#1

1.4K 92 57
                                    

💮 Menetap 💮
.
.
.

Dua bulan kemudian

Ice menatap satu persatu saudaranya yang tidur disebelahnya. Akhirnya setelah setahun lamanya mereka berpisah kembali bersatu setelah ditemukannya Diary milik Kakaknya. Yah Ice harus berterima kasih pada sang kakak yang secara tidak langsung telah membantunya menyatukan saudaranya kembali, butuh waktu beberapa minggu untuknya menenangkan saudaranya yang lain. Terutama Taufan dan Gempa yang notebane paling dekat dengan Kakak sulungnya tersebut. Walaupun hal tersebut melelahkan bagi Ice, ia tidak bisa tidak membantu mereka agar mereka tidak berfikir negatif yang berakibat hal yang tidak mereka inginkan. Lagipula jika Halilintar ada disini dan berada dalam posisinya, ia pasti akan membantu dan menenangkan saudaranya yang lain, ok saatnya membuat sarapan. Batin Ice sambil beranjak dari tidurnya kemudian berjalan menuju dapur. Memang ia tidak sehebat Gempa dan Halilintar kalau soal urusan memasak makanan pokok, Tapi tentu jangan remehkan juga kemampuannya dalam membuat sarapan. Setelah selesai dengan roti bakar plus telur mata sapi dan bacon diatasnya dan juga susu vanilla dengan tambahan serbuk kayu manis sebagai penambah aroma, ia langsung menghidangkannya dimeja makan

"Enggak biasanya kau bangun pagi seperti ini, Ice. Apa ada yang bisa kubantu lagi"Ucap seseorang dibalakangnya

"Ah kak Gempa kukira siapa. Kak bisa bangunin yang lain buat sarapan, aku malas bangunin mereka"

"Tentu. Oh ya Ice hanya perasaanku atau kau memang jauh lebih mandiri ya"Ucap Gempa sambil menoleh kearah Ice yang tengah meletakkan makanan ke meja makan

"Apa kak Gempa lupa perkataan ayah. Kita itu harus berdikari bukan"Ucap Ice sambil menatap Gempa tak lupa memasang ekspresi seperti ayahnya saat mengucapkan kalimat berbahasa Melayu tersebut

"Memang. Tapi jangan ulangi kata-kata itu, entah kenapa aku kesal saja saat mengingat wajah Ayah mengucapkan kalimat andalannya itu" Ucap Gempa malas

"Ya. Aku juga sama, jadi kak apa kak Gempa jadi membangunkan yang lain"

"Oh ya. Aku lupa, yasudah aku keatas dulu ya"Ucap Gempa sambil berjalan menaiki tangga

Setelah semuanya turun dan bersiap termasuk kedua orang tua mereka, sesi sarapan berjalan cukup tenang dan lancar sampai akhirnya sang ayah. Amato. Memulai pembicaraan

"Anak-anak mulai besok kalian akan tinggal di Jepang"Ucap Amato singkat, padat dan juga jelas bagaikan pesan singkat yang dikirim Halilintar di semua fanfic yang ada

Butuh beberapa detik bagi mereka semua untuk mencerna setiap kata yang keluar dari mulut sang ayah yang entah kenapa berubah bar bar sejak Halilintar meninggal

"Hah ?"

"Ayah, kau bercanda'kan. Jika kami pindah kesana bagaimana dengan pekerjaan kami"Tanya Gempa mewakili semua kembarannya yang lain

"Tenang saja. Ayah sudah mengurus surat mengunduran diri kalian kok jadi kalian tidak perlu khawatir"

"AYAH !"

"Selain keinginan Ayah, itu juga salah satu  permintaan terakhir kakak kalian yang tertera disini" Ucap Amato sambil mengeluarkan dua buah kertas usang dari dalam kantung bajunya dan menyerahkannya pada mereka, "Ayah ingin kalian membuka kembali toko coklat milik almarhum kakek kalian disana. Soal biaya peralatan dan bahan-bahan toko itu urusan Ayah, namun kalau soal biaya hidup itu urusan kalian. Ayah ingin anak ayah berdi-"

"Stop ! Tidak perlu diteruskan. Kami paham maksud ayah, jadi jangan lanjutkan kalimat itu"Seru mereka bersamaan

"Memangnya kenapa. Kita orang malaysia biasa menggunakan bahasa melayu'kan"Ucap Amato heran sambil memandang satu persatu putranya. Memang apa salahnya menyebut kata "Berdikari". Toh artinya mandiri kok

"Iya, kami tahu itu Ayah. Tapi kau sering menyebut kata-kata itu sampai membuat kami muak dengan kata-kata itu" Kali ini giliran Ice yang menjawab pertanyaan dari sang Ayah yang menatapnya bingung. Tentu dengan nada malasnya dia

"Solar, beritahu ayah berapa kali ayah menggunakan kata tersebut dalam seminggu ini"Sahut Taufan sambil menoleh kearah sang adik yang tentu saja sudah siap dengan buku saku ditangannya

"Um... Tunggu sebentar. Aha, Ayah sudah mengucapkan kata Berdikari sebanyak 20 kali dalam sehari jadi jika ditotalkan ayah bisa menggunakan 140 kata berdikari dalam seminggu dan 560 kata dalam sebulan lamanya"Ucap Solar sambil membaca tulisan yang ada didalam buku saku miliknya itu

"Jadi bisakah ayah berhenti mengucapkan kata tersebut mulai sekarang"

"Hah... Baiklah, tapi sebagai gantinya kalian harus pergi ke Jepang besok pagi"

"Baiklah"Ucap mereka bersamaan malas

.
.
.

💮 To Be Continued 💮

Summertime Memories [Boboiboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang