Dokter tersebut keluar dari ruangan kemudian Mahesa dan Bu santi buru-buru menghampirinya. "Bagaimana keadaannya,Dok?"
Dokter tersebut tersenyum sambil memegang kedua bahu Mahesa. "Alhamdulillah,pasien sudah melewati masa komanya. Pasien akan dipindahkan keruangan rawat inap,"
Nafas Mahesa sedikit beraturan. Dan Bu santi terus mengucapkan kata syukur setelah mendengar ucapan Dokter mengenai keadaan Asha.
"Kalau begitu saya permisi dulu," ucap Dokter tersebut yang sudah pergi meninggalkan Mahesa dan Bu santi.
Aku tahu kalau kamu akan kembali sadar. Aku janji setelah ini,aku yang akan menjagamu. Biarkan aku menjadi orang yang pemaksa kalau mengenai dirimu Setidaknya,kamu bisa berada disampingku. Batin Mahesa.
☆☆☆
Mahesa baru saja menginjakkan kakinya dikantin rumah sakit. Seharusnya ia sedang memilih menu makanan apa yang akan ia makan. Karena dari semalam perutnya sama sekali belum di isi. Tapi menu makanan yang terlihat lezat tidak dapat membuat Mahesa menjadi nafsu makan.
Mengenai kabar Asha, Mahesa sudah cerita kepada kedua orangtuanya. Semalaman Mahesa tidak pulang kerumah demi menjaga Asha. Dan untungnya kedua orang tuanya sangat mengerti dirinya.
Mahesa duduk dikursi plastik dengan tangan yang terus mengaduk kopi susu yang masih panas. Setelah itu pelan-pelan ia meniup-niup kopi tersebut agar tidak terlalu panas untuk diminum. Pikirannya tertuju pada benda yang dari tadi ia genggam ditangan kiri. Sebuah kotak kecil yang berisi cincin.
Bahkan menyatakan perasaan yang sesungguhnya tidak berani. Batin Mahesa.
Setelah membayar kopi,Mahesa kembali ke ruangan rawat inap. Ketika membuka kenop pintu, pandangannya tertuju pada Asha yang sudah sadar dan juga ada Bu santi yang setia menemani Asha. "Eh ada nak Esa," ucap Bu santi. Mahesa hanya tersenyum sebagai jawaban.
"Kamu sudah makan,Nak?" Tanya Bu santi pada Mahesa.
Mau makan juga gak akan berselera. Batin Mahesa.
"Tadi cuma minum kopi aja,Bu," Bu santi mengernyit bingung sambil menghampiri Mahesa yang sedang berada diambang pintu. "Kenapa kamu gak makan? Dari semalam kamu sudah menjaga Asha dengan baik. Nanti kalau kamu sakit,gimana?" Ketakutan Bu santi dapat Mahesa lihat dari ucapannya saat ini. Mahesa paham,kalau Bu santi khawatir padanya. Makanya ia bersikap seperti itu.
"Esa lagi gak nafsu makan,Bu,makanya minum kopi aja biar gak ngantuk," diakhir ucapannya Mahesa tersenyum tanpa merasa bersalah. Bu santi hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Mahesa yang sudah ia anggap seperti anak kandung sendiri. "Kalau begitu ibu pulang dulu ya,Nak. Ibu titip Asha ya,Nak,"
Mahesa mengangguk. "Iya,Bu. Mau esa anter pulang?" Tawar Mahesa.
Bu santi menggeleng. "Gak perlu,ibu pulang sendiri aja," Mahesa dan Asha bergantian mencium punggung tangan Bu santi. Setelah itu pintu masuk sudah tertutup kembali.
Suasana menjadi hening. Masih sibuk sama pemikirannya masing-masing. Mahesa yang sudah berjalan maju untuk duduk didekat Asha. Sedangkan Asha sedang memandang luar lewat jendela rumah sakit.
"Sha," Asha menengok. "Kamu udah makan?" Tanya Mahesa.
Asha menggeleng. Mahesa bernafas gusar. "Kenapa belum makan?biar cepat sembuh,"
Asha kesulitan dalam mengambil notes kecil yang selalu ia gunakan saat berinteraksi bersama orang lain yang sekarang notesnya berada diatas meja nakas. Mahesa yang peka langsung mengambil notes tersebut kemudian memberikannya pada Asha.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASHA (SELESAI)
Teen Fiction(Short Story) "kamu berhak bahagia." seperti namanya,MAHIKA ASHA.kalau dalam bahasa sanksekerta yang artinya harapan bumi.nama yang sangat indah.tapi tidak dengan kehidupan nyata yang selalu menyimpan kepahitan dalam senyumnya. membenci diri sendiri...