6. Surat Terakhir Aisyah

88 8 0
                                    

"Tok tok tok... Assalamu'alaikum Ndra."  Ucap seseorang dibalik pintu.

"Wa'alaikumussalam, Iya sebentar." Jawabku sambil membukakan pintu.

"Nadiva."  Ucapku tercengang sembari menunjuk kearahnya.

"Iya Ndra."  Jawabnya dengan seulas senyuman.

"Silahkan masuk Div."  Ajakku dengan seulas senyuman mempersilahkan masuk.

"Gak usah Ndra, aku gak lama kok, oh iya Ndra, aku kesini cuma mau ngasih ini."  Ucap Nadiva sambil menyodorkan Secarik amplop entah apa itu isinya.

Aku pun mengambil amplop itu dengan sejuta pertanyaan di benakku.

"Ini apa Div ?"  Tanyaku sambil memperlihatkan amplop itu ke arah Nadiva.

"Sebelum maaf Ndra, aku telat banget ngasih itu. Harusnya aku ngasih itu waktu jaman SMA, tapi surat itu baru aku temuin."  Ucap Nadiva sembari menundukkan kepala.

"Itu surat dari Aisyah, Ndra. Maaf baru ngasih sekarang meskipun itu udah lama tetapi aku harus menyampaikan amanah dari Aisyah." Sambungnya yang masih menundukkan kepalanya.

"Surat apa ini Div kalau boleh tahu ?" Tanyaku sembari menaikkan satu alis.

"Di buka aja Ndra, aku gak bisa jelasin ke kamu."  Jawab Nadiva.

"Terima kasih ya Div."  Ucapku tersenyum.

"Iya sama - sama, kalau gitu aku pamit dulu ya Ndra. Assalamu'alaikum."  Ucap Nadiva seraya berbalik arah lalu berjalan meninggalkanku.

"Wa'alaikumussalam."  Jawabku yang masih menatap punggung Nadiva dari kejauhan.

Kini pandanganku teralih pada amplop yang sedari tadi ku genggam. Perlahan, ku buka amplop itu dan disitu tertera jelas nama ku dan nama Aisyah.

Aku pun mulai membaca isi surat itu. Namun, ada rasa sesak sekaligus senang di hatiku ketika mengetahui isi surat itu yang telah di tulis oleh Aisyah.

 Namun, ada rasa sesak sekaligus senang di hatiku ketika mengetahui isi surat itu yang telah di tulis oleh Aisyah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi selama ini Aisyah juga mencintaiku."  Ucapku yang masih menggenggam surat.

"Andai saja rasa takutku itu dikalahkan dengan keberanian, mungkin saat ini Aisyah sudah menjadi milikku, mungkin saja Aisyah takkan bersama dengan orang lain."  Ucapku menyesali semuanya.

"Dengan aku mengetahui kamu mencintaiku saja sudah mampu membuatku senang Syah, walaupun kamu bukan ditakdirkan bersamaku." Lirihku meratapi semuanya.

"Semoga kamu bahagia dengan jodohmu nanti."  Ujarku diselingi dengan seulas senyum penuh arti ketulusan walaupun terasa sakit.

Kebahagiaan yang ditampilkan hanya untuk menutupi rasa sakit yang dirasakan

-----------------------------------------------------------

Nantikan ceritanya di part selanjutnya ya 😉

Jangan lupa meninggalkan Vote & komentarnya :)

Terima kasih sudah membaca :)

Surat Terakhir Aisyah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang