EXTRA PART + SI KEMBAR

4.8K 108 3
                                    

"Ardhan, Dhito, BANGUN!!"

Teriakan Renata menggelegar ke seluruh rumah. Elvano yang masih di sofa kamar saja sudah menelan saliva.

Pukul 6 pagi, seperti kebiasaan keluarga ini. Renata yang sekarang menjadi ibu rumah tangga sekaligus masih mengerjakan komiknya.

Dengan bermalas-malasan, dua orang lelaki menuruni tangga dan menuju meja makan.

"Ma, nasinya Ardhan kurang."

"Ambil sendiri atuh, udah besar juga."

Elvano yang ikut turun dari tangga mengomentari anak sulungnya tersebut.

Ardhan menghela napas lalu beranjak pergi mengambil nasi tambahan.

"Dhit, bukunya ditaruh dulu, ini kita mau makan."

Peringat sang papa lagi, Dhito mengangguk sambil memasukan bukunya ke dalam tas di sebelahnya.

Seperti itulah kehidupan mereka setelah pindah ke Semarang. Meski si kembar lahir di Jakarta, mereka tetap tinggal d kampung halaman Renata, dimana mereka sudah tinggal disini selama lebih dari 16 tahun.

"Mama mana?"

"Lagi ngirim file ke editor nya."

Jawab Elvano, tak lama kemudian Renata datang lalu duduk dan menyantap sarapan bersama.

"Kalian nanti pulang jam berapa?"

"12, masih awal MOS lagian."

Elvano mengerutkan dahi

"Jam 12? Kalian gamau main-main dulu gitu?"

Dengan kompak Ardhan dan Dhito menggeleng.

"Kenapa?"

"Banyak cewek-cewek."

"Risih."

Renata dan Elvano sudah terjawab mendengar hal itu. Mungkin tak harus di hempaskan lagi jika mereka menjadi idola di SMA.

"Padahal kalian itu harusnya bersyukur lahir di keluarga Xavier."

Ucap Elvano bangga pada dirinya,

"Apa aja keuntungannya?"

Dan mulai lagi, Ardhan menghela napas

"Ganteng seperti papa, pintar seperti papa, kaya seperti papa."

"Dan cuek seperti mama."

Sambung Dhito yang tatapannya tak lepas dari tulisan di buku novelnya

"Dhito."

Ucap Renata membuat sang bungsu segera menyimpan bukunya kembali.

"Nih ya, kalian itu udah sempurna. Kalo mama kalian aja bisa suka sama papa gara-gara anugrah ini. Kalian harus memanfaatkan dengan baik."

Ceramah Elvano membuat Renata menatapnya tajam

"Baguslah mereka cuek bebek. Jadi nggak kayak kamu dulu, seringnya kumpul sama cewek."

Sindir Renata membuat Elvano tersedak air putih, Ardhan dan Dhito tersenyum kecil melihat kedua orangtua mereka berdebat.

"Udah-udah, sekolah sana. Papa duluan."

"Dadah sayang."

Renata mengecup kedua dahi anak nya tersebut

"Ma..."

Protes Dhito yang kesal, Elvano mengantri untuk mendapat ciuman di dahi seperti anak-anaknya.

"Kamu kenapa disini?"

"Mereka disayang, masa aku engga?"

Renata tersenyum tipis, ia membiarkan sang suami memeluknya

"PACARAN TEROS!"

Seru Ardhan yang mengintip, Elvano menarik napas sabar-sabar dengan anaknya itu.

"Dah sana pergi."

Renata mengecup pipi El sebelum ia berangkat dan Renata kembali melanjutkan komiknya.

***

Jam 12.07

Renata sudah memarkirkan mobilnya di dekat sekolah Ardhan dan Dhito. Sekolah swasta yang menjadi sekolah lama Renata dulu.

Seharusnya si kembar sudah datang, tapi entah kemana mereka. Dari jauh terdengar gerombolan perempuan berteriak, Renata sampai menoleh kebelakang dan melotot.

Ardhan dan Dhito berlari dikejar para perempuan,

"Ma, masuk mobil cepetan!"

Seru Dhito menyuruh sang mama untuk bersiap-siap. Renata segera menyalakan mobil dan si kembar masuk. Ia langsung tancap gas pergi dari sekolah tersebut.

"Kalian kan udah kelas 12, masa masih ada yang kayak gitu?"

"Itu murid kelas 10."

Jawab Ardhan mengatur napas, itulah nasibnya lahir di keluarga Xavier.

***

"Mereka udah tidur?"

Renata menggeleng

"Ardhan masih main game, Dhito baca buku."

Elvano hanya mengangguk. Renata mematikan ponselnya

"Kamu nggak kasih mereka mobil?"

Sontak Elvano mendongak

"Buat apa?"

"Tadi aku jemput mereka, mereka dikejar banyak cewek. Masa iya aku jadi supir yang membantu mereka kabur."

Elvano terkekeh, "Nanti aku pikirin."

Renata mengangguk, sesaat kemudian ia menguap.

"Udah ngantuk?"

Renata hanya berjalan menuju tempat tidurnya, diikuti El yang telah mematikan laptop nya.

"Night sayang."

"Night El."

Hiyaaaa
Side story buat si kembar:

The Guys

The Guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang