Rio berfikiran untuk meninggalkan kami agar kami tidak hidup kesusahan,begitu?aku,esa,akan ikut kemana pun mas Rio pergi. Kamu adalah tulang punggung keluarga kami. Dan sebagai kepala keluarga juga.  Jangan pernah berfikiran kalau dengan uang bisa membuat hidup kita berubah. Sama sekali enggak. Kita disini menunggu kepulangan mu." Rani menangis. Ia sudah tidak bisa menahan rasa yang selama ini ia pendam sendiri. Tanpa Mahesa tahu.

ASHA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang