Sabana

213 7 0
                                    

Abu-abu kepalang hitam, awan kelabu kelewat panjang. Sembilu menghunus sanubari yang silir-semilir menjelma bak raksasa setinggi langit.

Ia tergeletak pasrah diantara sabana yang kerontang ceking. Sorot matanya menyoroti raksasa setinggi langit yang bercokol di sungkal bajak. Raksasa itu melambai-lambai seakan berbahagia dalam ruang nestapa.

Bajak patah banting terambau, Gumamnya. Ia tak tahu lagi harus kemana. Dunianya dipenuhi kabut tebal yang menghalangi keberadaannya di jagat semesta yang luasnya pasti lebih luas dari sabana ini.

Ia pun beranjak. Menghela napasnya dalam-dalam. Terasa pedih. Sesak ia dibuatnya. Ia berlarian keluar, menembus sabana. Gerak kakinya mematahkan ranting-ranting yang ceking. Nafasnya terengah-engah. Pikirannya kalang kabut. Ia tak mengerti, mengapa sembilu tiba-tiba menjelma dan selalu ada di sejauh mata memandang. Ia tak tahu. Nyaris tak pernah tahu.

...

Bersambung

PelarianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang