Aku menggeliat, merasakan ada beban berat yang tengah menindihku hingga aku kesulitan untuk bergerak. Lalu sekelebat potongan kejadian tadi malam terlintas begitu saja di ingatanku. Refleks aku membuka mata dan tatapan mataku langsung bertumbukan dengan dada bidang seorang pria. Aku menengadahkan kepala dan melihat seorang Andeaz tengah tidur lelap sambil memelukku. Pantas saja aku sulit bergerak, aku melihat tangan kokohnya melingkar erat di pinggangku serta kaki besar yang tengah membelit tubuhku. Kemudian mataku menelisik kondisiku sendiri yang masih dalam keadaan telanjang di balik selimut. Jadi semalam itu nyata. Huh, aku benar-benar nggak percaya, keperawananku harus jatuh pada seorang playboy macam Andeaz.
Marah? Tentu saja, bayangkan saja jika kalian disetubuhi-bukan bercinta- disaat kondisi badan sedang sakit. Yah bukan berarti aku mau saja disetubuhi dalam keadaan sehat, no way! Ga pernah sekalipun aku berniat memberikan keperawananku untuk Andeaz. Sedih? Why? Kenapa juga harus sedih? Mungkin ini kesialanku. Nggak, aku nggak akan berteriak marah, mengamuk dan minta pertanggungjawabannya. Aku seorang wanita dewasa yang dihormati dan disegani. Dan aku akan tetap menegakkan kepala bahwa kehilangan keperawanan bukan akhir dari segalanya. Hidupku bukan seperti sinetron yang sedikit-sedikit bersikap lebay. Intinya, anggap saja aku sedang ketiban sial.
Aku berusaha menyingkirkan tubuh Andeaz dari tubuhku. Terdengar Andeaz menggumam sambil menggeliat ringan. Lalu perlahan matanya terbuka.
"Morning, sudah bangun?" Tanyanya dengan begitu manis. Dasar mulut buaya, sok manis.
"Hmm, tolong singkirkan tangan dan kakimu dariku, aku mau mandi," kataku agak ketus.
"Kalau aku nggak mau?" Tanyanya sambil tangannya yang meremas dadaku. Aku memekik terkejut. Brengsek!!
Aku menyingkirkan tangannya dengan kasar," don't touch me!" Sungutku dengan tajam.
"Ups sorry, nggak sengaja, hehhe," kekehnya sengaja menggodaku. Nggak sengaja? Aku tahu dia memang sengaja.
Aku melotot tajam kearahnya dan bergerak membenarkan selimut yang akan melorot. Lalu aku menggerakkan tubuhku untuk duduk. Aduh, rasanya sendi tulangku rasanya mau lepas semua seperti habis tertimpa beban ribuan ton. Aku kembali menggerakkan kaki untuk segera turun dari ranjang, dan aku mengeryit karena bagian bawah tubuhku nyeri luar biasa. Gila, rasanya semalam aku habis dihajar habis-habisan.
"Mau kubantu?" Aku menoleh cepat dan melihat Andeaz yang sudah bersandar dikepala ranjang, memperhatikanku.
"Aku bisa sendiri," jawabku ketus. Aku berdiri sambil membelitkan selimut ke tubuhku. Dengan tubuh lemas dan sambil menahan sakit dibawah sana, aku berusaha berjalan kearah kamar mandi.
Aw, nyeri banget sih, batinku menjerit.
Dengan tertatih-tatih aku mulai mendekati pintu kamar mandi."Ah!!!" Aku sangat kaget ketika tubuhku tiba-tiba diangkat ala bridal style oleh Andeaz. Buru-buru aku mengencangkan peganganku pada lehernya. Aku nggak cukup gila untuk memberontak mengingat bobot tubuhku yang nggak sedikit. Aku menatap wajahnya yang terlihat santai saat menggendongku. Apa dia nggak keberatan gendong aku kaya gini? Gimana kalau habis ini dia langsung sakit pinggang? Eh, aku nggak peduli! Bodo amat dia mau sakit pinggang atau patah pinggang sekalian.
"Kalau sakit tuh nggak usah sok kuat. Memangnya harga dirimu langsung turun kalau minta tolong aku?" Tanyanya sambil menurunkan aku di depan wastafel kamar mandi. Eh sudah nyampai? Kok aku nggak sadar. Tanpa sadar aku masih memperhatikan wajahnya yang menampilkan sikap santai seolah menggendongku seperti menggendong guling. Serius dia nggak keberatan?
"Aku tahu aku memang ganteng. Kalau kamu lihatin wajah aku terus kaya gini, rasanya aku jadi pengen lagi kaya semalam," cetusnya sengaja menggodaku.
Aku segera memalingkan muka dan melihat kearah cermin. Dan aku shock melihat bagian atas tubuhku yang nggak tertutup selimut, penuh dengan bercak merah keunguan. Semalam aku habis diserang vampir apa? Aku melihat kearah Andeaz lewat pantulan di cermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My BIG Boss (Completed)
General FictionRate 21+ Yg anti cerita dewasa, jangan coba2 baca ya. WOW!!! cuma satu kata itu yang muncul di otak gue saat gue bertemu secara langsung dengan bos di tempat gue kerja. Bos gue itu memang nggak termasuk jajaran body goals, tp bisa dibilang gendut...