Mahesa sedang mengendarai mobilnya. Ia sendiri mau berkunjung kepanti. Lagi pula ia sudah lama tidak main kepanti.
Rencananya hari ini ia akan mengajak Asha untuk nonton festival musik. Semoga saja Asha menerima permintaan Mahesa.
Sesampainya didepan panti,Mahesa datang kesini tidak dengan tangan kosong,melainkan Ia bawa oleh-oleh untuk anak panti. Walau oleh-olehnya hanya sekedar cemilan,setidaknya makanan itu bisa dimakan bersama.
"Assalamualaikum,Bu," Mahesa berdiri didepan pintu.
Tak lama kemudian Bu santi datang mengampiri Mahesa dengan senyum mengembang. "Waalaikumsalam," Bu santi melihat Mahesa yang baru saja menaruh beberapa kardus dan satu paper bag diatas meja,kemudian ia mencium punggung tangan Bu santi.
"Wah... kamu bawa apa,Nak?" Mahesa menengok kearah kardus yang baru saja ia taruh diatas meja."Esa bawa oleh-oleh,Bu,"
Bu santi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya karena melihat perbuatan Mahesa yang menurutnya terlalu baik. "Seharusnya gak usah,Nak. Jadi merepotkan kamu,"
Bagi Mahesa,membawakan sedikit oleh-oleh pada anak panti bukanlah hal yang merepotkan. Ia senang bisa berbagi kebahagiaan pada orang lain.
"Kak Esaaaa...." teriakan itu membuat Mahesa langsung tersenyum.
Suara itu yang selama ini ia rindukan saat ia diluar kota.
Orang yang memanggil Mahesa langsung memeluknya dengan sangat erat. Tentu saja Mahesa akan membalas pelukan tersebut. "Tasya kangen sama kak Esa," Tasya mendongak.
"Kak Esa juga kangen sama Tasya," Tasya melepaskan pelukannya dari Mahesa.
Mahesa berjongkok agar bisa menyamakan tinggi Tasya. "Oh iya ...kak Esa kesini bawa oleh-oleh buat kamu," Mahesa mengambil paper bag yang ia letakkan dimeja tadi. Setelah itu ia memberikan paper bag kearah Tasya.
Saat Tasya melihat isi paper bag tersebut,seketika wajahnya berubah menjadi sangat senang. "Wah... bagus banget bonekanya," Tasya langsung memeluk bonekanya. Seakan tidak mau kehilangan.
"Kamu suka sama bonekanya?" Tanya Mahesa.
Tasya mengangguk antusias. "Suka banget,Kak,"
Mahesa bernafas lega. Setidaknya rasa lelah selama ia bekerja bisa terbayar dengan melihat senyuman Tasya.
Tapi kayaknya ada yang mengganggu pikiran Mahesa. Kemana gadis itu ? Kenapa tidak terlihat ? Padahal Mahesa ingin menemukan dirinya agar bisa mengenalnya lebih dekat.
"Bu... Asha kemana,ya?"
"Oh... Asha lagi nyiram tanaman ditaman belakang," Mahesa mengangguk. "Oh... Esa mau nemuin Asha,boleh?"
Bu santi mengangguk. "Boleh,"
Pandangan Mahesa beralih pada Tasya. "Tasya... kak Esa mau temuin kak Asha dulu ya,"
Tasya mengangguk. "Sini sayang sama ibu," ajak Bu santi dan diangguki oleh Tasya.
☆☆☆
Langkah Mahesa menuju taman belakang, sesuai dengan ucapan Bu santi.
Mahesa melihat Asha yang sedang menyiram tanaman. Rasa itu mulai muncul lagi,entahlah rasa itu kapan ia rasakan. Tapi yang jelas saat ia melihat Asha, rasanya beban yang selama ini ia tanggung sendiri perlahan mulai meringankan.
Asha menengok kebelakang,ia sempat terkejut karena melihat kedatangan Mahesa. Orang yang selama ini berhasil membuatnya khawatir akan keadaannya. Asha mematikan keran airnya dan menaruh selang airnya ditempat semula. Kemudian ia menghampiri Mahesa yang sedang berdiri sambil menatap dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASHA (SELESAI)
Teen Fiction(Short Story) "kamu berhak bahagia." seperti namanya,MAHIKA ASHA.kalau dalam bahasa sanksekerta yang artinya harapan bumi.nama yang sangat indah.tapi tidak dengan kehidupan nyata yang selalu menyimpan kepahitan dalam senyumnya. membenci diri sendiri...