MLW 16. Go Away

3.7K 487 203
                                    

Seokjin menghela napasnya. Ia tatap selang infus lalu mengeceknya, dan pandangannya beralih pada Yeri, yang masih tidak sadarkan diri. Dokter muda itu tersenyum sendu, lalu mengulurkan tangan untuk mengusap pucuk kepala Yeri lembut.

"Dia baik-baik saja." Satu lagi kebohongan yang ia ucapkan, Seokjin menutup matanya sejenak lalu mencoba tersenyum. "Dia hanya terkejut," dan cukup membuat jantungnya bekerja ekstra, Tuhan ... lindungi gadis ini.

"Dia akan segera sadar, kan?" tanya Yoongi, dari wajahnya, Seokjin tahu, Yoongi sangat khawatir, bahkan pria itu tidak perduli dengan jas hitamnya yang sudah basah, kotor dan bau.

Seokjin tersenyum lagi. "Sebentar lagi, dia masih butuh istirahat. Kau ingin pulang? Atau mau meminjam bajuku saja?"

Yoongi menghela napas. Pria itu mengalihkan pandangannya pada sang isteri, tatapannya menyendu, ini salahnya. "Aku pinjam bajumu saja, Hyung."

"Min Yoongi."

Yoongi memutar tubuh, ketika namanya dipanggil. Dan....

Plak!

Satu tamparan cukup keras mendarat di wajahnya, hingga ia tertoleh.

"Kali ini ... aku kecewa padamu."

"Yoora tenanglah, ini rumah sakit," ujar suaminya, Choi Siwon. Pria itu menahan sang isteri dengan cara memeluknya dari belakang.

"Kenapa, huh? Kenapa kau sama sekali tidak mengangkat teleponku?! Bukankah biasanya seharian kau akan menanyakan kabarnya? Kenapa hari ini tidak? Kau terlambat menjemputnya, kan? Iya 'kan?!" Napas Yoora memburu, wanita itu benar-benar menatap tajam sang adik.

"Aku tidak selalu bisa menjaganya Yoongi. Banyak yang mem-bully Yeri, aku dan Jungkook tidak selalu bisa menjaganya. Harusnya kau tidak telat menjemputnya!" Yoora menunduk, ia membalik tubuhnya lalu memeluk erat sang suami, tangis wanita itu pecah sudah.

Sedangkan Yoongi hanya bisa menunduk, ini memang salahnya, ia pantas dimaki, ia pantas menerima tamparan ini, bahkan ia pantas untuk tidak mendapatkan maaf dari isteri kecilnya.

suara langkah kaki terdengar lagi memasuki ruangan. Itu Nyonya dan Tuan Min, kedua orang itu segera menghampiri menantu kecil mereka. Nyonya Min hanya bisa menutup mulutnya dengan tangis yang ditahan, sedangkan Tuan Min hanya bisa menghela napas pelan.

"Ya Tuhan, menantuku, apa yang terjadi?" tanya Nyonya Min, ia mengulurkan tangan untuk mengusap lembut kepala Yeri lalu beralih mengusap lembut perut cembung milik Yeri. "Mereka baik-baik saja, kan?" lanjutnya.

Dokter Seokjin tersenyum, pria yang sudah mendapat gelar Dokter di usia muda itu melangkah mendekati Nyonya Min. "Ya, dia baik, Nyonya Min, anda tidak perlu khawatir, Yeri hanya mengalami shock ringan dan keram perut."

"Aku sudah memutuskan," Tuan Min membuka suara, hingga semua pasang mata menoleh padanya. Pria paruh baya itu menghela napas sekali lagi. "Yeri akan tinggal di rumahku."

"Appa...."

Tuan Min segera mengangkat tangannya, meminta Yoongi untuk menutup mulutnya. "Kau tidak becus dalam menjaganya Yoongi. Dia menantuku, cucuku ada dalam dirinya. Mana janjimu dulu, Min Yoongi? Sejak awal sudah aku katakan, terima konsekuensinya, memiliki isteri dua, kau harus membagi perhatianmu, tapi di sini, Yeri yang lebih membutuhkanmu, lalu di mana kau saat dia butuh dirimu?"

Yoongi menunduk dalam, ujaran sang Ayah telak langsung mengenai hatinya. Itu benar, ke mana dirinya saat Yeri dalam bahaya?

"Dokter Seokjin, ketika Yeri sudah diperbolehkan pulang, beritahu aku, jangan anak ini." Lalu Tuan Min melangkah pergi dari sana, bersama Nyonya Min dan anak perempuan serta menantunya. menyisahkan Yoongi dan Dokter Seokjin yang saling terdiam membisu.

Di luar ruangan, Yoora menghentikkan langkahnya. Wanita itu melangkah mendekati adik iparnya--yang sejak tadi diam menunggu di luar. wanita Min itu mendesis pelan. "Kau egois, kau menahan Yoongi untuk bersamamu! Haera, ini kali pertama aku menunjukkan ketidaksukaanku padamu, ternyata begini sifat aslimu." Lalu ia melangkah pergi, meninggalkan Haera yang hanya mampu menunduk dalam.

***

Yeri membuka mata, ketika selama tiga jam ia tidak sadarkan diri. Gadis itu mendesis pelan kala rasa sakit menyerang kepalanya ketika ia hendak mendudukkan diri. Langkah kaki terdengar dari luar, dan tidak lama pintu terbuka, menampakkan Dokter Seokjin yang sedikit terkejut melihat Yeri yang telah sadarkan diri.

"Seharusnya kau jangan bangun dulu," kata Seokjin. Pria itu membantu Yeri untuk bersandar pada kepala ranjang. "Kepalamu sakit?"

Yeri mengangguk pelan. "Hanya sedikit, kenapa aku bisa di sini?"

"Kau tidak ingat?" Seokjin balik melempar jawaban.

Dan Yeri hanya bisa terdiam. Sangat jelas ia ingat, apa yang terjadi pada dirinya sebelum semua menjadi gelap. Reflek gadis itu segera menyentuh perutnya, dan bernapas lega ketika masih merasakan keras dan cembung di sana.

"Dia baik," kata Seokjin lagi. Pria itu membuka buku pasiennya, lalu memeriksakan kondisi Yeri. "Kau mengalami sesak nafas?" tanyanya.

"Ya sedikit," jawab Yeri, ada helaan napas di akhir katanya.

"Jangan stress Yeri, jantungmu semakin melemah ketika Baby semakin membesar, sudah kukatakan sejak awal bukan? Kehamilan beresiko tinggi menyebabkan gagal jantung pada orang yang memiliki kelainan jantung sepertimu."

Yeri tersenyum, lalu ia meletakkan tangan tangannya di atas dada kiri, lalu sedikit menekan daerah itu. Masih berdetak dengan baik. "Apa persen kematianku ketika melahirkan tinggi?"

Seokjin menggeleng, ia meletakkan bukunya di atas kasur, tepat di samping kaki Yeri. "Selama kau tidak menggunakan jantungmu bekerja ekstra, semua akan baik-baik saja."

Dan sedikitnya, Yeri dapat menghela napas lega. Gadis itu menyandarkan kepalanya ke belakang, lalu memejamkan mata. "Terima kasih."

~Sebagian cerita dihapus, untuk kepentingan penerbitan~

My Little Wife || MYG [Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang