Teruntuk dirinya yang merasa menjadi tokoh utama yang dituju dalam cerita ini. Maaf jika ada salah saat menceritakan tentangmu disini. Ini hanyalah dari sudut pandangku saja, hanya berdasar dari apa yang aku rasakan. Maaf jika aku keliru.
Perlu kamu ketahui, bahwa rasa yang berkecamuk dalam tulisan ini ialah nyata. Tidak ada rekayasa atau hanyalah mencari perhatian semata. Aku hanya ingin bercerita leluasa, tentangmu, dan tentang rasaku padamu. Apa yang sekiranya dapat dituangkan dalam tulisan, mengapa tidak? Toh akan membuat hati ini lega saat beban yang menyesakkan ini bisa dicurahkan.
Aku tidak menyalahkanmu atas apa apa yang telah kamu lakukan yang juga sedikit menyakiti hatiku. Tidak ada yang salah disini. Itu adalah kemauanmu yang memang tidak bisa kucegah dan tak terelakkan. Aku tidak memiliki hak untuk mengatur tentang bagaimana kau memperlakukanku. Semuanya harus seimbang, kita sama sama mengikuti perintah hasil pertimbangan logika dan kata hati.
Mengapa aku tetap menuliskanmu? Sudah kubilang, kamu bagaikan cerita dalam kertas kosong. Walau tahu jika kertasnya sudah usang, ceritamu tetap akan tercetak, mau jelas atau tidak. Sebuah cerita akan senantiasa diingat penuh oleh sang penulis. Tapi sang penulis pun tidak tahu, apakah cerita ini akan abadi dalam rasa, atau hanyalah sekelebat rasa yang hanya singgah lalu dibiarkan mati dimakan usia?
Jika dirasa kamu tersinggung, silahkan. Aku menerima kritik, saran, omelan, bahkan amarahmu, karena aku tahu, tidak sepantasnya ini dipublikasikan. Tapi ini hak ku juga untuk bercerita. Jika kamu tidak suka, segera katakan. Jika kamu suka... Ah tidak. Tidak mungkin kamu repot repot mengunduh aplikasi ini ataupun merelakan waktu luangmu hanya untuk membaca tulisan yang tidak penting dan membosankan bagimu.
Apapun yang akan kamu lakukan nanti tidak akan pernah bisa merubah tulisan ini. Jika memang belum rezeki dan cerita ini harus hilang dari dunia digital, tidak apa, kamu pasti tahu jika cerita ini akan abadi dalam hatiku. Mau seberapa kamu menghilangkannya, percuma, ini telah membekas dan terukir dengan sangat nyata. Sekaligus memberi luka yang sangat dalam saat kamu sendiri memilih menjauh.
Aku tidak ingin mengucap selamat tinggal, tapi aku hanya ingin kita kembali berjumpa dengan senyum hangatmu yang senantiasa membuatku ingin mencair ditempat.
Bandung,
Hujan ringan,
21.08