"Hei Pram!" Sapaan itu terdengar ketika gue memasuki Club malam ini. Gue menyunggingkan senyum padanya. Dia adalah Clevo, sang bartender disini.
Lantas gue menghampirinya dan duduk di salah satu kursi yang berada di depan meja bartender.
"Hei Vo, malam ini rame banget?" Tanya gue sambil mengamati keadaan sekeliling. Suasana club memang selalu ramai dan familiar akan musik yang kencang, namun malam ini terasa berbeda karena sepertinya ada sebuah acara yang sedang berlangsung.
"Iya, ada yang lagi ngadain party gitu deh. Gue juga nggak begitu paham," jawab Clevo.
"Nih, buat lo." Clevo menyodorkan segelas vodca dingin di hadapan gue.
"Thanks."
Gue sesap vodca tersebut sambil mengamati sekeliling. Yah siapa tahu ada barang bagus. Malam ini harusnya gue ada janji sama Tania. Tapi tiba-tiba Tania membatalkan janji tersebut karena ada suatu keperluan. Dan gue nggak mau tahu keperluan apa itu, karena itu bukan urusan gue. Jadi, daripada gue gabut, mending gue kesini sekalian cari teman tidur. Tahu dong maksud gue teman tidur?
"Ada barang bagus Pram kalo lo berminat?"
Gue menaikkan sebelah alis gue ketika Clevo membisikkan kalimat tersebut."Dijamin lo nggak akan nyesel. Kata orang sih pelayanannya oke. Kepuasan lo bakalan terjamin," imbuhnya lagi. Sedangkan gue menyunggingkan senyum miring. Tahu aja si Clevo selera gue.
"Siapa?" Tanya gue sambil menyesap vodca yang berasa manis-manis pahit, yang membuat tenggorokan gue berasa terbakar.
"Namanya Diandra, dia lagi ke belakang. Tunggu aja."
Gue mengacungkan jempol gue pada Clevo. Sembari menunggu perempuan yang bernama Diandra, mata gue kembali sibuk menjelajah isi ruangan Club. Musik yang mengalun dengan kencang dan energik, dipadu suara sorak sorai pengunjung ketika beberapa penari meliukkan badan mereka di lantai dansa. Di beberapa titik terdapat pasangan yang sibuk saling mencumbu dan meraba. Gue yang sudah terbiasa dengan suasana seperti ini menganggapnya hal yang sepele.
Ketika mata gue kembali menjelajah, nggak sengaja gue melihat seseorang yang sepertinya gue kenal. Gue mengerjapkan mata gue lagi untuk memastikan bahwa perempuan padat berisi di ujung meja bartender tersebut adalah benar-benar orang yang gue kenal.
"Kaya nggak asing," kata gue pelan.
"Lo kenal sama dia?" Tanya Clevo mengagetkan gue. Gue mengikuti arah pandang Clevo yang ternyata tertuju pada orang yang gue amati tadi.
"Sepertinya. Emang lo kenal Vo?"
"Baru kali ini sih gue lihat. Boleh juga tuh man. Semok berisi. Pasti empuk."
"Semprul!. Sorry gue nggak berminat yang kaya begitu," kata gue cuek sambil mengawasi seseorang di ujung sana. Gue yakin seratus persen kalau orang yang duduk di ujung meja bartender dengan terusan dress ketat warna merah itu adalah bos gue, Shanaz Pramitha Gold. Gue panggil Shanaz aja ya, lagian menurut feeling gue dia lebih muda dari gue.
Gue lihat Shanaz tengah menyesap cairan yang gue taksir adalah alkohol. Nggak nyangka ternyata big boss gue kalau di luar kantor, kelakuannya kaya begini. Mana pakaiannya ketat banget. Kalau yang pakai baju model begituan badannya langsing, pasti indah banget di pandang mata. Tapi kalau yang pakai Shanaz, cuma lemak dimana-mana yang bisa gue lihat.
"Katanya lo nggak doyan model begituan tapi kok lo masih aja liatin, sampai melotot gitu lagi," kata Clevo sambil menyunggingkan senyum menghina ke gue.
"Udahlah nggak usah bacot. Mending lo urusin tuh minuman pesenan pengunjung."
"Yailah... Sok jual mahal lo. Palingan entar-entar lo embat juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
My BIG Boss (Completed)
General FictionRate 21+ Yg anti cerita dewasa, jangan coba2 baca ya. WOW!!! cuma satu kata itu yang muncul di otak gue saat gue bertemu secara langsung dengan bos di tempat gue kerja. Bos gue itu memang nggak termasuk jajaran body goals, tp bisa dibilang gendut...