2 tahun kemudian...
Mahesa membuka matanya saat meraba disamping kasurnya yang tidak menemukan istrinya itu. Dengan nyawa yang masih belum kumpul, ia menyender di headboard kasurnya. Sebelum menemui Asha, Mahesa bergegas kekamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.
Langkahnya menuju ruang penghubung antara kamarnya dengan kamar anaknya. Mahesa sengaja membuat kamarnya dengan anaknya berdekatan, agar mudah bolak-balik dan tidak perlu repot untuk melihat anaknya yang sedang tertidur di box bayi.
Mahesa mengucek matanya saat melihat istirnya yang sedang memakaikan baju pada putranya. Oh iya, mengenai anak, sekarang Mahesa dan Asha sudah memiliki seorang bayi laki-laki yang bernama Arsya Mahisa Sadhana.
Arsya yang artinya pemilik singgasana. Mahisa (mahika dan esa) merupakan gabungan nama Asha dan Mahesa. Kalau Sadhana merupakan nama keluarga Mahesa. Pastinya ada banyak harapan bagi Asha dan Mahesa untuk putra kecilnya dari nama yang diberikan.
"Ternyata kamu ada disini," Mahesa menghampiri Asha kemudian pandangannya langsung tertuju pada Arsya yang sedang melihat kearahnya di gendongan Asha.
Bayi mungil yang baru berusia 2 bulan tersebut hanya tersenyum sebagai jawabannya. Mahesa mengambil alih Arsya dari gendongan Asha.
Oh iya, mengenai keluarga mereka, sekarang Mahesa dan Asha menetap di Bandung karena memang pekerjaan Mahesa yang mengharuskan ia pindah ke Bandung. Asha sebagai istri tentu tidak merasa keberatan untuk ikut suaminya, bagi Asha kemana pun suaminya pergi, ia harus bisa menemaninya. Maka dari itu saat ini mereka menetap di Bandung untuk membangun keluarga kecil mereka.
"Anak ayah udah wangi, main sama ayah yuk?" Ajak Mahesa yang mendapat kekehan dari Asha.
Asha yang melihat Arsya sedang asik bersama ayahnya langsung bergegas ke kamar mereka berdua untuk membereskan tempat tidur.
Mahesa menaruh Arsya di stroller bayi. Pagi ini mereka akan mengajak Arsya jalan pagi sekitar komplek perumahan saja.
Memang menjadi kebiasaannya kalau di hari weekend untuk membantu Asha seperti menjaga Arsya. Mungkin bagi Asha tidak masalah untuk suaminya yang tidak terlalu banyak mempunyai waktu, bahkan istrinya itu sangat memahaminya. Tapi tidak bagi Mahesa yang selalu merasa bersalah karena terlalu sibuk sama pekerjaannya sampai-sampai ia selalu pulang larut malam hingga ia tidak bisa melihat anaknya yang sudah tertidur pulas.
Mereka berdua sedang jalan santai disekitar komplek perumahan. Banyak juga tetangga yang menyapa mereka berdua. Mungkin mereka berdua salah satu pasangan suami istri yang baru tinggal diperumahan yang saat ini mereka berdua tempati.
"Eh ada nak Asha," ucap bu Riska. Asha tersenyum tipis sebagai jawabannya. Bu riska salah satu tetangga yang paling peduli dengan keluarga Asha. Ia sering main kerumah Asha untuk melihat Arsya. Bagi bu Riska, Asha dan Mahesa sudah ia anggap seperti anak sendiri. Ia memang mempunyai anak, tapi berhubung anaknya tinggal di jakarta, jadi ia hanya tinggal bersama suaminya saja di Bandung.
Bu riska menghampiri Arsya yang berada di stroller bayi. Bu riska mengelus pipi Arsya dengan pelan. "Haduh cucu nenek gemesin banget sih," Arsya menggeliat seakan merespon jawaban Bu riska. "Lagi libur,Nak?" Tanya bu Riska.
Mahesa tersenyum. "Iya bu,mumpung lagi libur esa mau ajak Asha sama Arsya jalan pagi. Oh iya bu, bapak ada?" Bu riska mengangguk. "Ada,lagi baca koran. Ayo kita masuk kedalam," ajak Bu Riska.
Mereka berdua saling menatap satu sama lain.
Mahesa tersenyum. "Makasih bu, tapi kita mau ajak Arsya jalan-jalan dulu sekitar komplek,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ASHA (SELESAI)
Teen Fiction(Short Story) "kamu berhak bahagia." seperti namanya,MAHIKA ASHA.kalau dalam bahasa sanksekerta yang artinya harapan bumi.nama yang sangat indah.tapi tidak dengan kehidupan nyata yang selalu menyimpan kepahitan dalam senyumnya. membenci diri sendiri...