Senja

1.2K 99 11
                                    

Beagle x Jibang!
 
 
  
  
  
  
  
  
  
  
   
  
  
  
🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥
  
  
   
Ini sudah yang kesekian kali Yerin melirik jam dipergelangan tangan kirinya. Sesekali ia mengedarkan pandangan barang kali menemukan satu sosok familiar di mutiara hitamnya. Lebih sejam menunggu sungguh membuatnya bosan setengah mati. Yerin bersumpah akan mengetuk kepala si beagle Hwang jika sampai pacarnya itu tiba-tiba membatalkan janji atau lebih parah karena alasan lupa.

Selang lima belas menit, Yerin menghela menemukan Sinb tengah berlari kecil menuju tempat dimana dia duduk.

"Lama banget sih! Jamuran gue nunggu"

"Sorry, Rin. Tadi.." Sinb terdiam sejenak memasang wajah bingung. "Eng.. tadi nganterin bunda dulu" kata pemuda bungsu Hwang itu beralasan.

Yerin berdecih sebal. Bukan seminggu ia mengenal Sinb. Wajah menyebalkan itu sarat tengah menutup-nutupi alasan sebenarnya.

"Nganterin bunda ke ring tinju?"

Sontak Sinb menyentuh luka lebam dipipi sebelah kiri. Tak lama deretan gigi putihnya terlihat. Tercengir konyol ketahuan berbohong. Sinb menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal sembari mengulum senyum.

"Gue harus jujur nih?"

Yerin bersidekap sekaligus menukik sebelah alis mata.

"Sowon nelpon tadi. Katanya Yuju sama Seulgi dikroyok orang"

Mendudukan diri disamping Yerin, tangan Sinb turut bergerak menyambar isotonik ditangan Yerin dan meminumnya hingga tandas tak bersisa.

"Serius?!? Kok bisa? Terus dua monyet itu gimana?" Kaget Yerin.

Sinb berdesis begitu kedua temannya disebut monyet oleh pacarnya sendiri. Kalau Yuju, mungkin Sinb bisa maklum jika Yerin menyebutnya monyet. Sebab kelakuan pemuda marga Choi itu memang tak tau diam bak monyet tersentuh terasi. Heboh sana sini. Sekali nya diem pas ada Umji atau ketemu makanan dan Hape. Kalau Seulgi? Bahkan sudah tiga tahun julukan si beruang mata sipit melekat pada pemuda marga Kang itu.

"Cuma bonyok doang. Gak sampe masuk rumah sakit"

"Temen lo bonyok, lo bilang cuma?" Yerin menggelengkan kepala.

"Jadi nonton kan?" Sinb mengambil topik lain. Tujuan semulanya memang mengajak Yerin menonton film di bioskop. Bukan film romantis. Sebuah film produksi negri jiran. Munafik 2. Sinb benci film berbau romantis.

"Lain kali deh. Lagian kita udah telat. Udah sore juga"

Sinb mengangkat lengan kiri melihat jam tangannya. Jarum panjang jam mengarah angka sepuluh sementara jarum pendek jam mengarah dipertengahan antara empat dan lima. Mereka terlambat sepuluh menit dari jadwal tayang film dimulai. Tiket ditangan pun sia-sia dan sudah siap dicampakan ke tong sampah.
  
   
   
   
    
🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥🐱🐥
  
   
   
   
  
Langit sepenuhnya gelap. Lampu-lampu pinggir jalanan kompleks sudah menyala satu persatu ketika memasuki waktu maghrib tadi. Selesai makan, mengerjakan PR dan mengemas kamar tidur, Sinb keluar dari kamarnya mengenakan celana pendek selutut dengan baju tak berlengan menunjukan otot lengan yang tak begitu terlalu besar seperti artis Ji Chang Wook. Sambil memainkan ponsel ditangan, bungsu Hwang itu menghempaskan tubuhnya di sofa panjang. Melonjorkan kaki sementara kakak lelakinya masih berada diujung sofa tengah membaca komik.

Sweet SinRinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang