"Grrr" Zombie itu menggeram kelaparan merapatkan giginya yang sudah dipenuhi darah.
Blaze sempat terkejut dan berteriak ketika zombie itu benar - benar berada dibelakang Ice. Tapi Ice dengan cepat menendang zombie itu dan menutup mulut Blaze. Blaze memberontak tadinya tapi berhenti karena tenaga Ice terlalu kuat.
"Jangan berisik". Bisik Ice, lalu menarik Blaze pelan - pelan layaknya pencuri. Dan memasuki ruangan yang dekat dengannya.
"Fuaah... Tenaga lo gede banget, untung aja gua masih bisa napas tadi". Ucap Blaze saat mulutnya tidak tertutup lagi.
Blaze melirik ke sekeliling ruangan. "Kita dimana, Ice?"
"Gua rasa ini ruang tata usaha". Jawab Ice.
Ruang yang berisi banyak kertas dan berkas - berkas tentang siswa - siswi sekolah tentu saja ruangan ini tata usaha. Anehnya, semua benda berserakan dan lebih aneh lagi ketika Ice melihat darah berceceran di salah satu meja anggota tata usaha.
"Lo ngerasa ga sih, Ice. Disini tuh enggak aman, kita harus pergi dari sini". Blaze menarik tangan Ice untuk keluar dari ruangan itu.
Ice menahan tangan Blaze. "Walaupun kita keluar, belum tentu kita bakal selamat".
"Tinggal lari, apa susahnya sih?" Blaze mulai kesal dengan Ice.
"Gua...takut". Ice menunduk dan memegang ujung topinya lalu diturunkan.
"Ppfffttt... Ahahahaha. Kalo lo takut, harusnya bilang dari tadi". Ice hanya merengut kesal sedangkan Blaze masih tertawa terbahak - bahak.
"Kalo begitu, lo tutup mata aja sepanjang perjalanan. Tenang aja gua bakal nuntun lo sampai laboratorium kimia". Ucapan Blaze membuat Ice terkesima.
Melihat Blaze seperti ini, Ice jadi mengingat masa kecilnya.
•
"Ice, kamu takut gelap, ya?" Tanya Blaze.
Ice mengangguk.
"Ya udah, kamu tutup mata aja. Karena aku akan menuntun jalan sampai pos terakhir". Ucap Blaze sambil membusungkan dadanya dan menunjukkan senyuman lebarnya.
"Memangnya kamu bisa, kalo tersesat bagaimana?" Ice ragu.
"Tenang aja! Aku 'kan sahabatmu!" Seru Blaze, Ice dengan cepat mengangguk mantap.
Blaze memegang tangan Ice dan menariknya keluar ruangan. Ice mulai menutup matanya. Karena Ice tahu, Blaze selalu menuntun jalannya sampai tujuan. Setelah lama berjalan, Blaze menghentikan langkahnya.
"Sekarang buka mata lo".
Ice membuka matanya dan di depannya sudah berada di depan pintu laboratorium kimia. Senyum Blaze terpapar di wajahnya.
'Kok gua jadi melankolis begini sih?' Batin Ice sambil menggelengkan kepalanya lalu membuka pintu laboratorium kimia.
Kini mereka berdua sudah aman bersama teman - teman mereka. Dan memutuskan untuk tidur kembali.
Tapi...
"Bang! Lo kemana aja sih?! Gua panik setengah mati ngeliat lo enggak ada". Siapa lagi kalau bukan Frostfire yang selalu peka kalo Blaze tiba - tiba hilang.
"Emangnya kenapa? Gua cuman ke kamar mandi, lagian yang lain masih tidur tuh". Ucap Blaze santai, memandangi yang lain tertidur. Blaze juga tercengang saat melihat Ice yang sudah tertidur.
"Intinya gua selamat. Sekarang, kita harus tidur karena besok kita akan melakukan banyak hal". Ucap Blaze. Emosi Frostfire mereda, Blaze merangkulnya dan menyuruhnya untuk tidur.
Karena besok mereka tidak bisa beristirahat.
Bagaimana dengan Gopal dan Fang?
"Kok larinya kesini sih? Lo laper ya?" Sahut Fang dan melihat banyak peralatan dapur di dalam ruangan itu.
"Karena gua punya kuncinya, jadi gua memutuskan untuk kesini".
Sepertinya Fang harus tidur disini dengan temannya yang bertubuh gempal ini. Walau ia tidak menyukainya tapi tidak ada pilihan selain tidur di tempat yang aman.
~~~~~~~~~~~~~
Pagi datang dengan sangat cepat, membuat kesemua orang harus bangun lebih pagi daripada biasanya. Salah satu contohnya, Gempa.
Ia terbangun saat matahari terbit namun hanya separuh sudah bisa membuat dirinya terbangun. Tidak dengan yang lain yang masih tertidur dengan lelapnya.
Apa perlu membangunkan mereka? Bagaimana jika mereka terganggu?
Tok
Tok
Tok
Tok
Tok"Hoaam... Siapa yang ganggu tidur gua sih?" Ice mengigau. Gempa pun bersweat drop melihatnya.
"Gem, siapa yang ngetuk pintunya?" Tanya Halilintar dengan santainya. Tidak tau saja jika Gempa kaget setengah mati karena dirinya. "Kau sudah memeriksanya?"
"Belum". Jawab Gempa. Halilintar yang baru bangun dari tidurnya pun bangkit lalu menghampiri jendela dan mengintip melalui jendela.
Yang Halilintar lihat saat ini adalah banyaknya zombie sedang mencoba mendorong pintu laboratorium kimia.
"BANGUN! ADA BANYAK ZOMBIE DILUAR SANA!"
Yang lainnya pun terbangun mendengar suara Halilintar yang seperti toa masjid. Apalagi mendengar kata zombie pastinya mereka akan bangun untuk menyelamatkan diri.
"WOI! BANGUN! ADA ZOMBIE!" Teriak Blaze pada Ice dan Glacier. Namun mereka berdua hanya merespon dengan mengingau karena merasa diganggu tidur lelapnya.
"WOI! GLACIER BA-" Ucapan Frostfire belum selesai bukan karena ada yang memotong pembicaraannya hanya saja...
"Oh~ Kalian mau jadi makanan para zombie itu~"
Aura seram datang dari Gempa karena ia terlihat kesal. Melihat kedua orang tukang tidur ini susah untuk dibangunkan. Ice dan Glacier yang sedang enak tidur menjadi terbangun ketika mimpi indahnya menjadi mimpi buruk.
Keduanya terbangun dan melihat aura yang dikeluarkan Gempa sangat seram. Bulu kuduk mereka berdiri karena Gempa mendekati mereka berdua.
"Enak tidurnya?" Tanya Gempa sambil tersenyum manis padahal kalau dilihat lebih dalam menyeramkan.
"Maafkan kami, Kak Gempa". Ucap Ice dan Glacier berbarengan sambil menunduk minta maaf. Sedangkan Gempa masih terus tersenyum namun kali ini terlihatguyah.
"Sudah, sudah, kali ini kita harus hajar para zombie sialan itu!" Seru Solar, memegang gagang pintu dan satu pisau di tangan lainnya.
I am back!
Akhirnya Author update lagi 😆😆
Gimana ceritanya? Perlu chapter selanjutnya gak?
Kalo seru jangan lupa di vote dan comment, ya, guysSampai ketemu minggu depan!
Mungkin. 😁😁

KAMU SEDANG MEMBACA
RUN [Boboiboy] ✔️
RandomHanya satu yang bisa mereka lakukan. Yaitu berlari. Berlari untuk menghindari para ancaman yang datang ke mereka. Semua orang sudah terkena virus yang membuat mereka berjalan pincang - pincang dan menggeram tidak jelas. Layaknya zombie di dalam fil...