Sore ini akan menjadi pertemuan terakhir Mahesa saat bersama Asha. Rencananya Mahesa akan berangkat pukul 8 malam, jadi masih ada waktu untuk menghabiskan waktu bersama Asha.
"Kamu nanti gak kangen sama saya?"
Asha tersenyum simpul.
"Jawab dong!saya butuh jawaban," desak Mahesa.
"Hati-hati ya disana,jangan lupa istirahat. Jangan terlalu banyak bekerja,gak baik juga buat kesehatan mas esa,"
"Kamu itu sama kayak bunda saya. Tapi saya senang dengan adanya perhatian yang diberikan,"
"Kamu mau ajak saya untuk mencoba makanan pilihan kamu,"
Dahi Asha mengerut seolah tidak percaya dengan ucapannya yang baru saja Mahesa ucap. "Iya. Saya yakin kalau pilihan kamu gak salah,"
"Itu pujian atau bohongan nih?"
"Dua-duanya aja. Saya gak suka milih diantara pertanyaan yang sulit."
"Oh iya hampir saja lupa,tasya titip salam buat mas esa,"
Mahesa terkekeh. "Salam balik bilangin ke Tasya. Saya juga pasti kangen sama Tasya,"
"Terserah mas esa mau makan apa,"
Mahesa berfikir sejenak. "Gimana kalau kita makan roti bakar?"
Asha setuju dengan menganggukkan kepalanya. Setelah itu kedua pasangan yang sedang naik motor vespa langsung pergi menuju kedai kopi yang menjual roti bakar juga.
Setelah memesan roti bakar beserta minumannya,mereka duduk berhadapan sehingga bisa saling menatap satu sama lain.
"Maaf...udah buat kamu malu,"
Asha menaikkan satu alisnya bingung.
"Malu kenapa?""Karena ngajak kamu pakai motor vespa saya,"
Asha tersenyum kecil. "Mau naik motor apapun saya gak peduli. Gak pernah berfikir untuk malu naik motor seperti itu. Gimana sama kamu yang ngajak orang seperti saya?"
Mahesa memberikan tatapan tajam sambil menyalakan rokok dengan korek api yang ia bawa. Mahesa menyesap rokoknya dalam sehingga mengeluarkan asap dari mulut dan hidungnya.
Asha tidak tahan melihat Mahesa seperti ini. Ia paham kalau saat ini pikiran Mahesa sedang gelisah,tapi tidak dengan cara merokok yang menjadi pelariannya. Masih ada hal positif untuk bisa dilakukan.
Tangannya mengambil rokok yang sedang Mahesa hisap. Tapi buru-buru Mahesa membuang puntung rokok tersebut sebelum Asha mematikannya.
"Saya udah bisa sedikit-sedikit belajar bahasa isyarat,"
Bukan itu yang Asha mau dengar. Ada hal yang perlu dibicarakan sehingga bisa selesai,bukan menghindar dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Saya gak suka lihat kamu ngerokok,"
Mahesa tersenyum simpul. "Kalau begitu hilangkan saya dari pikiranmu sekarang juga,"
Bahkan hilangkan saja perasaan saya terhadapmu,itu pun kalau bisa. Batin Mahesa.
"Kok saya jadi gak ngerti sama omongan mas esa,ya?"
"Saya juga sama. Sama-sama bingung sama perasaan saya,"
"Permisi...dua roti bakar sama dua jus jeruk," ucap pramusaji tersebut dengan ramah.
"Makasih," jawab Mahesa dengan datar.
Selama makan,pandangan Mahesa tidak lepas dari Asha yang sedang menyantap roti bakar tersebut. "Gimana sama rasanya?enak?" Asha mengacungkan kedua jempolnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASHA (SELESAI)
Teen Fiction(Short Story) "kamu berhak bahagia." seperti namanya,MAHIKA ASHA.kalau dalam bahasa sanksekerta yang artinya harapan bumi.nama yang sangat indah.tapi tidak dengan kehidupan nyata yang selalu menyimpan kepahitan dalam senyumnya. membenci diri sendiri...