Pratama Hasan
Dua gigs dan satu tapping bikin gue lemes banget hari ini. Lunglai gue melangkah ke parkiran di mana Mas Iwan, sopir gue, menunggu. Siang ini gue ada tapping dengan salah satu acara talkshow, dilanjut sorenya gue diundang ke sebuah gigs kampus yang lumayan gede dan bonafide, salah satunya kebetulan kampusnya sepupu gue juga.
Sebenarnya gue hanya membawakan nggak lebih dari lima lagu di masing-masing gigs, dan tapping tadi siang juga nggak lebih dari dua jam. Entah kenapa hari ini gue merasa capek, pake banget. Pun gue juga nggak nglembur di studio kemarin malem.
Sebuah Alphard hitam dengan lampu menyala terlihat di parkiran. Manajer gue melambai ke arah gue dari samping mobil, memberitahukan eksistensinya yang sebenarnya nggak perlu-perlu amat karena di parkiran itu cuma ada dia jadi otomatis gue bisa tahu.
"Langsung pulang apa ke studio?" Bang Johan, manager gue tanya.
"Pulang aja Bang," kata gue lemas sambil masuk ke mobil yang pintunya sudah dibukakan Bang Johan.
"Kenapa?" Gue diam.
"Sakit?" Bang Johan meletakkan telapak tangannya di jidat gue. Gue menggeleng dan disetujui olehnya, karena memang gue lagi nggak sakit.
"Nggak tau, rasanya lemes banget."
"Ya udah, istirahat aja. Kalo masih begitu, besok nggak usah ke studio dulu"
"Jadwal gue gimana?"
"Besok cuma ada meeting sama The West buat collab-an project. Bisalah Gani aja yang dateng," jelasnya dan gue mengangguk.
Belum genap satu jam gue memejamkan mata, Bang Johan menggoyang-goyangkan badan gue. Ketika membuka mata, yang gue lihat adalah pintu rumah. Sedikit kaget karena gue pikir Bang Johan bakalan bawa gue ke apartemen, namun yang sekarang gue lihat adalah pintu rumah orang tua gue.
"Biar tenaga lo balik. Udah sana turun!" Perasaan ini mobil gue yang beli, tapi dia malah ngusir gue.
Lunglai gue turun dari mobil, Bang Johan ikut turun membawakan tas dan beberapa barang. Masuk rumah, cuma Mama yang menyambut gue karena ini sudah larut. Karina sudah bisa dipastikan tertidur pulas di kamarnya, dan Papa pun sama karena lelah seharian bekerja.
"Udah makan? Mandi dulu gih!" kata Mama yang membantu membawakan barang gue ke kamar. Bang Johan udah pamit pulang.
"Hans langsung tidur aja deh, Ma."
Mama nggak berkomentar apapun, beliau membantu menyelimuti gue yang terkulai lemas di ranjang yang entah kapan terakhir gue tiduri ini. Sudah sekian minggu mungkin gue belum pulang kerumah. Cuma sesekali bertemu Mama dan Karina karena mereka main ke 131's Label.
Seperti belum lama gue tidur, ada aja yang selalu ngeganggu gue. Kali ini gue merasakan tiupan-tiupan kecil yang sepertinya memang sengaja diarahkan ke wajah gue. Mau tidak mau, ya gue bangun dan mendapati Karina lah dalang dibaliknya.
"Hehehe," dia tertawa dan entah bagaimana secara otomatis senyum gue mengembang dengan mata masih setengah terpejam.
"Kok udah bangun?"
"Ini udah pagi Maaas!!" katanya imut.
"Sini," gue menepuk sisi kosong di ranjang, menyuruh anak itu naik.
"Kamu nggak mandi? Nggak sekolah?"
"Nggak mau."
"Loh? Kok nggak mau?"
"Mau main sama Mas."
"Kan mainnya bisa pulang sekolah."
"Enggak. Nanti Mas pergi."

KAMU SEDANG MEMBACA
THE WANGSADINATAS (WINKON - Alternative Universe)
FanfictionKisah tentang keseharian kesebelasan sepersepupuan yang nggak ada cacatnya. Demi apapun mungkin waktu Tuhan membagikan jatah kegantengan, kepintaran, keberuntungan, dan ketenaran kakek nenek mereka dulu nggak pernah absen. Tapi kalau soal kewarasan...