pudar

34 3 0
                                    

Apapun yang terjadi dalam suatu proses sudah semestinya dihargai, juga diikhlaskan. Memang tidaklah mudah, tapi percayalah, suatu saat nanti akan terbiasa.

Maaf jika terlalu banyak minta maaf dan merepotkan, karena memang aku ini banyak salah dan masalah sebenarnya. Tidak pernah terbesit dalam pikiranku sebelumnya bahwa aku akan selalu terbuka padamu begitu saja, tidak bisa menutupi apa yang terjadi dalam beberapa hal. Karena entah kenapa, aku yakin kamu akan mendengarnya dengan baik, sekalipun aku tahu bahwa mungkin aku tidak akan mendapatkan solusi. Aku juga tidak mengerti, mengapa hanya kamu yang bisa meredam emosiku saat aku bercerita. Aku tahu kamu mungkin tidak bisa berbuat banyak, tapi asal kamu tahu, dengan kehadiranmu sembari mendengarkanku bercerita mampu membuatku meluapkan emosi lalu mereda dengan sendirinya dan ajaibnya setelahnya aku bisa merasa tenang.

Sekarang, sedikit demi sedikit aku mulai tidak seperti kemarin yang masih saja tidak karuan saat bertemu bahkan hanya saat melihatmu dari kejauhan. Sekarang, debaran dua kali biasa itu mulai hilang. Kini, mulai teratur dengan tenang, walaupun masih sedikit terpengaruh oleh senyummu.

Aku tahu kamu tidak akan menggenggam tanganku lagi saat aku sedang kalut, aku tahu kamu tidak akan menghapus air mataku lagi seperti dahulu, aku juga tahu kamu tidak akan membalas genggamanku saat kita ber-high five seperti biasa. Atau mungkin kamu tidak akan mengusap puncak kepalaku lagi. Tidak apa, aku mulai terbiasa tanpa semua itu.

Aku masih ragu sebenarnya. Apakah kamu akan terus seperti ini dengan sifat pedulimu yang sama besarnya denganku? Atau kamu hanya ingin tahu cerita krusialku? Bukannya aku tidak percaya, aku hanya ingin memastikan karena aku tidak mau kejadian itu terulang lagi, dimana orang yang paling aku percaya, meninggalkan aku, bahkan memutus kontak. Dan dengan gamblangnya kamu bertanya, "kamu baper?" Seperti ada pisau yang menusuk tepat di jantung, seharusnya kamu tahu jika perlakuanmu yang seperti ini akan membuat perempuan seperti aku kembali luluh. Tapi tidak sekarang, aku bisa mengatasinya. Tujuanku hanya ingin bercerita dan dia yang berjanji akan mendengarkanku dan membuatku tenang menghadapinya.

Kepedulianmu sangat berarti bagiku, menyadarkanku bahwa masih ada manusia yang sangat ramah dan baik hati seperti kamu. Senyummu tidak akan pernah membuatku bosan, bahkan sangat menular! Walaupun sekarang tidak ada lagi debaran sialan yang mengganggu. Aku berusaha baik tanpa menjauh, berusaha ramah seperti biasa, dan tetap berusaha untuk terlihat ceria.

Sudah lama sekali aku tidak memegang tanganmu. Dan sore yang lalu, kamu memperlihatkan tanganmu padaku, awalnya aku tidak sadar, namun saat ia mengatakan tidak jadi memberitahunya aku refleks memegang tangannya yang sebelumnya ingin kamu tunjukkan, namun kamu meringis. Aku menatapnya serius lalu menarik tangannya pelan untuk melihat apa yang membuatnya meringis. Dua buah goresan panjang yang belum kering sempurna, aku bertanya langsung apa penyebabnya namun seperti biasa, ia selalu bercanda. Dengan sedikit tawa, senyuman, dan suaramu yang lembut benar benar mencairkan suasana yang tegang karena aku kira terjadi sesuatu padanya. Awalnya dia tidak mengaku karena malu mengatakannya, karena ternyata, goresan ini disebabkan oleh hal yang konyol.

Setelahnya, ia mengatakan bahwa ia masih memiliki urusan. Aku mengangguk lalu mengatakan bahwa aku sudah merasa lebih baik, dan berterima kasih. Dia tersenyum dan melambaikan tangannya.

Jangan sedih lagi ya, kalau ada apa apa, jangan takut bercerita, aku akan berusaha membantu semampuku

Beberapa jam setelahnya aku menghampiri temanku yang ternyata satu ruangan denganmu. Waktu menjelang senja, dan saatnya untuk pulang. Kamu mengusap puncak kepalaku sekilas,

Aku duluan ya, hati-hati. Ingat, jangan sedih lagi.

Aku mengangguk, kembali mengucap 'iya' dan 'hati-hati'. Lalu sadar, bahwa aku mulai merasa perasaanku padanya memudar. Sangat melegakan. Semoga bisa semakin memudar, agar tidak ada lagi debaran sialan mengganggu yang hanya membuatku berharap pada harapan kosong.

Terima kasih atas kepedulianmu padaku, kini aku benar benar bahagia memiliki teman yang bisa mengerti aku dengan baik seperti kamu.

Bandung,
Hangat,
22.26

Dear, you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang