Asha | 5

249 28 3
                                    

"Ehm... a-anu itu," Asha mendekat kemudian memberikan semangkuk miliknya yang masih tersisa. Seakan paham dengan pemberian Asha, Mahesa menggeleng yang berarti ia menolak.

"Ini punya kamu,masa dikasih ke saya?" Kemudian menaruh kembali mangkuk kecil ditempat semula pada pemiliknya.

"Saya gak bisa makan ini," Setelah itu Asha membuka buku kecilnya kemudian menuliskan sesuatu untuk Mahesa.

"Kenapa?"

"Ehm...saya...alergi sama kacang," ucapan Mahesa membuat Asha terkejut bukan main. Pantas saja Mahesa tidak mau menyentuh minuman tersebut,karena didalamnya terdapat kacang. Asha merasa tidak enak karena hampir saja membuat Mahesa tidak nyaman karena mengikuti keinginannya.

"Maaf...saya gak tahu kalau mas punya alergi sama kacang... kalau begitu jangan dimakan,"

Saat Mahesa membaca tulisan Asha membuat dirinya enggan untuk menerimanya. Itu artinya ia buang-buang minuman. Padahal rasanya sangat enak, cuma ada satu hal yang perlu dipikirkan.

Kemudian Asha kembali menukar mangkuk kecil yang berisi sekoteng miliknya kearah Mahesa,kemudian punya Mahesa menjadi milik Asha.

"Kalau begitu mas bisa mencoba sekoteng yang punya saya, tenang aja gak ada kacangnya kok,"

Mahesa mengangguk sambil tersenyum. "Wah... rasanya enak sekali," Asha yang sedang menikmati pun langsung berhenti makan. Ada rasa bahagia sekalipun lega karena bisa melihat Mahesa tersenyum.

"Saya senang kalau minuman yang saya pilih menjadi kesukaan mas esa,"

"Kalau tahu enak begini,kenapa gak saya cobain aja dari dulu,ya?" Dalam hati Mahesa terkekeh.

Setelah membayar minuman tersebut,hujan sudah reda sehingga kedua pasangan tersebut bisa pulang.

Didalam mobil mereka saling diam. Masih sama-sama bingung untuk mencairkan suasana. "Ehm...Sha,"

Asha menengok sambil melipat kedua tangannya didepan dada. "Boleh nanya?" Asha mengangguk.

"Udah...ehm...punya pacar?" Perkataan Mahesa bisa membuat Asha terkejut.

"Memangnya ada yang mau sama saya?"

Setelah membaca tulisan Asha membuat Mahesa berhenti mendadak. "Tadi kamu ngomong apa?kamu tahu kan kalau saya tuh gak suka kalau kamu ngomong gitu,"

Asha hanya menunduk. "...saya begini juga punya alasan," lanjut Mahesa.

"Kamu bisa berbagi cerita sama saya,itu pun kalau kamu mau,"

"Saya gak tahu harus melakukan apa, tapi jujur sejak mengenal kamu hidup saya menjadi berubah," kemudian duduknya menjadi menghadap Asha. Sedangkan Asha masih duduk menghadap kedepan. "Ada rahasia yang saya pendam sejak dulu,"

"Mas esa boleh cerita sama saya,"

Mahesa memegang kuat stir mobil. Rasanya dadanya terasa sesak saat mengingat kejadian dimana bundanya terluka. Dan saat itu juga dirinya menjadi bukan dirinya sendiri,menjadi orang yang acuh terhadap masalah,menjadi orang yang keras kepala mengenai hidup bundanya,tapi tidak selalu mementingkan kehidupannya sendiri.

"Aku terlahir dari keluarga yang sempurna,dengan kasih sayang yang penuh. Ya,kamu tahulah mendapat kebahagiaan dari kedua orang tua itu tiada tandingnya. Tapi kebahagiaan itu perlahan mulai menghilang dan berganti menjadi penderitaan. Karena ayahku memilih untuk pergi bersama wanita lain ketimbang menetap bersama kami,"

Asha memegang tangan kiri Mahesa,berniat untuk berusaha menguatkan diri walau dalam keadaan apapun.

"Maka dari itu saya lupa kalau saya butuh pendamping,"

ASHA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang