Ayam

214 5 0
                                    

Ia berlarian dengan hangus hati. Mencoba mencari alasan absolut dari sembilu yang ia rasakan di jahanam yang mereka sebut bumi. Ia menapaki jalan setapak yang berkelok-kelok dengan tetap berlarian tak karu-karuan. Sesekali mata tajamnya itu menatap liar sekitarnya yang seringkali membuat hatinya penuh praduga.

Dibalik semak-semak belukar, ia tertegun, hentakkan kakinya terhenti, gegara ia mendapati gerombolan ayam yang hendak disembelih tuannya. Gerombolan ayam itu tak tinggal diam, mereka menghantam, mencakar, menciderai sang tuan sampai ia tergeletak tewas bersimbah darah. Sang tetua dari gerombolan ayam itu bersorak kegirangan, mengatakan bahwa mereka telah menang menghadapi tuannya yang semena-mena. Mereka meneriakan kata revolusi berkali-kali dengan suara memekik tinggi.

Sang tetua dianggap raja oleh para budak. Ia disembah-sembah layaknya tuhan yang menjelma menjadi seekor ayam jago. Tapi lama kelamaan para budak muak dengan sang tetua. Sang tetua lambat laun menghendaki sifat sang tuan yang hendak menyembelih mereka. Para budak murka. Dan pada akhirnya membunuh sang tetua. Hingga muncul lagi tetua yang baru. 

Hal itu terus berulang. Persis dengan realitas kehidupan manusia sekarang ini.

Kejadian itu membuat ia memutuskan untuk beranjak dari semak belukar itu. Berlarian lagi di jalan setapak yang berkelok-kelok entah menuju kemana.

...

Bersambung

PelarianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang