GREEDY Eps. 7

2.5K 181 14
                                    

.


.


.













"Ouhhhh!" seperti biasa, dia akan bosan dirumahnya yang sepi. Dia tidak sibuk bekerja dengan banyak seperti biasanya karena sekarang ini dia tidak punya banyak pekerjaan selain bekerja hanya dengan keluarga Areum. Menjaga Areum sama dengan menjadi pembantu rumah tangga juga disana, benarkan? Kalau hanya sekedar menjaga Areum, dia bisa membawa dan melakukannya di Apartemennya sendiri sampai Areum dikembalikan.

Menyalakan musik di ponsel dengan volume full sambil memasak, agar tidak terlalu sepi. Selama dirumahnya keluarga Taehyung, Jin merasa seperti memiliki banyak angan kehidupan yang berarti baginya. Menurutnya Taehyung itu...

Romantis juga memikat keseksian dari sorot matanya yang membuat Jin bisa tergila-gila pada bayangannya, aroma nafasnya juga aroma tubuhnya yang sangat maskulin. Dia sendiri menjadi teringat saat ia memasak di dapur megah dan luas milik Taehyung dengan berbagai alat masak yang begitu lengkap, ia memasak dan merasa diperhatikan oleh Taehyung yang selalu menatapnya tanpa beralih sedikitpun.






Flashback on

"Seokjin, kau itu cantik ya? Bagaimana bisa ada laki-laki cantik."

"Itu pendapatmu, pendapat perempuan, aku ini tampan." tepis Seokjin menyimpan perasaan tersipu.

"Hm...? Benar..." ucap Taehyung mengangguk-angguk setuju tanpa melepas pandangannya yang sibuk menatap Jin memasak, sibuk membuat Kimchi, makanan rumahan yang lama tak pernah Taehyung rasakan. Selama ini dia tidak pernah makan dirumah atau memakan masakan Yoona karena Yoona memang tidak pernah memasak, Taehyung lebih sering memesan di kantornya atau pergi ke restoran. Sedangkan Yoona juga melakukan aktifitas yang sama terkecuali membuat bubur untuk Jongin dan membuat roti panggang dengan mesin lalu mengoles selai untuk bekal atau sarapan sederhana Tiffany.

"Sshh! Ah!" meringis kesakitan, Seokjin secara tidak sengaja membuatnya dirinya sendiri kesakitan sekaligus terkejut, jarinya terkena pisau saat ingin memotong cabai, jari telunjuknya perlahan mengeluarkan darah di jarinya yang hampir teriris dari setengahnya. Jin fokus menatap jarinya dengan ekpresi wajah kesakitan, berjalan kearah tempat pencucian tangan untuk menyiram lukanya tetapi seseorang mencegat pergelangan tangannya secara tiba-tiba, membuat Seokjin menahan nafas terkejut.

"Taehyung-ah! Kenapa kau seperti Vampir sih? Selalu mengejutkanku!" desahnya pasrah.

"O-ohhh! T-Taehyung!" Taehyung memasukan jari telunjuk Jin kedalam mulut, lidahnya didalam bermain di sekitar luka Jin.

"Aku memang Vampir, darahmu manis." seringai Taehyung sedikit tertawa.

"Memakai air liur lebih cepat kering dibandingkan air, baby."

"K-Kenapa kau harus menyebutku seperti itu sih."

"Kenapa? Merasa tidak nyaman? Hm?" Tidak ingat kalau kau sendiri yang ingin disebut baby ya?

Taehyung terkekeh melihat Jin tidak dapat menjawab apapun dengan ekspresi bingung, Taehyung selesai membersihkan darah yang tak lagi keluar dari sisi daging jari telunjuk Jin. "Biar aku membantumu memasak, nah, hanya harus memotong semua sayuran bukan?"

"I-Iya..." jawab Jin dan Taehyung memakai celemek, berdiri di dekat Jin. Keduanya sibuk bersama, ini pertama kalinya bagi Taehyung mempunyai aktifitas seperti ini di dapur, jadi dia selalu bertanya pada pengarahan yang Jin lakukan juga untuknya. Jin hampir tidak melakukan apapun selain hanya memberikan Taehyung perintah tentang apa yang harus ia lakukan karena Taehyung melarangnya melakukan apapun, padahal Jin membatin bahwa hanya jari telunjuknya saja terkena goresan pisau saat ingin mengiris sayuran.

Flashback off






"Ya ampun, manis sekali sih suami orang." tersenyum menatap jari telunjuknya yang terlindungi hansaplast plester bergambarkan animasi menyenangkan dari kepala besar berwarna merah dengan bibir unik berwarna kuning.

Desisan suara masakan membuyarkan lamunannya, Jin segera mengangkut dan membuat sajian baik di mangkuknya sendiri. Makan sendirian dan menonton drama di pagi hari liburnya, mungkin bisa saja malam ini Hwasa dan Chanyeol mengajaknya ke club malam, lagi.

"Mungkin kau bisa bekerja denganku, Jin?"

Terngiang, saat Taehyung menawarkan pekerjaan padanya. "Akan kupikirkan, mungkin Chanyeol bisa membantuku. Aku harus tau apa pendapatnya."

Jin mengirim pesan kepada Chanyeol melalui KakaoTalk, mereka membuat janji malam ini di club dengan Hwasa. Sahabat perempuannya itu akan asik 'bermain' disana, Jin dan Chanyeol akan memiliki banyak waktu berbincang disana. Tetapi Jin menerima balasan mengejutkan dari Chanyeol yang membuat Jin menjatuhkan ponselnya tanpa mengambil kembali, dia tidak peduli pada ponselnya. Tangannya bergetar karena menerima kabar yang mengejutkan.













.


.


.

"Jangan terlalu jahat, dunia tidak sekejam itu padamu. Juga jangan terlalu baik, karena dunia tak sebaik itu padamu. Jadi, nikmati saja semuanya, selagi itu tidak menimbulkan masalah untuk diri sendiri dan tidak membuat orang lain rugi. Kalau kau menjadi jahat atau baik, karena suatu hal. Aku yakin itu tidak apa-apa, menjadi orang berhati jahat atau baik, itu tidak masalah. Keberuntungan dan kesialan akan datang sesuai dengan cara kita menghadapinya."

"Terkadang ada pilihan, menjadi jahat untuk melawan kebaikan dan sebaliknya. Dunia itu rumit dan aneh, tidak akan pernah mengalami kesepian."

Itu pesan Hwasa kepada Chanyeol juga Jin, surat yang sama ia berikan kepada sahabatnya melalui adiknya Moonbyul yang akhirnya ikut keluarga pamannya, dia akan diurus dengan baik. Kakaknya Hwasa menyusul kepergian kedua orang tua mereka, akhirnya mereka akan bertemu.

"Dan meninggalkan aku sendirian..." lirih Moonbyul, dia bisa kuliah karena Hwasa, semua kebutuhan bisa tercukupi karena Hwasa yang bekerja keras untuk adiknya.

"Tidak Moonbyul, jangan sedih terlalu dalam. Nanti kakakmu juga akan terluka melihatmu menangis. Kau harus berjuang seperti kakakmu, masih banyak yang menyayangimu, seperti aku." ucap Seokjin, Moonbyul memeluk Jin dan Jin segera membalas pelukan perempuan itu sebagai sosok adik baginya juga.

"Kalau begitu, carilah lelaki tampan yang serasi denganmu lalu menikah di luar sana." sindir Moonbyul sedikit menunggingkan senyuman menenangkan, LGBT di Korea Selatan masih hal tabu, jadi kebanyakan pasangan LGBT di Korea Selatan melakukan pernikahan diluar negara, bukan hanya KorSel, negara lain juga melakukan hal yang sama jika negara mereka sendiri masih melarang hal tabu tersebut. Mendengar penuturan Moonbyul hanya membuahkan hasil senyuman.

"Kami pulang dulu ya Moonbyul, maaf tidak bisa membantu banyak." ucap Chanyeol.

"Tentu saja tidak, kalian banyak membantu sampai acara pemakamannya selesai. Terimakasih ya sudah menjadi sahabat terbaik Hwasa eonni." ucap Moonbyul sebelum Chanyeol dan Seokjin pergi keluar rumah kediaman Hwasa dan Moonbyul selama ini.

Sahabat mereka Hwasa, entah mengapa rasanya persahabatan mereka dilalui dengan cepat dari waktu yang selama ini mereka habiskan bersama-sama. Seokjin terjatuh dipelukan Chanyeol dan menangis, Chanyeol hanya bisa diam dan mengelus-elus lengan Seokjin yang bergetar karena menangis.

"Tenang Seokjin-ah, aku masih ada disini untukmu... Berhentilah menangis." bisik Chanyeol lemah, ia juga merasa kehilangan. Hwasa adalah sahabat yang sangat unik baginya, memiliki sahabat perempuan yang keren dan dia berbeda dari perempuan lain. Tidak munafik dan tidak peduli apa kata orang lain padanya.
Chanyeol berusaha membuat Seokjin merasa tenang dan nyaman, sampai ada suara yang memanggil nama mereka berdua.

"Seokjin? Chanyeol?"












Bersambung...

GREEDY | kth.ksjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang