#8

1.5K 348 26
                                    


"Nothing is happening as i wished, even now it'a already hard enough, not a single thing is happening as i wished."

( Urban Zakapa - As I Wished )








Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Helaan nafas demi helaan nafas yang berhembus, semakin hari terasa semakin berat. Helaan nafas kelelahan kini mulai menyatu dengan helaan nafas putus asa yang tak bisa dideskripsikan.


Rasa lelah ditubuhku semakin menjadi. Aku hanya melakukan rutinitas yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Seharusnya, aku sudah terbiasa dengan segala rutinitas yang kujalani, tapi semakin hari justru aku malah semakin merasa mudah lelah.


Lelah disertai tangisku dalam diam.


Aku masih menangis seperti hari-hari sebelumnya.


Terkadang aku tak tahu apa yang sebenarnya kutangisi. Segala pikiran yang tak harus kupikirkan berkecamuk memenuhi isi kepalaku. Senyuman terpaksa, kini mulai diwarnai senyuman kelelahan, akan kenyataan pahit yang kurasakan.


Tak hanya rasa lelah, butir demi butir pil pahit setiap harinya harus kutelan untuk meredakan rasa sakit dan tegang di kepalaku. Tak jarang, aku menangis tengah malam karena rasa sakit di kepalaku yang mulai tak tertahankan.


Namun, di saat sakitku aku bersyukur. Sejenak aku melupakan segalanya dan hanya memikirkan bagaimana cara aku sembuh dari sakit kepala yang tak tertahankan.


Setiap pagi, nafsu makanku tak seperti hari-hari sebelumnya. Mual menderaku, aku merasa mual dan tak mampu menelan apapun selain air mineral. Aku tak paham dengan situasi seperti. Aku menyadari kalau aku sudah merasa lelah dengan kondisi yang membuatku harus merasakan sakit.


Sakit itu membayangiku setiap hari.


"UHUK UHUK"


Mem-batukan tenggorokanku adalah cara agar aku melegakan rasa mual setelah memuntahkan makan siangku. Mengusap mulutku dengan air di wastafel, sepersekian detik kembali aku memuntahkan isi perutku.


"Lagi?" Pijatan lembut terasa di leher belakangku yang terdengar seperti suara wanita.


Aku melihatnya dari pantulan kaca yang nampak mengkhawatirkanku. Di jam istirahat, aku memuntahkan makananku di wastafel toilet setelah memakan makanan di kantin.


Kalau kata mereka, ini bukan keracunan tetapi kondisi tubuhku yang tak memungkinkan.


"Pergilah ke rumah sakit, sudah sering kulihat kau seperti ini terus menerus." Ujar seseorang dari ambang pintu toilet wanita yang terbuka lebar.


ENGRAVE || Lee Ji Hoon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang