Ia masih berlarian di hutan belantara yang entah dimana. Larinya sungguh kencang. Melebihi seekor kucing yang hendak disiram air panas oleh tetangga. Ia tak menghiraukan apapun yang ada didepannya. Yang penting berlari sekuat tenaga.
Ia berlari melintasi gereja tua di pedesaan. Pendeta keheranan dengan tingkahnya. Pendeta memutuskan untuk mengejar, diikuti oleh para warga. Ia sekarang sedang diburu. Layaknya seekor kijang yang menjadi santapan empuk buat kawanan harimau hutan.
Ia tertangkap, kakinya dijegal oleh pria bertubuh kekar. Ia mengerang kesakitan. Pria bertubuh kekar menyeret tubuhnya yang tersungkur. Ia dibawa kedalam gereja. Dengan kemeja hitam legamnya yang compang-camping, sebab tadi menerjang bebatuan.
Erangan kesakitan tokoh kita yang tergeletak di tanah tak dihiraukan oleh orang-orang disekelilingnya. Ia bak kijang tak berdaya yang akan disantap ramai-ramai oleh sekawanan harimau.
Sang pendeta menatap ke saku belakang tokoh kita. Mengacung tajam ujung belati. Pendeta sontak terkejut. Ia ambil belati tersebut. Menatapnya dengan seksama. Dari gagang hingga ke ujung belati yang masih berlumuran darah yang masih segar.
...
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
Pelarian
Historia CortaJudul Awal: Sembilu & Belati. Langkah demi langkah. Tidak pernah berhenti. Menuju Ketiadaan. Kritik dan saran amat diperlukan. Selamat Membaca. Haraz B.