Seperti hari - hari biasanya, semua murid SMA Pulau Rintis menjalankan aktivitasnya.
Saat itu masih pukul 12.00, semua murid yang beragama muslim diharuskan melaksanakan ibadah shalat dzuhur. Namun masih ada saja yang kabur dari kewajiban mereka.
"Abang Blaze, kantin yok!" Ajak Frostfire, anak nakal yang suka mencuri mentimun.
"Kuy lah!" Blaze menerima ajakan adik kelasnya.
Namun disaat perjalanan menuju kantin tiba - tiba saja speaker penjuru sekolah menyala seakan ada pemberitahuan penting.
"KEPADA SEMUA YANG BERADA DI SEKOLAH SMA PULAU RINTIS. CARILAH TEMPAT YANG AMAN DAN BERSEMBUNYI SELAGI KALIAN BISA. KARENA ADA SERANG- ARGHHH!"
Blaze menoleh ke Frostfire begitupula sebaliknya, tapi setelahnya mereka tetap melanjutkan perjalanan. Dan terhalang lagi sebab murid - murid mulai berlarian mencari tempat bersembunyi.
"Oi! Kalo jalan pake mata dong!" Bentak Blaze ketika seseorang terus menabrak dari arah yang berlawanan.
Kemarahan Blaze terhenti karena Frostfire menarik tangannya dan menyuruhnya berlari. Tadinya Blaze ingin memarahinya namun ia tahan amarah itu ketika melihat wajah adik kelasnya memucat.
"M...me...mereka saling me...memakan tubuh orang lain, Bang". Hanya itu yang bisa dijawab Frostfire agar Blaze tahu alasan mereka berdua harus segera berlari.
"Layaknya zombie". Lanjut Frostfire.
Muka Blaze seketika pucat.
Sedangkan disisi lain, di gedung utara sekolah. Di koridor deretan kelas 12 terdapat dua siswa yang sedang berada di toilet laki-laki, yang satu memakai seragam dilapisi jaket hitam merahnya sedangkan yang lain memakai handband biru tua di kedua lengannya dan name tag 'M. Taufan Hidayah' yang tertera di bajunya.
"Lo yakin kita bakal aman disini, Hali?" Tanya Taufan ragu-ragu.
"Berisik!" Ucap siswa dengan jaket hitam merahnya yang dipanggil Hali.
"Ck. Coba kita lari ke perpustakaan. Pastinya disana sepi". Hali menarik tangan Taufan dan mengajaknya berlari.
Saat keluar dari toilet, langkah mereka berdua terhenti saat melihat makhluk -tidak- seorang manusia yang berjalan pincang - pincang dengan mulut yang mengeluarkan darah.
Halilintar mencoba mengabaikannya lalu Taufan menutupi matanya dengan telapak tangannya, mereka berdua tetap menggenggam tangan satu sama lain sembari berpikir 'Apa yang sebenarnya yang sedang terjadi? Mengapa teman-teman sekelas mereka dan guru-guru berpenampilan aneh?'
Keduanya terus berjalan menaiki tangga menuju perpustakaan yang berada tidak jauh dari sana.
Sesampainya di perpustakaan, Hali dan Taufan secara kebetulan melihat teman - teman mereka.
Belum sempat saling tegur sapa, salah satu teman mereka dengan berambut warna ungu tidak menyambut dengan ramah?
"Kalian belum terluka 'kan?" Tanya Fang dengan tatapan sinis ke arah Taufan dan Hali.
"Ngajak berantem?!" Hali kesal, baru sampai namun temannya yang satu ini malah menanyakan hal sensitif.
"Biarlah, Hali. Kita disini untuk berlindung dari ancaman bahaya di luar sana bukan berantem". Lerai Gempa terhadap pertengkaran kedua temannya.
"Gempa, kau tahu penyebabnya?" Tanya Taufan karena ia terlihat panik.
"Aku melihatnya di berita, ada wabah zombie dibuat oleh beberapa profesor gadungan yang menyuntik salah seorang penduduk pulau rintis. Dikarenakan Pulau Rintis sudah tidak aman kita harus mencari bantuan. Ku kira ini hanyalah mimpi yang terbawa hingga ke dunia nyata, coba kalian berpikir bagaimana bisa ada zombie di Malaysia?! Guru, murid, bahkan teman sekelas kita menjadi korban".
Taufan menepuk pelan pundak Gempa pelan-pelan lalu mengusapnya, "Kau khawatir berlebihan. Aku juga sempat panik tadi sebab kejadian ini berlalu begitu cepat bahkan sebelumnya aku lupa caranya untuk bernapas dengan benar."
Halilintar mengangguk, "Kau tidak perlu khawatir. Coba telepon polisi atau pihak yang bisa membantu kita."
"Biar aku coba." Jawab Yaya.
Yaya menghubungi nomor polisi yang selalu ia simpan di handphone miliknya akan tetapi tidak ada jawaban apapun, karena tidak mendapatkan respon Yaya menghubungi pihak lain namun tetap saja hasilnya nihil.
Gempa, Taufan, Halilintar, Yaya, Ying, Fang dan Gopal menatap satu sama lain.
Mereka bertujuh kini berprasangka jika para polisi dan masyarakat umum sepertinya sudah mengalami hal yang sama.
Gopal panik, ia berjalan-jalan mengelilingi perpustakaan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kepalanya pusing tujuh keliling.
Nasibnya sebagai anak muda sudah berakhir sampai di sini.
"Guys! Itu... Orang bukan?" Tanya Gopal lalu menunjuk orang yang sedang tertidur, sebelumnya ia tidak sengaja menginjak pemuda itu.
Keheningan melanda, tidak ada satupun yang berani membangunkan orang tersebut.
"Nghh! Hoaaamm". Merasatidak nyaman, pemuda itu bangun dan memecahkan suasana yang hening menjadi sedikit waspada.
Berbeda dengan Gempa yang hanya memerhatikan secara seksama, mungkin saja ia mengenal orang tersebut.
"Ice? Kau Ice 'kan?"
••
"Athallah! Lari!"
Siswa itu hanya berlari ketika temannya menyuruhnya untuk berlari. Siswa dengan jaket hijau mudanya hanya bisa berdoa agar selamat dari para zombie yang ingin menerkamnya.
Karena tidak kuat untuk berlari lagi, ia memutuskan untuk bersembunyi di laboratorium kimia.
Bukannya merasa aman, siswa itu semakin waspada terhadap lingkungannya.
Tiba - tiba saja tubuhnya seperti ditarik oleh seseorang.
"Uwaaarrgghh! Jangan makan aku!" Siswa itu berteriak keras sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Thorn? Kau selamat? Syukurlah". Ucap orang yang menarik siswa tadi merasa bersyukur lalu memeluk siswa yang bernama Thorn tersebut.
Telapak tangan yang menutupi wajahnya terbuka, Thorn bernapas lega memandang sahabat terbaiknya berada di sini juga.
"Solar? Kukira zombie tadi, hehehe". Thorn membalas pelukannya ia juga bersyukur yang menariknya ternyata Solar.
Mereka berdua melepas pelukan setelahnya mereka duduk di kursi yang memang disediakan untuk ruang laboratorium.
"Kau tidak takut?"
Solar menggeleng pelan sambil memainkan alat laboratorium. "Sebenarnya aku takut, tapi aku sudah tidak sendiri lagi jadi-".
Tok! Tok! Tok!
"Aku akan memeriksanya". Solar membuka pintu tersebut dan-
'BRAAKK'
Terlihat 4 orang yang sudah jatuh terkapar layaknya habis berlari 3 kali dilapangan, Thorn dan Solar menghampiri mereka namun Solar tertegun ketika melihat orang yang ia kenal.
"Loh? Supra? Masih hidup?" Entah sindiran atau apa yang dikatakan oleh Solar. Tapi orang yang bernama Supra tadi masih mengatur nafasnya yang sedikit sesak menjadi stabil.
"Masih lah, Kak". Ucap Supra saat nafasnya sudah agak stabil.
"Terus mereka siapa?" Tanya Solar, jujur saja Solar sangat tidak suka keramaian yang tiba - tiba datang padanya.
"Temanku, ini Frostfire, Glacier dan Kak Blaze". Jawab Supra sambil menunjuk teman - temannya.
Author is back!
Ideku sedang bertumpah - tumpahan di rumah
Maka dari itu, aku bikin cerita ini 😄😄
Mumpung liburan, Author gak sibuk banget tapi masih sibuk juga sih buat persiapan ujian universitas mendatang 😅😅Jangan lupa vote and commentnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
RUN [Boboiboy]
RandomHanya satu yang bisa mereka lakukan. Yaitu berlari. Berlari untuk menghindari para ancaman yang datang ke mereka. Semua orang sudah terkena virus yang membuat mereka berjalan pincang - pincang dan menggeram tidak jelas. Layaknya zombie di dalam fil...