Hembusan Terakhir

31 2 2
                                    

Sang surya mulai menampakkan diri di ufuk timur. Ia, tokoh kita, lantas membersihkan badan. Bersiap menghadapi realitas hidup yang sesungguhnya, realitas yang tidak pernah ia bayangkan.

Sipir datang lagi, tetap dengan cemoohannya. Menggiring tokoh kita keluar dari selnya, untuk di eksekusi. Sang sipir menggiringnya sangat kasar, bak seorang tetangga sedang menggenggam pundak kucing liar yang memakan makanan yang ada di meja, dan hendak melemparkannya ke jalanan.

Sinar sang surya yang terang benderang, menyilaukan mata tokoh kita, saat baru saja melewati gerbang. Kini yang ada di pelupuk matanya bukan lagi sembilu yang menjelma bak raksasa setinggi langit. Melainkan papan yang berdiri tegak lurus. Disana ia akan diikat. Dan di tembak mati oleh algojo yang telah menanti kehadirannya.

Ia pun diikat di papan itu, mirip seperti Yesus. Bedanya tangannya diikat kebelakang bukan menyamping membentuk salib.

Ia menghela nafas. Diiringi cemoohan dan acungan jari tengah dari para penonton. Rasanya ini cukup mengerikan. Ia tersenyum kepada algojo yang sedari tadi telah membidik jantungnya.

Silahkan mengucapkan kata-kata terakhir, jika ada.

Suara itu bersumber dari pengeras suara yang diatas gerbang tadi.

Aku menyesal telah membunuh Ibuku sebelum akhirnya aku membunuh sang pendeta. Semoga dosaku diampuni.

Sipir pun menutup wajahnya dengan lembar kain berwana hitam, amat gelap.

*Suara tembakan*

Dan akhirnya, tokoh kita tewas oleh dua peluru tajam dari moncong pistol yang ditembakkan algojo. Tepat menghujam jantungnya.

...

THE END

PelarianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang