Aku menatap pantulan wajahku di cermin salah satu toilet restoran yang aku kunjungi bersama Chung Eun Woo dan Andeaz.
Andeaz? Hah.. kuhela nafas lelah. Aku berniat kabur kemarin, berharap agar nggak bertemu dia sehari saja. Tapi kenyataannya sekarang aku malah duduk di satu meja di restoran ini. Sial banget kan ya?
Ya sudahlah apa boleh buat, akan aku hadapi hari ini. Anggap saja dia itu nggak ada. Setelah mencuci tangan, aku keluar dari toilet.
"Maaf lama, makanannya udah datang ya? Wah sepertinya lezat," kataku sambil menarik kursiku di sebelah Chung Eun Woo. Aku melirik ke arah Chung Eun Woo dan juga Andeaz. Mereka kelihatan tegang. Ada apa? Apa selama di toilet tadi aku melewatkan sesuatu?
"Ini makanan kesukaanmu kan? Kimbab dan Ramyeon," ujar Chung Eun Woo ramah, menyodorkan menu favoritku setiap kali aku berkunjung ke Korea. Rasanya air liur ku sudah akan menetes hanya dengan melihatnya.
"Anda sengaja memesan makanan itu agar tubuh Shanaz semakin gemuk ya?" Suara Andeaz terdengar ketika satu potong kimbab sudah masuk ke mulutku. Aku mengernyit mendengar nada ketusnya yang dia tujukan untuk Chung Eun Woo..
"Nggak masalah tubuh San-san gendut, aku tetap suka," balas Chung Eun Woo nggak kalah ketusnya, ia menambahkan potongan kimchi ke dalam mangkokku. Aku pun menikmati makananku dengan rasa puas akan citarasanya.
"Makan yang banyak ya sayang? Jangan takut tambah gendut, karena gendut nggak akan mengurangi keseksian kamu kok," imbuh Chung Eun Woo padaku sambil menyeka saos kimchi disudut mulutku.
Sayang? Ada apa sih dengan Chung Eun Woo ini? Tiba-tiba aku merasa aneh dengan sikapnya. Tadi tiba-tiba menciumku, sekarang dia memanggilku sayang sambil mengusap sudut mulutku, membuatku malu saja.
Aku melirik ke arah Andeaz yang terlihat menatap kami tajam. Jelas sekali ada sorot kesal dimatanya.Aku menggelengkan kepala berusaha mengusir segala kemungkinan yang menyebabkan mereka berdua bertingkah aneh. Aku kembali menikmati makananku. Aku melirik Chung Eun Woo makan dengan lahap begitupun dengan Andeaz lalu kejadian saling rebutan kimchi disalah satu mangkok terjadi. Mereka nggak ada yang mau saling mengalah, padahal di mangkok tersebut masih banyak terdapat kimchi. Mereka malah perang sumpit dengan mata saling memancarkan aura permusuhan. Sebenarnya ada apa sih sama mereka? Seperti anak kecil saja.
"Anda mengambil kimchi bagian saya," kata Andeaz tajam.
"Anda yang mengambil punya saya. Masih ada kimchi lainnya, lepaskan kimchi saya," balas Chung Eun Woo nggak kalah sengitnya.
"Nggak. Sampai kapanpun saya nggak akan melepaskannya. Silahkan anda ambil kimchi disebelahnya," andeaz nggak mau kalah.
"Nggak. Kalau bukan kimchi yang ini saya nggak mau makan," Chung Eun Woo masih ngotot.
"Ya sudah, nggak usah makan. Karena saya nggak rela memberikan kimchi ini untuk anda," Andeaz masih sama ngototnya. Aku mengeryit melihat tingkah dua pria dewasa ini yang seperti anak kecil berebut mainan.
"Jangan menguji kesabaran saya," tegas Chung Eun Woo menatap Andeaz tajam.
"Anda yang menguji kesabaran saya," kata Andeaz nggak kalah tajamnya. Lalu adu mata dengan sorot penuh permusuhan itu kembali terjadi membuatku lagi-lagi mengernyit.
"Hei, sudahlah. Ada apa dengan kalian berdua?" Tanyaku pada akhirnya, mencoba membuat suasana kembali tenang dan kondusif.
"Diam kamu!" Bentak mereka berdua secara serempak tanpa mengalihkan mata satu sama lainnya. Aku mengelus dada, kaget dengan bentakan mereka. Astaga! Aku kan cuma mau melerai mereka, malah ikutan kena getahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My BIG Boss (Completed)
General FictionRate 21+ Yg anti cerita dewasa, jangan coba2 baca ya. WOW!!! cuma satu kata itu yang muncul di otak gue saat gue bertemu secara langsung dengan bos di tempat gue kerja. Bos gue itu memang nggak termasuk jajaran body goals, tp bisa dibilang gendut...