Rúh - I

1.8K 208 31
                                    

Setiap manusia sudah ditakdirkan untuk sehidup semati hanya dengan satu orang, mereka menyebutnya Rúh. Setiap manusia memiliki sebuah nama yang akan tertulis di pergelangan tangan, tepat di atas nadi yang berdetak. Nama yang akan terus melekat pada pergelangan tangan seumur hidup itu disebut ìz, milik seseorang yang telah takdir siapkan untuk terus bersama semenjak lahir hingga mati. Seseorang yang telah takdir gariskan hatinya hanya untuk orang tersebut.

Namun terkadang, seperti yang kita tahu, takdir terlalu banyak bermain-main.

Terutama dalam urusan hati.

XXX

ìz adalah sebuah tanda, bentuknya seperti tato. Terkadang sudah dibawa sejak lahir, terkadang baru muncul setelah mencapai usia dewasa. Jarang berada diantaranya, sebab tubuh manusia tak akan sanggup merasakan sakitnya saat ìz itu muncul. Tiap orang punya cerita tentang kemunculan ìz mereka masing-masing. Sebab tiap orang, punya skenario takdir sendiri-sendiri.

Jin mendapatkan ìz miliknya saat berumur dua tahun. Umurnya bahkan terlalu muda untuk menanggung sakit. Tubuhnya tak kuat menerima ìz yang muncul di pergelangan tangannya waktu itu. Bahkan kondisi Jin memburuk sampai sebulan setelahnya.

남준

ìz itu tertulis jelas di pergelangan tangannya, tepat di atas nadi. Sejak saat itu, tak pernah sehari pun Jin lewatkan untuk berdoa agar takdir tak bermain-main dengan hatinya.
_____

"Hyung! sebelah sini!" Jimin melambaikan tangannya pada Jin yang baru saja tiba di festival kembang api malam itu.

Jin tersenyum pada Jimin, juga pada pergelangan tangan sahabatnya itu. Warna ìz di pergelangan tangan Jimin sudah berganti menjadi hitam, sudah menyatu dengan kulitnya. Itu pertanda bahwa Jimin dan Rúhnya sudah saling mengklaim satu sama lain.

"Yoongi sedang menjemput temannya di gerbang masuk utara," kata Jimin, ceria seperti selalu.

"Baiklah, kalau begitu ayo temani aku mencari cemilan dulu. Aku sangat lapar, Jimin," kata Jin. Matanya sudah mengitari stand makanan sejak tiba di sini tadi.

"Aish, makanan saja yang ada dalam pikiranmu, hyung," satu suara lagi menginterupsi mereka. Jin dan Jimin berbalik.

Hoseok, Taehyung dan Jungkook berjalan beriringan mendekati mereka. Mata Jin membola dan tersenyum lebar melihat ketiganya.

"Hoseok-ah! Aku merindukanmu!" seru Jin dan melompat ke dalam pelukan Hoseok.

"Hyung! Kami juga merindukanmu!" Taehyung dan Jungkook bergabung dalam gumpalan pelukan itu. Lalu Jimin tak mau ketinggalan.

Jin tertawa bahagia sekali. Sudah dua tahun dia tak bertemu dengan ketiganya. Begitu menyelesaikan sekolah, mereka berpisah. Ketiga sahabatnya semenjak kecil itu meneruskan sekolah ke luar negeri. Hanya Jin dan Jimin yang memilih untuk tinggal di sini saja, menunggu ketiganya pulang.

"Kalian sudah pulang dan tidak mengabariku. Tega sekali," gerutu Jin.

"Kami mengabari Jimin. Dia bilang lebih baik jika ini menjadi kejutan saja, jadi ya... begitulah," kata Jungkook, dia masih bergelayut manja pada Jin. Wajah lelaki muda ini semakin tampan saja.

"Yah! Jimin-ah! Kau sudah diklaim Rúhmu?!" seru Hoseok tiba-tiba saat pandangan matanya tak sengaja jatuh pada pergelangan tangan Jimin. Langsung saja mereka bertiga mengerubungi Jimin, menarik pergelangan tangan lelaki itu untuk melihat dengan seksama.

"Who the fuck is Min Yoongi?" tanya Taehyung, kesal. Dia adalah yang paling dekat dengan Jimin selama ini. Mereka sudah seperti anak kembar. Meski terpisah jarak selama dua tahun pun, hubungan mereka masih tetap sama. "Kau tidak memberitahuku tentang hal penting ini? Kurang ajar sekali!" bentaknya, merasa terkhianati.

RúhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang