The Beginning (2)

16 2 0
                                    

Sepulang dari nenek, waktu sudah sore. Aku singgah disebuah toko membeli cemilan dan makanan malam. Ibu pasti sudah pergi kerja lagi. Lagipula dirumah pasti tidak ada makanan. Ibu bukan orang yang suka memasak, apalagi memasakkan makanan untuk anaknya. Kadang aku ragu apakah ia masih peduli padaku atau tidak?

Udara disekitar mulai dingin. Burung-burung kembali ke sarangnya. Sunset dari pegunungan memang tidak kalah hebatnya dengan sunset dipantai. Aku beruntung tinggal disini.

Sesampainya dirumah, aku mengambil buku diperpustakaan kecilku. Aku membaca tiga buku, "The Heart of Sea", "Oceaning", dan "Pirates in unknown island". Ketiga buku itu merupakan buku cerita dan pengetahuan tentang laut.

Begitulah keseharianku. Bangun tidur, ke sekolah, pulang, baca buku, lalu tidur kembali lagi. Kecuali bila dihari libur, aku biasa berolahraga joging ke luar dan mengangkat barbel agar tubuhku terbentuk. Hampir tidak ada yang menarik dalam hidupku. Mungkin bila orang lain diposisiku akan tidak tahan dengan pengulangan yang membosankan ini, tapi aku berbeda.

Dulu disekolah, guruku memberi tugas mempresentasikan cita-cita yang kita maui. Umurku waktu itu masih 9 tahun kayaknya.

Temanku banyak mau menjadi petani, ada juga guru, polisi, dan sebagainya. Kemudian tibalah panggilan itu.

"Alpha, sekarang tinggal kau, jangan bilang kau akan mengatakan mimpi itumu lagi." Bisik temanku yang disamping sambil tersenyum licik.

Aku tidak menanggapi apa yang ia katakan, menurutku ia sangat meremehkanku. Untungnya aku tidak terlalu memikirkannya.

"Alpha, silahkan naik."

Aku berdiri lalu naik ke depan layaknya Tahanan yang siap dieksekusi dimuka umum. aku sudah sampai didepan.

"Perkenalkan aku Alpha."

Semua orang refleks menjawab.

"Hai Alpha."

"Jadi cita-citaku nanti bila aku besar adalah menjadi Pelaut".

Seluruh isi kelas tiba-tiba hening, satu orang tiba-tiba tertawa dan yang lainnya pun mengikutinya. Guruku hanya menahan tawa dengan menutup mulutnya.

"Hahahaha, Alpha Alpha" tanggap temanku satu

"Mungkin kau masih belum sadar, cuci mukamu."

"Astaga badut ini."

Mereka semua mencemooh cita-citaku sambil menertawakanku. Guruku semakin bergetar menahan ketawanya karena tak tahan mendengar teman-temanku.

Aku sudah terbiasa dihina begini. Menurutku, bagus bila kita dihina. Itu berarti banyak meremehkan kita. Tetapi bila kita sudah mencapainya, mereka semua pasti akan membisu karena tidak percaya. Diam itu emas katanya, tapi menurutku diam disini bukanlah emas.

Aku menunggu mereka semua berhenti tertawa lalu melanjutkan. Aku hanya tinggal berdiri diatas layaknya patung.

"Aku ingin menjelajahi laut, melihat ikan-ikan, memandangi pantai, menjadi kapten kapal, dan banyak lagi. Kalian semua boleh tertawa saat ini, tapi nanti kalian lihat saja. Siapa yang akan tertawa selanjutnya." Tegasku.

"Ya.... Alpha... silahakan... duduk." Kata guruku sambil menahan ketawanya

Seisi kelas masih tertawa walaupun aku sudah duduk. Mungkin dari kejadian itulah aku dipanggil "anak laut" oleh teman-teman sekolah ku. Aku hanya menahan pembullyan ini dengan berpura-pura membaca buku. Mereka semua bisa tertawa saat ini. Tapi nanti, kita lihat siapa yang masih tertawa.

To be Continued DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang