Bag 2

7.6K 424 8
                                    

Dian Kamaratih POV

Awalnya aku hanya ingin memberi wanita itu pelajaran. Bukan maksudku ingin memancing keributan. Cukup sekali aku nyaris baku hantam dengannya, yang berakhir dengan berpindahnya ia ke kamar utama.

Salahkah aku yang terlalu mencintai suamiku. Pria yang menjadi sebab musabab surga dan nerakaku. Aku hanya ingin mencintainya seperti Bunda Khadijah Ra. yang mencintai Nabi Muhammad Saw. Simbok selalu mengajarkan aku untuk tulus dalam melakukan segalanya, termasuk dalam hal mencintai.

"Mencintai itu bukan hanya sekedar rela berkorban untuk orang yang kita cintai, namun juga harus rela ketika kita disakiti. Bersabarlah, Nduk. Yakin, bahwa Allah maha adil. Inna ma'al 'usri yusro. Setelah kesulitan pasti akan ada kemudahan. Dan sesudah kemudahan, akan datang ujian lain. Hidup adalah perjalanan, adakalanya menanjak, dan adakalanya menurun. Saat bersusah payah merangkak naik, jangan kau bersedih hati. Juga saat akhirnya berada di jalan yang menurun dengan mudah, jangan terlalu senang. Bersiaplah untuk segala kemungkinan." Terngiang kata-kata beliau di malam sebelum pernikahan kami.

Rasanya baru kemarin kami disatukan dalam ikatan suci pernikahan. Dengan nama Allah dia telah menghalalkan diriku baginya. Menjadi satu-satunya lelaki yang berhak atas diriku sepenuh jiwa raga. Seperti yang selalu kupinta dalam doa di sepertiga malam buta.

Awal pertemuan kami adalah saat Mas Kresna melamar pekerjaan di toko emas Ko Ahong. Pria tua itu mempercayakan stand depan pasar Turi itu padaku. Wajah tegas berahang keras dan kokoh, kulit putih langsat dan mata elangnya membuatku terpesona pada pandangan pertama. Sekali pandang aku tahu dia adalah orang yang tepat untuk mengisi lowongan kasir yang kosong akibat seminggu lalu diberhentikan karena ketahuan menipu pelanggan.

Perangainya yang halus dan sopan, sorot mata tajam, tutur kata santun membuat setiap mata akan tertuju padanya di mana pun dia berada. Sudah bukan rahasia bila dalam mencari pekerjaan, penampilan menjadi modal utama. Sebab para pelanggan selain membutuhkan pelayanan prima, juga wajib dimanjakan dengan pegawai yang sedap dipandang mata. Tak perlu berpikir dua kali untuk menerimanya bekerja di tempat ini. Toh Ko Ahong sudah menyerahkan segalanya padaku.

Setiap kali memasok barang dagangan dari pengrajin, aku selalu mengajaknya serta. Namun, sayang seribu sayang. Lelaki itu tetaplah manusia biasa yang mudah terpikat pada keindahan rupa. Adalah Marini sang pegawai yang terkenal paling cantik di toko ini, telah berhasil memenangkan hatinya bahkan sebelum sempat aku menyatakan cinta.

Singkat cerita mereka menjalin hubungan serius hingga badai itu datang dan memusnahkan segalanya. Pasangan idaman itu putus setelah Marini pergi dengan lelaki tua yang jauh lebih kaya dari Ko Ahong. Desas-desus mengatakan perempuan bertubuh sintal itu telah dijadikan isteri simpanan. Tak mengherankan karena dia dikenal cukup materialistis di kalangan para pekerja. Pengkhianatan itu pun sudah pernah diramalkan sebelumnya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Kesedihan membuat hubungan kami menjadi lebih dekat. Berawal dari perhatian-perhatian kecil yang kuberikan, akhirnya dia mulai berani mencurahkan isi hatinya padaku. Persahabatan yang kutawarkan berbuah manis. Ia melamarku saat kedua orang tuanya mendesak agar segera menikah, mengingat kesehatan sang ibu yang kian hari kian mengkhawatirkan.

Aku tak pernah peduli, apakah ia menikahiku karena cinta atau terpaksa. Yang kutahu bahwa aku adalah perempuan paling bahagia karena telah berhasil mendapatkan lelaki yang setengah mati kupuja. Biarlah orang mengatakan cintaku ini buta. Mereka tidak tahu rasanya tergila-gila pada seorang Kresna Birawa. Pria tampan pujaan hati para wanita.

Pernikahan kami berlangsung cepat dan sederhana. Hanya ijab qobul di rumah mertua yang sedang buruk kesehatannya. Tidak layak bagi kami bersuka cita sedemikian rupa, tapi aku tetap merasa sangat bahagia. Seperti mimpi saat akhirnya aku terbangun di sampingnya di pagi hari. Wajahnya yang tampan terlihat begitu damai dalam tidurnya. Pada saat itu aku bersumpah akan membaktikan sisa umurku untuk membahagiakannya. Itulah janjiku pada diriku sendiri.

JAMBU ALASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang