Prolog

176 31 7
                                    

Chemical School, nama Sekolah Menengah Atas yang sangat tertutup dari lingkungan sekitarnya. Pohon-pohon tinggi dibiarkan begitu saja, rerumputan yang terletak dibelakang sekolah pun juga sama, menambah kesan mistis sekolah ini.

Pembunuhan, satu kata yang sering terjadi disekolah ini. Tapi, tidak ada pihak sekolah yang melapor kepada pihak yang berwajib, bahkan murid nya pun tidak berani berbicara kepada orang tua mereka tentang apa yang terjadi disekolah mereka.

Seolah-olah mereka semua tersihir. Tidak mempunyai jiwa kemanusiaan, bagaimana tidak? Semua jasad korban hanya dibiarkan di gudang sekolah. Membusuk hingga tulang berulang. Serangga-seranggga menjijikan itu siap menggerumuni mayat mereka yang mati kapan saja.

Tidak ada duka atau do'a bersama untuk setiap korban, mereka memang tidak peduli siapa yang jadi korban dan tidak berusaha mencari siapa sang pelaku.

Siang ini Chemical School kehilangan salah satu murid nya lagi. Angelin, murid pintar yang menghabiskan waktunya dengan membaca buku, kini telah meninggal dengan tragis. Seluruh badan nya membiru dan mulut nya berbusa.

Perempuan yang tidak suka membuat masalah, ramah senyum, sering membantu petugas perpustakaan merapihkan buku-buku, tapi harus meninggal karena dibunuh.

"Udah ada korban lagi, tapi kita belum tau siapa pembunuh nya" ucap Sheila dengan kesal, lagi-lagi ada yang harus terbunuh.

"Udah santai aja, gua lagi mager banget soalnya, jadi gabisa mikir," balas Sahila sambil membuka kuaci nya.

"Kalau terus begini kita yang jadi korban selanjutnya, lagian si psycho itu mau bunuh semua murid bahkan sampe guru biar dia satu-satu nya disini"

"Udah lah Shei, kita aman disini, percayakan semua pada Sahila" ucap Sahila dengan tenang, bahkan dimata Sheila, Sahila sangat terlihat konyol.

"Kita cuman ngegunain kelas yang udah ga kepake dan bersebelahan kamar mayat, waras lo Sah, kalau misalkan si psycho lewat mau liat koleksi mayat-mayat nya gimana?" Kesal Sheila.

"Kita cari anggota baru, mau?" Tanya Sahila.

"Yang masih waras kita doang Sah" jawab Sheila bermaksud untuk menolak.

"Kita ke tempat lokasi Angelin sekarang" ucap Sahila.

"Mau ngapain?" Kaget Sheila yang reflek bangkit dari duduk nya.

"Sheila kalau diem gini kan kita gabisa dapet infomasi apa-apa" balas Sahila dengan malas.

"Tapi kan kita berdua doang Sah, kalau tiba-tiba ada psycho nya gimana? oon ih" kesal Sheila.

"Lu mah emosian Shei, tadi kan udah gua ajak cari anggota baru, tapi lu malah nolak kan" balas Sahila dengan kesal.

"Tap—" ucapan Sheila terpotong, karena suara langkah kaki yang sangat terdengar nyaring dikoridor yang sepi ini.

Spontan Sheila dan Sahila langsung menyembunyikan diri di kolong meja paling belakang.

Sheila dan Sahila saling membekap mulut mereka masing-masing, detak jantung mereka tidak berirama, mata mereka saling melirik.

Kritttt

Bunyi pintu kelas terbuka, karena kelas yang sudah lama tak terpakai, membuat pintu tersebut menjadi susah untuk dibuka.

Sheila mengintip dari bawah meja, tapi yang ia lihat hanya sepasang kaki yang memakai seragam seperti mereka, bedanya ia memakai celana, bukan rok.

Sheila kaget setangah mati saat kaki tersebut menekuk, dan orang tersebut menjadi posisi jongkok menghadap Sheila.

"Ketemu"


————

See u

Killer Strike Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang