MLW 14. 15 Weeks

3.5K 503 183
                                    

Gadis itu turun dari kasurnya, melangkah mendekat menuju cermin besar di sana. Berdiri tepat di depannya, Yeri menarik kaos yang dipakai hingga menampakkan perutnya yang terlihat menonjol. Dirabanya permukaan cembung itu dengan pelan, lalu tersenyum, ketika yang disapa membalas dengan gerakan pelan yang cukup menggelitik dari dalam.

"Baby, tumbuh baik di dalam sana, ya? Jadi anak yang penurut nanti. Jangan membuat orang tuamu repot nanti, oke. Ayo, berjanji padaku."

Dan si Janin kecil itu membalas dengan gerakan yang semakin jelas terasa. Yeri tersenyum lagi, dengan kedua mata berkaca. Masih tidak menyangka, jika ada makhluk hidup yang kini berdiam diri di dalam tubuhnya.

"Aku tidak yakin ... jika kita bisa bertemu. Dan jika nanti bertemu pun, aku yakin ... kita tidak akan saling mengenal, tapi ... apa masih ada kesempatanku untuk bertemu denganmu nanti? Satu permintaanku, hidup dengan baik ya, Baby," anakku.

Tok tok....

Yeri menoleh, dan dengan segera menghapus air matanya yang tanpa sadar sudah mengalir di pipi gembilnya. Gadis itu menurunkan bajunya, membenahi penampilannya, lalu melangkah menuju pintu.

Ceklek....

Pintu itu dibukanya, dan di sana sudah berdiri sang suami, Min Yoongi.

"Yoongi Oppa, ada apa?" tanya Yeri.

"Makan malam, kami menunggu dari tadi, kenapa belum turun, hm?"

Yeri mengernyit, lalu menoleh ke arah jam yang ada di dalam kamarnya, sudah pukul delapan malam ternyata.

"Maaf, aku terlalu asik bermain ponsel," bohongnya, lalu menunjukkan cengiran lebar.

Yoongi menghela napas. "Ya sudah, ayo makan, Baby pasti sudah lapar."

Yeri tersenyum, gadis itu mengangguk lalu keluar dari kamarnya—tidak lupa menutup pintu. "Ayo."

***

Di meja makan, Yeri lebih banyak diam, ia hanya menyantap makanannya dengan tenang, dan sesekali akan tersenyum ataupun mengangguk, menjawab ujaran Haera dan Yoongi.

Yoongi peka, jika Yeri lebih banyak diam hari ini, tapi ia tidak langsung bersuara, mungkin nanti ia akan berbicara dengan istri kecilnya itu.

"Bagaimana keadaan Baby, Yeri? Haera bertanya, ketika makan malam mereka sudah selesai.

Yeri tidak langsung menjawab, ia teguk dulu air minumnya dan membersihkan mulutnya. "Baik, Dokter Seokjin bilang, Baby mulai aktif bergerak, aku juga sudah merasakannya."

"Benarkah?" Yoongi bertanya dengan raut wajah yang antusias, namun, Pria itu langsung merubah ekspresi wajahnya, ketika Haera menatapnya.

"Apa itu sakit?" tanya Haera lagi.

Yeri menggeleng pelan, lalu tersenyum. Ia usap pelan perutnya yang kembali bergerak pelan. "Gerakannya masih sangat pelan, aku hanya merasakan seperti getaran dari dalam."

Haera menganggukkan kepalanya, wanita itu tersenyum. "Pasti menyenangkan," gumamnya pelan. Dan hal itu malah membuat Yeri tidak enak hati, sungguh ... wanita mana yang tidak ingin mengandung dan menjadi seorang ibu?

"Ayo makan malam. Yeri harus cepat tidur, besok ia masih ujian." Yoongi merubah pembicaraan, ia tahu, atmosfer di ruangan ini tiba-tiba berubah.

"Ya, ayo makan."

***

Yoongi membuka pelan pintu kamar Yeri, dan suara isak tangislah yang pertama didengar, hatinya terasa sakit. Pria itu melangkah masuk, dengan kotak kue yang Jungkook berikan pada Yeri tadi, namun kali ini lilinnya menyala.

"Yeri, maafkan aku, sayang. Aku benar-benar minta maaf karena sudah membentakmu."

Yeri terkejut ketika mendengar suara Yoongi. Gadis itu dengan cepat menghapus air matanya, lalu mengambil posisi duduk, namun kepalanya terus tertunduk.

"Hey ... happy birthday," ucap Yoongi lalu mendekatkan tubuhnya pada Yeri, pria itu mengambil duduk tepat di sebelah istri kecilnya, menyodorkan kue milik Jungkook ke depan Yeri. "Maaf aku tidak modal sama sekali, jujur, aku lupa. Besok, kita akan pergi bersama, apapun maumu, akan aku turuti," ujar Yoongi.

Yeri mengangkat wajahnya. Ia tatap kue ulang tahun itu lalu menghela napas kecil. Menarik napas panjang lalu meniup lilin dengan angka 18 itu dalam sekali embusan napasnya.

Yoongi tersenyum puas lalu meletakkan kue itu di atas nakas. Ditatapnya wajah sembab Yeri, hati kecilnya terasa tercubit, melihat keadaan kacau istri kecilnya itu, lalu menghela napas. "Maaf, pekerjaanku sangat banyak, sampai aku melupakan hari ulang tahunmu," katanya dengan penuh penyesalan.

Gadis mungil itu menoleh, menatap sekilas wajah suaminya, lalu kembali menghela napas kecil. "Tidak apa, terima kasih ucapannya," balasnya.

Namun Yoongi tidak puas sama sekali akan jawaban itu. Ia merangkak naik ke atas kasur, menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang, lalu menarik Yeri untuk bersandar pada dadanya. Diusapnya lembut rambut kepala Yeri.

"Aku tidur di sini, malam ini," bisiknya, lalu meletakkan pipinya pada pucuk kepala Yeri. "Aku akan memelukmu sepanjang malam."

Yeri tersenyum, hatinya menghangat. Ia suka dimanja seperti ini, kehidupan lain di dalam tubuhnya juga ikut merasakan hangatnya pelukan sang ayah, mereka menyukainya.


~Sebagian cerita dihapus, untuk kepentingan penerbitan~

My Little Wife || MYG [Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang