# 10

451 43 5
                                    

Semua begitu tenang dalam kegelapan. Tanpa ada suara, tanpa ada kebisingan. Semua begitu tentram dan damai, bagaikan tertidur dalam lautan yang dingin dan menenangkan jiwa. Desiran ombak dan kicauan burung camar masuk dalam pemdengarannya, membuatnya ingin membuka mata dan melihat suasana tempat dia berada sekarang

"Ice sayang kakak ga ?"

Manik Aquamarine yang kala itu tertutup nampak membuka dan mengarah kearah sosok yang berada disebelahnya, tengah menaruh tangan di sekeliling tubuhnya. Aquamarine bertemu dengan Ruby layaknya sebuah siluet sunset merah yang menghiasi lautan saat sore hari

"Woah ! Jangan banyak bergerak nanti kau tenggelam, Ice"Ucap sosok itu sembari membenarkan posisinya pada pelampung ban yang entah sejak kapan terpasang ditubuhnya

"Kenapa kak Hali bertanya kayak gitu ?"

Sosok itu terdiam sejenak sebelum mengalihkan pandangannya kearah lain, melihat kearah Adik-adiknya yang lain yang tengah bermain bola ditepi pantai. Ya mereka tidak diperbolehkan bermain dilaut jika belum bisa berenang, ya kecuali sang sulung karena memang dia bisa berenang

"Hanya ingin tau, kau tau aku tak terlalu akrab dengan kalian. Jadi ... Ah lupakan, aku juga tak tertarik dengan jawabanmu"

Manik Aquamarine itu menatap datar sang sulung yang memasang wajah tak peduli, suara helaan nafas ia sengaja kencangkan agar sang kakak mendengarnya kemudian kembali bicara

"Hm... Kalau begitu kenapa kak Hali bertanya pada Ice ? Bukannya ini tertarik juga ya ?"

Ia melihat sekilas ekspresi wajah Halilintar yang salah tingkah, entah kenapa pikiran untuk menjahili sang sulung terlintas. Mungkin sifat ini tertular dari kedua kakak usilnya itu, tapi ia rasa tak masalah juga. Halilintar masih kakaknya kok, jadi tak salah kan mengerjainya

"Hee ... Jadi begitu ya. Ice ngerti. Ice ngerti"

"Berisik ! Ck, harusnya aku tak bertanya tadi"

Semburat merah muncul dipipi sang ruby yang kini tertutup poni hitam miliknya, wah ia baru tahu kakaknya yang bersumbu pendek ini ternyata pemalu. Pantas saja Kak Taufan dan Kak Blaze mengerjainya terus

Ia menenangkan nafasnya sejenak setelah tertawa kecil melihat tingkah sang sulung tersebut, senyuman ia pasang sebaik mungkin untuk menghibur hati kakaknya yang sepertinya kini tengah dilanda kegundahan entah sejak kapan

Menurut dirinya sendiri Halilintar benar-benar keren dan begitu bersinar, dia sangat dewasa dan keren. Bahkan saat SD pun kakaknya dapat membimbing kelompok belajar dengan baik, Ia ingin seperti Halilintar. Bersinar dan keren !

"Kakak kenapa mikir begitu, Ice sama yang lain sayang kok ama kakak ! Sayang banget malah, jadi Kak Hali tetep jadi diri kakak ya" Ucapnya sembari tersenyum secerah mungkin

Halilintar terlonjak kaget mendengar ucapannya dan kemudian menepuk kepalanya pelan, membuatnya kembali menatap sang kakak yang kini tengah tersenyum kearahnya dengan begitu cerah. Senyuman tulus pertama yang pernah Ice lihat selama ini terukir jelas diwajah Sang kakak yang kini tertawa kecil, ia ingin melindunginya. Ice ingin melindungi senyuman itu...

"Kakak juga, kakak sayang banget sama kalian semua"

Wajah didepannya perlahan menghilang dan berganti menjadi fitur dewasa sang kakak saat terakhir kali dirinya terbang ke Jepang untuk melanjutkan studi beserta praktek kerja lapangan yang memang diselenggarakan di negeri ia menetap sekarang. Tepat sebelum malam keberangkatan sang kakak dirinya bercengkrama sebentar dengan Ice dan memasang senyum serupa

"Terimakasih sudah percaya dan menyayangiku. Tidak. Menjadikanku panutan hidupmu, aku benar-benar senang mendengar itu"

Kak... Kak Hali...

Summertime Memories [Boboiboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang