Aku membuka mata setengah terjaga ketika samar-samar mendengar suara dengkuran halus. Aku berusaha bangkit dari nyamannya bantal yang aku tiduri. Rasanya kepalaku pusing sekali.
Eh tunggu!! Suara dengkuran?
Pelan-pelan aku amati ruangan dimana aku berada. Ini? Sepertinya ini bukan kamarku? Warna dinding dengan perpaduan abu-abu dan cokelat tua mendominasi seluruh ruangan, sementara seingatku kamarku di dominasi warna biru.Lalu aku menoleh ke arah sumber suara dengkuran tersebut. Sesosok tubuh bagian atas yang nggak tertutupi apapun tengah tidur tengkurap. Wajahnya nggak terlihat karena terkubur di atas bantal. Punggungnya yang lebar membuatku menelan saliva. Siapa dia? Apa yang terjadi padaku semalam? Mengapa aku bisa disini? Apakah ini tempat tinggal pria ini?
Aku melihat diriku sendiri dan tercengang. Keadaanku nggak bisa dibilang baik. Selimut yang melorot cukup memberiku bukti bahwa dibalik selimut ini aku dalam keadaan telanjang. Apakah aku tadi malam telah melakukannya bersama pria ini? Tapi dibawah sana aku nggak merasakan nyeri atau apapun. Apakah semalam pria ini melihat tumpukan lemak di tubuhku? Oh No! pasti memalukan sekali. Aku harus cepat pergi dari sini sebelum pria ini sadar dengan siapa dia tidur. Aku nggak ingin membuat diriku malu untuk kedua kalinya.
Saat aku akan beranjak, tiba-tiba pria yang tertidur di sampingku merubah posisi tidurnya. Ia berbaring miring menghadap kearahku. Dan detik itu juga aku merasa seperti dihantam palunya Thor.
Dia karyawan di perusahaanku sendiri. Sial!
Dan dia adalah pria playboy. Double sial!
Dia adalah Andeaz Pramudya Bahtiar.
Triple sial!!! Pokoknya aku harus cepat-cepat pergi dari sini.
Namun ketika sudah akan kembali beranjak, tanganku tiba-tiba dicekal. Aku terkejut setengah mati. Takut-takut aku menoleh kearahnya.
"Mau kemana?" Tanyanya dengan suara parau khas orang bangun tidur. Matanya masih terpejam.
Aku mengernyitkan kening. Apakah dia bermimpi? Aku melambai-lambaikan tangan satunya lagi yang bebas di depan wajahnya. Tapi aku kembali dikejutkan ketika tanganku kembali dicekal. Alhasil kedua tanganku berada dalam cengkramannya.
Dia membuka matanya dan menatapku," kamu mau kemana?"
Duh aku bingung harus jawab apa.
"Itu... Aku..." Panik melandaku, sehingga pikiranku menjadi blank.
Dia masih menatap kearahku dengan pandangan mesum? Aku segera melihat tubuhku dan ternyata dadaku terpampang jelas di depan matanya tanpa sehelai benangpun. Aku melototkan mataku padanya. Aku ingin menarik selimut guna menutupi dadaku namun kedua tanganku masih dicekal olehnya.
"Singkirkan pandanganmu dari dadaku!!" Bentakku sambil berusaha melepaskan tangan darinya.
Dia menaikkan sebelah alisnya. Kulihat pandangannya semakin gelap dan terlihat senyum miring di bibirnya.
"Lepas!!" Bentakku.
"Kalau gue nggak mau gimana?" Tanyanya santai dengan senyum yang membuatku ingin menendangnya sampai Kutub Utara sana.
"Lepas atau..."
"Atau apa?"
"Atau kamu saya pecat!"
"Jadi, disini lo mau mempertegas hubungan antara bawahan dan atasan? Lo nggak inget apa yang udah kita lakuin semalam?" Tanyanya dengan pandangan yang semakin terlihat bergairah.
Aku menggeleng nggak terima. Aku benar-benar nggak ingat apa yang terjadi semalam setelah aku minum sendirian di sudut meja bartender.
"Lo benar-benar nggak ingat? Padahal kelakuan lo udah buat gue tersiksa."
KAMU SEDANG MEMBACA
My BIG Boss (Completed)
General FictionRate 21+ Yg anti cerita dewasa, jangan coba2 baca ya. WOW!!! cuma satu kata itu yang muncul di otak gue saat gue bertemu secara langsung dengan bos di tempat gue kerja. Bos gue itu memang nggak termasuk jajaran body goals, tp bisa dibilang gendut...