Gempa memijit kepalanya saat mendengar beberapa suara teriakan keluar dari mulut siswa serta siswi dikelasnya. Hah... Semoga telinganya selamat selama beberapa menit kedepan... Semoga
.
.
🌸 Put Out 🌸
.
.
Gempa membuka matanya perlahan, bangun lalu mengambil ponsel yang terletak dimeja sebelah ranjang. Mengalihkan pandangan pada layar ponsel yang menyala
Jam 02.00 pagi
Ia menghela nafas. Seperti biasa dia bangun terlalu dini hari. Ia kembali berbaring dan menatap langit-langit, mencoba untuk kembali tidur namun tidak berhasi. Mungkin dengan membaca beberapa buku dia akan kembali tertidur, seperti sebelumnya
Satu buku
Dua buku
Lima buku
Gempa kembali melihat kearah ponsel, masih menunjukan jam 02.30 pagi. Mengerutkan wajah, bahkan setelah membaca buku selama 30 menit itu tidak membuatnya tidur ? Ah, sudahlah
Gempa beranjak dari kamarnya, menuju ruang tamu untuk menonton acara sebentar. Mungkin saja tertidur didepan tv akan berhasil
Dengan perlahan ia berjalan melewati kamar saudara-saudara yang pintunya masih tertutup kemudian berhenti didapur, membuat teh untuk diminumnya nanti
Biasanya saat ia tidak bisa tidur Halilintar akan menemaninya sampai dia tertidur, itu dulu tentu saja. Setelah kematian Halilintar, dirinya hanya akan berdiam diri di ruang tamu sembari mencari kesibukan lain. Seperti mengerjakan laporan atau berkeliling rumah sampai lelah, namun terkadang hal itu sama sekali tidak berhasil
Andaikan Kak Hali ada disini...
Suara air mendidih mengejutkannya dari lamunan, ia menghela nafas sesaat sebelum menuangkan air panas tersebut ke gelas berisi teh ya. Membawa segelas teh ke ruang tamu kemudian menyalakan tv dengan volume rendah
Wangi teh sedikit menenangkannya dari memori jauh yang selalu ia rindukan, suara lagu sang kakak yang terputar disaat mereka berdua sedang tak bisa tidur dan jangan lupakan suara sang kakak saat menjelaskan kenapa dia menyukai lagu tersebut masih diingat oleh otak tuanya
Dentingan sendok yang ia buat saat menngaduk teh terhenti, membuatnya terjebak kembali dalam memori yang menjebaknya. Ah... Gempa merindukannya. Sisi lainnya merindukan kehadiran kakak pertamanya yang selalu ada untuk mereka
"Kamu bisa masuk angin kalau begini"
Maniknya terbelalak dan langsung menoleh kearah suara tersebut, sebuah nama yang asing namun tidak tanpa sengaja terucap olehnya
"KAK HALI—" ia mengatupkan mulutnya cepat saat menatap manik sapphire tersebut. "Kak Taufan ?"
"Ha ha. Kukira Solar yang sedang membuat kopi didapur. Ternyata kamu ya" Ucap Taufan sembari duduk disebelah Gempa, memasang senyuman sayang kepadanya yang terlihat bingung. "Jadi, ga bisa tidur seperti biasa ?"
Gempa mengangguk, menatap teh didalam cangkir. "Maaf aku enggak bermaksud bangunin Kak Taufan"
"Jangan minta maaf, aku udah bangun kok sebelum kamu keluar" Ucap Taufan sembari mengganti Channel Tv, memangku wajah ditangan kanannya
"Jadi. Kak Hali ya"
Gempa membeku sejenak sebelum beralih pandang pada Taufan yang masih dalam posisi duduknya. Dari semua saudaranya, Taufanlah yang paling sulit mengambil kematian Halilintar. Mungkin karena mereka dekat atau ada sesuatu yang tidak dia ketahui, karena itu Gempa agak menjaga ucapan saat berbicara dengan Taufan yang menyangkut 'Halilintar'
KAMU SEDANG MEMBACA
Summertime Memories [Boboiboy]
Humor~Sequel dari Little Secret For Him~ Mengisahkan tentang kehidupan para Elementals yang diminta sang Ayah untuk menetap di Jepang seraya memenuhi permintaan Sang Kakak. Halilintar. yang belum sempat ia kerjakan saat masih hidup. Bagaimana kisah merek...