Suara helaan napas panjang beberapa kali terdengar bercampur dengan suara ketukan alat tulis di atas meja. Sebagian besar mahasiswa selalu dilanda kepanikan bila mengikuti ujian akhir, apalagi mata kuliah Kimia Kuantum, yang merupakan lanjutan dari Kimia Fisika itu bukanlah perkara yang mudah.
Di tengah banyaknya mahasiswa yang gelisah itu, Wasa yang sudah selesai mengerjakan ujiannya langsung bangkit dan beranjak dari kursinya, mengumpulkan lembar jawabannya di meja dosen.
"Susah nggak, Sa?" Tanya dosen itu, seolah penasaran apakah soal yang dibuatnya itu terbilang sulit atau mudah untuk Wasa, mahasiswa yang pernah meraih juara satu olimpiade sains tingkat universitas negeri region pulau Jawa.
"Lumayan, Pak," jawab Wasa sambil membetulkan posisi kaca matanya.
"Ah, tapi bapak yakin sih, nilai kamu gak jauh dari A. Ya udah, kamu boleh keluar."
Pujian dosen itu membuat suasana kelas menjadi sedikit bersuara, beberapa orang bersiul atau sekedar bergumam.
"Iya sih, emang bikin bangga banget ya si Wasa tuh. Gue kalo jadi bokapnya bakal bangga banget, tiap hari gue jajanin deh. Ya nggak, Dir?" Evan bergumam sambil melirik Dirga yang duduk di sampingnya. Namun orang yang diajak bicara itu tidak menjawab dan sibuk mengotret jawaban sambil sesekali menggaruk kepalanya.
"Dir, serius amat sih lo?"
"Berisik!" Ujar Dirga, pelan namun ketus.
Mendengar balasan seperti itu, Evan pun memilih untuk diam dan melanjutkan lamunannya. Iya, dia memang bingung harus mengerjakan apa hingga pada akhirnya hanya bisa melamun. Hasil belajarnya kemarin seolah sirna setelah menonton festival semalam.
Wasa yang sudah duduk sendirian di kursi koridor itu termenung. Selalu begini, beres mengerjakan ujian paling cepat membuat Wasa harus menunggu sendirian di luar. Bosan juga rasanya.
Sebenarnya ia bisa saja pulang duluan, tapi Wasa sudah terbiasa pulang bersama teman-temannya, Dirga, Evan dan Yoga. Mereka memang tidak terpisahkan. Atau di pekan UAS begini, mereka akan belajar bersama.
Untungnya tak lama kemudian, teman sekelasnya, Sherin, ikut keluar juga. Gadis itu langsung duduk di samping Wasa.
"Pasti bosen ya?" Tanya Sherin.
Wasa tersenyum. "Udah biasa, lagian nggak lama setelah gue beres, lo pasti nyusul."
Sherin terkekeh pelan lalu mengangguk setuju dengan perkataan Wasa. Selain Baskara Wasa Pramana, ada Sherina Lavanya. Sherin yang juga pernah mengikuti olimpiade sains bersama Wasa itu juga tak kalah pintar, dan selalu mendapat IP yang memuaskan tiap semesternya. Kalau Wasa dijuluki si nomor satu, maka Sherin si nomor duanya. Memang setiap ujian, mereka berdua yang paling cepat selesai mengerjakan dan paling cepat keluar.
Kadang Evan ikut bergabung dengan mereka, tapi kalau cowok itu cepat selesai bukan karena cepat mengerjakannya, tapi ketika dirasa sudah pusing, ia lebih memilih untuk menyerah dan keluar saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chemistry [On Hold]
RomanceChemistry (noun). 1. ilmu kimia, 2. keserasian dan saling memahami antara dua orang. Kita harus tertarik untuk bisa terikat dan menciptakan suatu ikatan. Itulah "Chemistry", baik dalam sainsnya, atau dalam asmaranya. Dirga, Wasa, Evan dan Yoga sedan...